Bagian - 12

12.9K 507 3
                                    

"Asalamuallaikum".

Salam Agam saat berada di depan pintu rumah Carra,  padahal pak Ogel sudah bilang tekan bel saja,  tapi tetap saja kalau tidak ada keributan bukan Agam namanya.

"Asalaam-" salam Agam terpotong karna lagi-lagi pak Ogel memperingati.

"Dek,  udah saya bilang ditekan aja bel nya, gak usah teriak-teriak, percuma gak bakal kedengeran,  malah telinga saya yang jebol" ringis pak Ogel "apa perlu saya yang tekan" lanjutnya.

"Eh si bapak,  rumah saya juga ada bel nya pak, tapi saya teriak gini itung-itung lagi latihan paduan suara pak" jawab Agam yang membuat pak Ogel geleng-geleng kepala.

"Sa'ae lu tong'' ucap pak Ogel yang langsung melenggang pergi.

"Asaalam-.. " pintu rumah besar itu terbuka dengan lebar, menampilkan sosok wanita cantik yang sedang memegang tas dan remot kecil ditanganya.

"Kamu itu.. " ucap Camella ibu Carra,  dia sepertinya akan pergi ke kantor.

"Eh tante" Agam langsung saja menghampiri dan menyalami Camella dan disambut baik oleh wanita itu.

"Kamu itu.. " ulang Camella, Agam tersenyum lebar sepertinya camer (calon mertua)  masih ingat.

"Saya Agam Aldridge, anaknya pak Gama dan ibu Gladys, punya kaka namanya kak Glenca,  saya calon pacarnya Carra" ucap Agam dengan panjang kali lebar plus pede nya gak lupa.

Camella menaikan sebelah alisnya, lalu mengangguk pelan,  "mm,  tante mau kemana? " tanya Agam sok kenal sok deket.

Camella tersenyum "tante mau ke kantor" jawab Camella singkat,  "kamu mau ketemu Carra yah" lanjut Camella.

Agam mengangguk dengan cepat,  Camella tersenyum dan mendekatkan remot itu ke dekat mulutnya dan berucap "bangunkan Carra"  ucapnya.

Membuat Agam terkagum-kagum,  sekaya itukah Carra, Agam juga tak kalah kaya, tapi tidak sekaya Carra.

"Kamu duduk ajah di sofa,  bentar lagi Carra turun, tante permisi yah" ucap Camella dan diangguki Agam.

Tak lupa juga Agam menyalami Camella biar note-bane nya anak soleh,  begitu kira-kira pemikirannya.

Sambil menunggu,  Agam memperhatikan setiap inci rumah ini yang ia rasakan untuk ke dua kalinya,  rumah megah ini seperti kuburan.

Apakah selain pembantu,  Carra tidak punya keluarga, misalnya paman, bibi atau nenek.

Apa dia cuma tinggal bersama ibunya saja,  karna ayahnya sudah meninggal.

Banyak sekali pikiran yang berkecamuk di kepala Agam tentang bagaimana kehidupan Carra.

Disaat semua orang berlomba-lomba makan dikantin utama, justru gadis itu memilih kantin belakang, hanya sendiri.

Disaat semua orang memilih koridor depan demi melihat cogan atau keramaian saja,  justru Carra lewat koridor belakang yang sangat sepi.

Sebenarnya bagaimana kehidupan Carra,  apa Agam boleh memasukinya atau tidak,  namun dilihat dari perlakuan Carra padanya sepertinya tidak boleh.

Tapi Agam akan tetap berusaha untuk bisa hadir dikehidupan Carra.

Agam ingin memberikan warna baru dikehidupan tertutup gadis ini. Agam akan tetap menerobos masuk meski gerbang yang terbuat dari baja sekalipun.

Agam akan tetap berusaha.

"Puas lo ganggu tidur gue" sentak seorang gadis yang baru keluar lift, Agam nyengir kuda tau akan kesalahannya.

"Ngapain sih lo kesini, dan, gimana caranya lo bisa masuk"  kesal Carra,  Agam tersenyum angkuh.

"Gue dibukain sama ibu calon pacar gue" ucapnya penuh kebanggaan.

Namun berbeda dengan Carra yang membulatkan matanya sempurna " ma-mah pulang" ucap Carra terbata.

Agam mengangguk dengan cepat,  "jadi lo ketemu mamah? '' tanya Carra pelan.

"Yapp,  kan tadi gue udah bilang,  gue dibukain sama ibu calon pacar gue,  berarti ibu lo" ucap Agam enteng.

Carra memejamkan matanya "gue udah bilang, lo jangan pernah kesini lagi, apa lo lupa hah" sentak Carra yang menatap Agam horor.

Agam mendengus kesal ''gue gak meng'iya kan loh,  lagian gue diterima kok disini, buktinya ibu lo tadi nyuruh gue duduk" ucap Agam yang memakan anggur yang tersedia di meja.

Carra kembali memejamkan matanya,  "lagian lo kena-" ucapan Agam terpotong.

"Karna lo bakal ma-" ucapan Carra terhenti,  Carra menahan ucapanya sendiri, ia menutup mulutnya.

"Emang gue bakalan kenapa hah? " tanya Agam kesal karna Carra tidak melanjutkan kata-katanya.

"Lupain ajah,  lebih baik sekarang lo balik, sebelum.. " ucap Carra yang memelankan kata-katanya.

"Sebelum terjadi sesuatu sama lo" sangat kecil bahkan Agam sendiri tidak mendengarnya juga tidak menggiraukanya karna dipikirannya pasti hanyalah pengusiran dirinya.

"Car,  lo sukanya apa sih" tanya Agam tidak tau malu, padahal ia sudah diusir beberapa kali.

Carra lalu duduk di sofa seberang agak jauh dari sofa yang diduduki Agam,  ia pegal sediri ngusir Agam sama sekali tidak dihiraukan.

Carra sangat geram dengan pertanyaan Agam,  namun ia hanya bisa mengusap wajah nya kasar.

Menghadapi batu seperti Agam memang tidak semudah yang dipikirkan, ia mesti kerja extra,   Carra hanya bisa duduk sambil menutup mata.

"Kalau gue nih ya,  suka film,   tapi film laga wuiih keren banget,  dari hollywood ajah,  gue sangat suka masakan rumah,  gue juga ngefans sama Sean Paul, Daddy Yankee, Marshmello, dan OneRepublic, wah pokoknya banyak banget, gue juga suka -" ocehan Agam terpotong.

"Dan gue lebih suka kalau lo diem anji*g" ucap Carra sadis membuat Agam melongo.

"Itu bibir disekolahin gak" ucap Agam yang mengusap bibirnya sendiri,  .

"Ck" geram Carra yang meninggalkan Agam sendirian di ruang tamu, sampai Agam pulang Carra sama sekali tidak nongol lagi.

Percuma Agam pulang dengan kehampaan.

            ****

Salam hangat dari Ninna Nattasha penulis amatir yang liat vidio-clip dari Black-Pink -Ddududdu







The Ice Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang