Bagian - 24

10.2K 387 2
                                    

Bagi Carra tidak ada rasa takut dalam dirinya, ketakutan hanya dimiliki orang lemah.

Apalagi hanya takut mati, membuatnya merasa ingin tertawa jika ada anggota geng lain ingin bertarung dengan Black-Dragon tapi tidak ingin ada korban. Kalau kata Jolex sih sama ajah mau mati tapi takut matinya sakit.

Mereka adalah anak geng yang baru berkembang, namun dengan angkuh menantang Black-Dragon yang sudah jelas senior bagi mereka. Namun ternyata anak geng itu hanya dijadikan umpan oleh sebuah geng besar yang menjadi musuh bebuyutan Black-Dragon itu adalah Black-Devil.

Sebenarnya geng itu sudah sekitar 2kali di kalahkan Black-Dragon itulah yang membuat mereka menjadi musuh abadi. Namun mereka tidak jera sebelum menaklukan geng besar yang Carra pimpin ini.

Jolex tiba-tiba datang dengan tergesa , menghampiri Carra dan segera memberikan surat dengan darah yang sengaja dicecerkan disekitar tulisan suratnya. Carra menghela napas saat sudah membaca isi pesan itu.

"Mereka belum kapok?" tanya Carra pada Jolex, tapi Jolex juga menghela napas dan duduk disamping Carra.

"Kayaknya mereka gak main-main soal ancamanya Carr, gue emang belum bilang sama lo, kalau.. "Jolex kembali menghembuskan napasnya panjang, "Kalau Deni udah meninggal Carr" lanjutnya.

Sangat terkejut, itulah yang Carra rasakan, namun wajahnya tidak menunjukan ekspresi apapun, seolah ia tidak peduli siapa yang mati, namun jauh dilubuk hatinya ia tersakiti, anggotanya yang tidak bersalah telah tiada.

"Kita kibarin bendera perang" jarang, bahkan sangat tidak pernah Carra mengatakan 'Ayo perang' sangat anti bagi Carra, namun kali ini ia sendiri yang meminta mengibarkan berdera perang antara geng besar itu.

Sudah cukup Balck-Dragon diam dengan kekacauan yang geng jahat itu lakukan, mungkin kalau tidak merenggut anggota Black-Dragon  Carra tidak akan bergerak, namun kali ini situasinya tidak bisa didiamkan. kalau pepatah bilang sih Lo jual gue beli.

**

20 panggilan tidak terjawab menghiasi layar ponsel Carra, cukup kaget ternyata Agam menelponya sampai sebanyak ini. Tidak lupa juga belasan pesan yang sama sekali tidak Carra baca.

Saat panggilan telpon dari Agam kembali muncul, tanpa menunggu Carra menslide tombol panggil.

"Hallo pacar, kenapa gak diangkat , dari tadi aku telpon" Carra menghela napas, cukup wajar jika Agam marah padanya.

"Maaf, tadi gue ada perlu " jawab Carra yang menyandarkan tubuhnya pada sandaran mobil, sungguh Carra sangat lelah. Tak terdengar suara apapun disebrang telpon, membuat Carra memejamkan matanya.

"Kamu ada masalah Carr?" tanya Agam membuat Carra membuka matanya, ia kira cowok itu akan marah besar, pasalnya puluhan panggilan itu tidak dijawab, tapi Agam malah menanyakan keadaan Carra.

"Emang gue kenapa?" tanya balik Carra, ia lalu menyalakan mesin mobilnya dan segera melaju dengan pelan.

"Kalau kamu butuh tempat cerita hubungin aku yah, aku akan selalu ada buat kamu.." lanjut Agam yang entah demi apapun membuat perasaan Carra tiba-tiba tenang, perasaan menjadi lebih baik .

''Makasih" ucap Carra, sejujurnya Carra tidak pernah menyangka ia akan berpacaran dengan cowok rusuh disekolahnya itu, cowok yang membuat Carra akhirnya tersorot.

Tiba-tiba ia ingat ucapan Ariana tadi, yang membuat hatinya sedikit terusik.

"Gue gak tau harus ngomong apa Carr, lo pacaran sama orang nomor satu disekolah, lo bilang lo paling menghindari hal ini, oh ya.. gue juga mau ngingetin lo, lo itu jatuh cinta cuma sekali yaitu hanya pada Justin"

Carra tidak tau apakah perasaan hangat yang Agam berikan mampu menembus benteng kuat yang Carra bangun untuk mempertahankan rasa cintanya pada Justin.

Atau hanya sementara karna kekosongan Carra.

Sebenarnya juga ia menyukai Agam, namun tidak sebesar rasa cintanya pada Justin, entahlah apakah akan terus bertambah atau rasa suka pada Agam hanya sebatas suka.

**

"Kita akan segera membuka siapa sebenarnya sosok penguasa Black-Dragon , udah lama kita ngirim surat untuk tanding, tapi tidak pernah ada balasan, dan sekarang kita akhirnya disetujui"

Senyumanya seram, dia adalah ketua Black-Devil gangstar jahanam yang tak berprikemanusiaan.

"Bener banget, gue penasaran soalnya ada yang bilang dia cewek dan banyak juga yang bilang dia cowok," seru anggotanya.

"Tapi kita bener-bener harus memiliki rencana matang, jangan sampai seperti ketua kami dahulu. Dua kali kami dikalahkan makanya dia memilih mundur," ucap yang lain.

Ketua itu kembali tersenyum seram, "Dari dulu gue benci banget sama geng itu, soalnya mereka adalah titisan geng terbesar di asia yang udah membuat keluarga gue hancur" jelas Ketua itu dengan menggebu-gebu. Ia tidak akan melewatkan kesempatan untuk menghabisi Black-Dragon.

Apalagi dengan ketua geng itu yang popularitas nya sangat tinggi, dia ingin mengambil alih Black-Dragon tentunya, dendam nya tidak akan terpenuhi sampai ia menjadi penguasa geng terbesar diasia ini.

**

Salam hangat dari Ninna Nattasha penulis yang kali ini bahas gangstar

The Ice Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang