Braaaakk
"SIALAN LO ARIANA BANGSAT." Pintu itu ditendang dengan sangat kencang, mereka kemudian saling bertarung Black-Dragon dan orang-orang yang berada dipihak Ariana.
Mereka semua bertarung, Black-Devil bahkan ikut menyerang Black-Dragon kembali. Mereka kembali bertempur.
Jolex berlari menuju tempat dimana Carra disekap, ia kembali menendang pintu itu. Terlihat Carra yang berusaha menggesek tali yang mengikat kakinya dengan batu. Carra mengadahkan wajahnya, sebuah senyuman kecil ia tampilkan.
"Lex, lo disini." Ucap Carra yang segera membuat Jolex membantu melepaskan rantai yang mengikatnya itu. Wajah Jolex terlihat sangat pucat melihat keadaan Carra sekarang.
''Lo.. lo gimana, kenapa bisa terjadi, lo gapapa?" Jolex membondong pertanyaan membuat Carra menghela napas, ia menggeleng pelan. Jolex menarik Carra kedalam pelukanya.
Beberapa jam yang lalu Justin memberi kabar keberadaan Carra. Sebenarnya mereka juga mencari Carra, Yufan yang bertugas melacak. Namun ternyata Ariana sudah memblokade semuanya. Mereka mencari kesana-kemari. Dan baru ketemu beberapa jam kemudian.
"Gue sangat khawatir," Jolex melepaskan pelukanya, Carra tidak sanggup menolak, ia bahkan sudah tidak ada tenaga. Jolex menyelipkan tanganya dibahu serta betis Carra agar bisa membawanya keluar.
Saat didepan pintu Justin menahanya, "Biar gue ajah." Ucap Justin yang membuat Jolex mengangguk dan menyerahkan Carra, Carra mengalungkan tangannya dileher Justin.
Mereka membantai orang-orang yang berada diruangan ini, semua geng King-mv, Black-Devil dan beberapa anggota lainnya sudah dilenyapkan. Ariana tiba-tiba menghilang, mereka juga mencari Darrel yang ikut menghilang.
Setelah membawa Carra kerumah sakit untuk mendapat penanganan khusus Jolex dan beberapa anggota Black-Dragon mencari Agam yang ikut menghilang. Justin sempat menelpon Agam, namun tidak berlangsung lama panggilan terputus.
Justin mengusap jari jemari Carra untuk menenangkan dirinya. Hilangnya Carra benar-benar membuat dunia Justin mendadak berhenti. Apalagi ia baru menemukan Carra yang disekap Ariana.
Justin merasa tidak becus menjaga orang yang sangat dicintainya ini, mata Carra perlahan bergerak dan terbuka. Seulas senyuman Carra tampilkan.
"J, Agam dimana?." Ucapnya pertama kali membuat hati Justin mencelos kembali. Justin semakin menggenggam eret tangan Carra.
"Aku gak tau, mereka masih mencari," jawab Justin membuat Carra menyernyit.
"Mencari? Emangnya Agam kemana?" tanya Carra yang serasa hatinya semakin gundah. Apa yang terjadi dengan Agam? Apa mereka juga menyekap Agam? Lalu apakah kekasihnya itu baik-baik saja.
"Kemarin kami dapat 2 sinyal Mel, pertama di Greenhill tempat si Ariana, dan di Baristham tempat senjata kita. Agam ke Baristham dan sejak saat itu dia gak bisa dihubungi," terangkan Justin.
Carra mengerjapkan matanya, bagaimana bisa Ariana mengetahui keberadaan penyimpanan senjata Carra. Tubuh Carra bergetar hebat, wajahnya terlihat biasa saja atau datar, seolah ia tidak peduli dengan Agam. Namun dihatinya ia menangis, takut terjadi sesuatu yang buruk.
"Gue mau pulang J," pinta Carra yang menatap sendu Justin, lelaki berumur 20 tahun mengangguk lemah.
"Apapun untuk Mel," Justin kemudian beranjak untuk berkomsultasi dengan dokter yang menangani Carra. Meninggalkan Carra yang termenung disana.
"Agam.. aku udah kembali, kenapa sekarang kamu yang menghilang." Gumamnya yang merasakan hatinya merasa kehilangan. Tadinya ia berharap Agam lah yang menyelamatkanya, Agam yang datang dan memeluk Carra, Agam dengan senyuman yang menampilkan lesung pipitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Girls [END]
RomanceAgam Aldridge : Dia itu cantik, tapi nolak mulu, ucapannya selalu kasar, selalu menghindar. Carramel Skriver : Dia itu Ribet. Ditulis tanggal 21 Maret 2018 Selesai tanggal 20 Oktober 2019