"Kesalahan besar".
Carra mengambil batang besi itu dengan cepat dari tangan anggota Black-Devil ia kembali memukul dan menendang orang-orang itu.
Didepan sudah terdengar perkelahian , itu tandanya anggota Black-Dragon datang, tidak ada yang tersisa, kini Carra berdiri dihadapan Darrel , ia kemudian membuang besi itu.
"Perjanjian yang lo buat, lo coba ingkari" ucap Carra yang duduk dikursi tempat Darrel tadi duduk saat menonton pertarungan Carra dengan anggotanya. Darrel diam, lidahnya kelu untuk menjawab ungkapan Carra.
Carra membuka masker serta penutup hoddienya, ia tersenyum penuh arti saat bebas melihat orang yang ada didepanya, ini pertama kalinya ia memperlihatkan wajahnya sebagai ketua Black-Dragon.
Darrel besiap akan memukul Carra namun sebelum mengenai wajah Carra ,lelaki itu sudah terhuyung karna wajahnya sudah lebih dulu ditendang oleh Carra.
"Lo coba nyerang anggota gue satu-persatu.." ucap Carra yang menginjak leher Darrel, lelaki itu mencoba melepaskan injakan dilehernya namun tidak bisa.
Bruggh
Perut Darrel kembali Carra tendang, mulutnya kembali mengeluarkan darah sambil berbatuk, sekujur wajahnya sudah babak belur, mungkin rusuknya juga banyak yang patah.
Carra kembali mengunci pergerakan Darrel dengan kembali menginjak leher lelaki itu.
"L-lo sa-salah, b-bukan Black-Devil mu-suh lo, t-tapi geng besar y-yang n-ngebentuk kami" ucap Darrel dengan terbata, mulutnya hampir tidak bisa mengucapkan kata-kata untung saja Carra bisa mendengarnya dengan jelas.
Carra menarik kerah baju Darrel agar bangun, ia kemudian mencengkram lehernya.
"Siapa?" tanya Carra dengan tatapan tajam dan dingin, jujur saja Darrel tercekat dengan tatapan gadis yang berstatus sebagai kekasih sahabatnya ini, matanya bener-bener tajam seolah didalam matanya mengisyaratkan kebencian besar.
"P-palcon" ucap Darrel.
Palcon adalah geng besar yang sangat jahat, namun beberapa tahun berlalu mereka menghilang, banyak kabar kalau geng besar itu sudah bubar karna ketuanya sudah masuk penjara dan dihukum belasan tahun.
Namun apa ini, mereka masih beroperasi, dan membuat Black-Devil dibawah perintah mereka. Lalu apa hubunganya dengan Black-Dragon.
Carra melepaskan cengkraman pada leher Darrel, membuat cowok yang hampir tidak sadar itu terjerembab kebawah, ia terkulai lemas, Carra memejamkan matanya , mendengar nama Palcon ia kembali mengingat ayahnya.
Yang sudah mengadu domba ayahnya adalah gangstar Palcon.
Tanpa disadari sosok yang berdiri didepan pintu menghela napas, melihat bagaimana Black-Devil kalah oleh Carra, "Udah gue duga, sebaiknya gue buat rencana lain lagi" ucap gadis itu dan melenggang pergi.
**
Memejamkan mata, Carra hanya bisa memejamkan mata, matanya kembali memanas mengingat bagaimana ayahnya mati didepannya.
Flashback on 3 tahun yang lalu
Carra melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya, sudah pukul 4 sore dan ayahnya belum menjemputnya. Mengerucutkan bibir sempat Carra lakukan.
Terlihat sebuah fortuner hitam mendekati halte tempat ia berdiri, sebuah senyuman lebar terbit dibibir gadis berusia 14 tahun ini namun segera disembunyikan. Mobil itu terparkir didepanya, seseorang yang gagah dan tampan keluar dari mobil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Girls [END]
Roman d'amourAgam Aldridge : Dia itu cantik, tapi nolak mulu, ucapannya selalu kasar, selalu menghindar. Carramel Skriver : Dia itu Ribet. Ditulis tanggal 21 Maret 2018 Selesai tanggal 20 Oktober 2019