Bagian - 19

11.1K 433 3
                                    

"Mau kemana kamu".

Baru saja Carra menginjakan kakinya ditangga terahir menuju lantai 1, ia menghela napas ,menatap wanita yang matanya hanya terfokus pada laptop smart dihadapanya.

"Ariana butuh bantuan" jawab Carra, Camella kemudian menyunggingkan senyuman evilnya.

"Jangan terlalu berteman denganya, anak itu cukup nakal" ucap Camella yang matanya sama sekali tidak teralihkan.

Carra memejamkan matanya, entah apa tujuan ibunya mengatakan ini. Tanpa mengatakan apapun Carra meninggalkan rumah mewah penuh kemisteriusan ini dengan mood yang rusak.

**

"Gue kira lo gak kesini Carr.." ucap Ariana yang sedang mencuci piring di restaurant keluarganya. Bukan apa-apa, Ariana disuruh orangtuanya untuk mengelola restaurant mewah ini, namun syaratnya ia harus memulainya dari awal, ya seperti mencuci piring.

Sudah sekitar  3 bulan Ariana memulainya, dan ia cukup menerima syarat orangtuanya.

Carra kemudian duduk di ujung meja wastafel besar ini.

"Hm" jawab Carra yang memperhatikan Ariana yang mencuci." Perlu gue bantuin gak?" tanya Carra tulus. Namun Ariana malah berdelik kesal.

"Gak perlu, ntar  tangan lo lecet, gue yang dimarahin sama ibu lo, mana dia gak suka lagi sama gue, lo tau kan ibu lo serem nya kayak gimana, tipikal wanita cantik tapi nyeremin.." ujar Ariana yang tak malu mengatakan itu. Carra kemudian mengangguk setuju.

Sekitar 25 menit Carra menemani Ariana, yah tentunya dengan coletehan Ariana yang tiada ujung, entah itu membicaran pelajaran, cowok, geng alay, dll.

"Ini gue ngomong jujur yah Carr, mana ada cob-.." Ucapan Ariana dipotong oleh Carra.

"Lo berisik" ucap Carra yang meninggalkan Ariana yang masih mencuci piring.

"Yahh.. Carr, mau kemana lo, tungguin gue" ucap Ariana yang langsung mengeringkan piring-piring nya, setelah itu melepaskan clemek dan segera menyusul Carra yang sudah menunggu di sofa lobi.

Ariana kemudian ikut duduk, setelah mengambil pesanan Carra yang tadinya akan diantarkan pramu saji, namun Ariana ingin dialah yang mengantarkanya pada Carra.

"Hah.. capek juga yah kerja, padahal gue cuma nyuci piring.." dumel Ariana yang tidak digubris oleh Carra sedikit pun.

"Carramel.." panggil seseorang yang berada di hadapan Carra dan Ariana, Ariana pun mendongak namun Carra masih cuek bebek pada ponselnya. Ariana kemudian mendongakan wajah Carra untuk melihat siapa yang memanggilnya.

Dia Agam.

Carra kemudian menatap Ariana dan seketika kembali menatap layar ponselnya, cowok itu menghela napas, mencoba terbiasa dengan sifat Carra.

Agam tidak sendiri dibelakangnya ada 3 cowok yang gue yakin banget Ariana udah salting abiss... Ada Raga, Darrel dan Dewa.

"Ini gue gabung ya..?" tanya Agam yang membuat Ariana menahan napas, tidak mengedipkan matanya walau terasa perih, mencoba meyakinkan kalau 4 malaikat berwajah manusia tampan ini nyata.

"Heii.. gimana nih boleh gak?.." tanya kembali Agam, seketika Ariana mengangguk 10x tanpa berhenti.

Agam kemudian tersenyum, dan menyuruh ketiga temanya juga buat ikut duduk di sofa lobi yang sangat besar ini.

Setelah memesan, Agam menatap Carra yang sama sekali tidak menghiraukan kehadiran Agam dkk, entah tidak peduli atau tidak tahu bahwa itu Agam, entahlah padahal tadi ia sudah menatap wajah cowok itu.

"Kayaknya Carramel sibuk banget yah.." ucap Dewa yang perutnya seketika Agam senggol dengan siku, Dewa cukup berani yah, pikir Agam.

Ariana kemudian mencubit lengan Carra, sampai gadis itu meringis dan menatap Ariana tajam, mata Ariana kemudian bergiliran menatap cowok-cowok itu dan Carra , dalam hati Ariana merutuki sifat Carra yang gak pedulian.

Ariana kemudian tersenyum.." kayaknya kita belum kenalan yah, nama aku Ariana dari kelas 10.3 " ucap Ariana dengan senyumnya.

Dewa kemudian membalas sapaan Ariana, "Nama gue Dewa..Dewa pradipta, hehe, cowok paling ganteng se Atlanta" kenalkan Dewa yang dibalas senyum memuja Ariana.

Gapapah deh kepedean si Dewa, emang ganteng ko dia, ya walau yang paling ganteng itu Agam.

Dari tadi..memang dari tadi Agam memperhatikan Carra, luka didahi gadis itu sudah menghilang, cukup lega buat Agam.

Ini gue kenapa kikuk banget sih didepan Carra, batin Agam yang tidak tau harus bicara apa, lihat tuh si Dewa udah kayak so kenal banget sama Ariana.

"Waktu Agam dikejar-kejar penjahat itu, dia lagi sama lo yah Carramel?.." tanya seseorang yang tidak disangka-sangka , dia Darrel.

Carra kemudian mendongak menatap asal suara, ia kemudian mengangguk.

"Iya" jawab Carra tanpa kalimat pendamping, menurut Carra satu kata itu sudah cukup mewakili setiap kalimat tidak berarti yang akan muncul.

Darrel mengangguk, " Gue harap lo gapapah, soalnya waktu itu si Agam minta kotak p3k, padahal dia gak luka.. gue terkejut ternyata lo sama dia" ucap Darrel, Agam melotot sempurna , bagaimana bisa Darrel memulai persakapan yang akan Agam bahas.

"Oh, gue gak sengaja liat dia digebukin banyak orang, dan gue kasian liat dia babak belur" jawab Carra, Ariana dan Agam melotot sempurna. Astaga, ini Carramel bukan sih, kok bisa ngomong panjang lebar banget. Ariana mengedipkan beberapa kali matanya guna membenarkan kalau baru saja Nyonya Skriver, si irit bicara sekarang ngomong nya panjang lebar. Hm.

"Syukur deh, sampai sekarang kita masih gak tau motip penyerangan Agam"  balas Darrel yang beralih keminuman yang baru saja datang.

Carra mengangguk, bukan apa-apa , ia sebenarnya tau apa motip dan dalang dibalik penyerang cowok itu. Namun enggan untuk memberitahu pada mereka.

Ini kenapa malah si anak Ayam yang ngobrol sama Carra sih batin Agam, ia kemudian mengambil minuman dan langsung menegaknya tanpa memakai sedotan yang sudah tersedia, Hm, tipikal orang yang cemburu, ketara banget.

"Carr, gimana kabar ibu lo..sehat?" tanya Agam sesaat setelah meneguk habis minumanya, takut Darrel nyelonong lagi.

"Hm" jawab Carra,ya terus harus jawab apalagi, Agam sih dia nanya dia juga yang jawab.

Mulai lagi kan irit ngomongnya, tadi ajah sama si Ayam panjang lebar, nah sama gue, cuma 'hm' doang. Lagi lagi Agam ngebatin.

**

Salam hangat dari NINNA NATTASHA penulis amatiran yang kembali update.

The Ice Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang