Carra memasuki ruangan khusus yang didesain hanya untuk perlengkapan perang, ini adalah ruangan milik ayahnya. Semuanya tersedia lengkap disini mulai dari senapan angin sampai bom peledak.
Carra memainkan jari lentiknya dengan mengusap beberapa pistol besar yang ditata rapih ditempatnya. Semuanya dirancang oleh perancang terkenal.
Carra meneliti granat perang berbentuk telur itu dengan matanya, ia tersenyum kecil saat pertama kali melempar granat itu. Waktu itu ia baru kelas 7.
"Semuanya sudah siap," ungkap seorang lelaki yang tengah membersihkan pistol besar itu, Carra mengangguk sebagai jawaban.
Dia adalah Justin.
"Mel, bisa gak kamu berjanji satu hal?" tanya Justin yang menghentikan aktipitasnya yang tengah membersihkan pistol itu, Carra menatap Justin dengan menaikan sebelah alisnya, "Bisakah kamu tetap hidup meski sudah menghabisi dia," Justin menatap Carra penuh harap.
Carra hampir saja tertawa dengan pertanyaan Justin barusan, entah kenapa Justin berfikir seperti itu.
"Lo lupa kalau gue udah punya tujuan lain sekarang, gue punya Agam dan lo yang udah kembali J, itu udah cukup buat gue bisa bertahan," Justin tersenyum mendengar hal itu.
Bukan apa-apa, dulu waktu mereka merencanakan ini semua, Carra sempat berbicara kalau setelah ia mengabisi orang itu, ia juga akan menghabisi dirinya sendiri, karna tujuan hidup Carra adalah menghabisi orang yang sudah membunuh ayahnya, namun sekarang Justin sudah lega, tujuan hidup Carra sudah berubah, meski ia merasa sakit, ia bukan hal utama tujuan itu.
"Apa kamu gak akan kasih tau dulu sebelum kamu nyerang?" tanya Justin yang sudah menyiapkan beberapa alat perang ditasnya.
"Kasih tau siapa? Agam, gak mungkin lah, gue gak mau sesuatu terjadi sama dia," Carra memasukan Pistol rancanganya kedalam jaket yang dipakai nya.
"Terus kalau aku gapapah gitu?" tanya Justin kesal membuat Carra menggelengkan kepalanya.
"Lo kalau mau pergi ya pergi ajah J, gue bisa hadapi sendiri," ucap Carra yang memasukan peluru Pistol lainnya.
"Enak ajah, gak akan yah aku ninggalin konser yang udah aku tunggu bertahun-tahun," jawab Justin membuat Carra bergidik geli, perang sama halnya dengan konser bagi Justin, aneh.
"Hm," balas Carra.
Rencana sudah matang, perlengkapan juga sudah siap, kekuatan tidak perlu dipertanyakan, kemampuan Justin dan Carra bahkan bisa merobohkan satu gedung.
Dari dulu sebelum kenal dengan Carra. Justin memang sudah terjun didunia hitam peperangan ini, ayahnya sudah mengajarkan semuanya mengenai pistol, bom dan sbg.
**
"Wuhhhuuu," teriak kegirangan Justin saat membantai semua orang berbaju hitam yang berada didepan gedung ini, semuanya ditembak menggunakan pistol mitraliur besar yang bertengger ditanganya.
Carra memutar bola matanya malas saat melihat suara kegirangan Justin, beberapa orang yang mendengar suara tembakan kemudian turun dan membalas tembakan itu.
Carra yang sudah masuk kegedung mengangguk percaya kalau Justin bisa menyelesaikan orang-orang yang baru datang itu, ditangan Carra sudah ada Pistol kedap suara, ia kemudian menembak satu persatu orang berbaju hitam yang berada dihadapanya tanpa suara sedikitpun.
Terdengar suara derap kaki berlari disana, Carra kemudian memipitkan tubuhnya agar tidak terlihat, orang-orang itu turun kebawah tanpa menyadari keberadaan Carra.
Carra berjalan dengan kedua pistol rancanganya ditangan, ia sudah berada dilantai 2. Gedung ini memang memiliki 2 lantai saja, untuk itu memudahkan Carra agar dengan mudah sampai pada orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Girls [END]
RomanceAgam Aldridge : Dia itu cantik, tapi nolak mulu, ucapannya selalu kasar, selalu menghindar. Carramel Skriver : Dia itu Ribet. Ditulis tanggal 21 Maret 2018 Selesai tanggal 20 Oktober 2019