Agam menghela napas gusar, ia lalu melemparkan tas ransel nya kedepan Raga dan Dewa yang asyik main game.
"Asttgggfff.. untung lo lagi kesel kalau kagak.." ucap Raga yang melempar kembali ransel Agam, yang disumpahi malah berjalan kearah kulkas.
"Gue tebak, lo ditolak lagi sama si Carra" tebak Dewa membuat Agam yang sedang membuka air mineral terhenti.
Ia kemudian mendengus kesal, " Gak usah sebutin nama dia.." kesal Agam yang melempar air mineral pada Dewa.
"Weiiiss, selow bro.. haha..nyerah juga lo" ucap Dewa yang menangkap botol air mineral itu.
"Berisik" sergah Agam yang kemudian segera meminum air mineral nya, ia kemudian duduk disofa.
"Si Darrel katanya mau kesini, tapi ko.. belum datang yah.." ucap Raga yang melongok ke depan pintu.
"Dia kan emang kaya gitu , selalu telat" balas Dewa yang mematikan game online nya.
"Gam.." panggil Dewa yang duduk disamping Agam, Agam yang menutup matanya hanya berdehem saja.
"Lo tau kan geng King-mv , kayaknya mereka mulai membuat rencana deh" ucap Dewa yang sedetik kemudian Raga juga ikut duduk.
Agam yang mendengar nama King-mv segera membuka matanya, ia cukup kenal dengan nama itu.
"Tau dari mana lo, jangan bilang lo masukin si Deri jadi mata-mata" tebak Agam yang membuat Dewa cengengesan.
"Ya..kita gak punya cara lain , man" balas Dewa yang sedikit menyesal.
"Wa, lo tau kan bahaya apa yang akan anak itu temui, lo..astaga, lo sekarang telpon si Deri , suruh keluar dari posisi nya" ucap Agam yang membuat Dewa mengangguk.
Dewa kemudian merogoh sakunya, lalu menekan nomor Deri , namun nomornya tidak aktip.
''Gak aktip Gam, gak biasanya si Deri matiin ponsel nya" ucap Dewa sedikit khawatir.
Agam kemudian mengambil jaket lalu berjalan keluar diikuti Raga dan Dewa yang terus menelpon no Deri.
Namun saat Agam membuka pintu, Bruugh disana Darrel dan Deri.
"Ya ampun, Rell, si Deri kenapa?" tanya Agam yang membantu membopong Deri yang sudah babak belur.
"Dia dikeroyok sama geng sialan itu, gue takut dia kenapa-kenapa Gam, soalnya ini parah " jawab Darrel yang sangat panik.
"Kita bawa kerumah sakit ajah gimana?" tanya Dewa yang membuat Agam menggeleng.
"Gak, nanti polisi tanya-tanya, dan gue yakin setelah tau dia anggota geng, kita bakal diintrogasi" jawab Darrel yang membuat Dewa menatap bersalah.
Agam kemudian menatap Dewa," Gue udah bilang jangan jadiin dia sebagai mata-mata, kenapa lo gak mau denger hah" kesal Agam yang memukul wajah Dewa.
"Sory, gue gak tau kalau King-mv bakal secepet ini ngebongkar penyamaran Deri" bela Dewa yang meringis kesakitan, sepertinya pipinya memar.
"Lebih baik kalian gak usah bertengkar, yang penting ini Deri gimana, " ucap Raga yang membersihkan luka ditubuh Deri.
Dewa dan Agam pun mendekati Raga.
"Lebih baik kita panggil dokter ajah, itu akan meminimalisir keadaan'' ucap Darrel yang membuat mereka semua setuju.
**
"Car, jujur yah sama gue, lo suka gak sama kak Agam?" tanya Ariana, kini mereka tengah duduk dihalaman belakang basecamp.
"Gak" jawab Carra yang sangat simple, ia kemudian kembali meneruskan bacaanya .
Ariana kemudian mendengus, "Kalau seperti ini terus ya..lama-lama gue bakal nyangka lo suka sama sesama jenis loh, Car" ucap Ariana membuat Carra yang fokus kini berhenti.
Ia lalu menatap Ariana, "Eh...eh, iya sory Car, jangan gitu kek natapnya, nyeremin tau" ucap Ariana yang tersenyum canggung, Carra lalu menghela napas dan melanjutkan membaca nya.
Dreet drettt
Getaran ponsel Carra membuat fokus Carra teralihkan, ia lalu melihat siapa yang menelpon nya.
Dilayar terulis Mama Calling membuat Carra kembali menghela napas.
"Ya" jawab Carra saat panggilan tersambung.
"Lagi dimana?"
"Dirumah Ariana" jawab Carra, ia lalu menatap Ariana yang sibuk mendengarkan musik.
"Kamu pulang sekarang, ada yang mau mama omongin" ucap ibunya lalu sambungan telpon pun terputus, begitulah, bahkan tanpa persetujuan Carra.
Carra kembali menghela napas, ia pun merapihkan barang-barang nya.
"Loh...Car, mau kemana?" tanya Ariana membuat Carra terhenti sebentar.
"Pulang.. ke castle mati" ucap Carra yang membuat Ariana mengerti, kalau Carra mengatakan Castle mati ,itu artinya rumahnya.
Entah harus bagaimana , Ariana sama sekali tidak mengerti keluarga itu, keluarga Carra terlalu misterius untuk diungkap.
**
Salam hangat dari Ninna Nattasha penulis amatir yang akhirnya bisa nonton konser BlackPink ^WorldTour-InYourArea- Jakarta
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Girls [END]
RomanceAgam Aldridge : Dia itu cantik, tapi nolak mulu, ucapannya selalu kasar, selalu menghindar. Carramel Skriver : Dia itu Ribet. Ditulis tanggal 21 Maret 2018 Selesai tanggal 20 Oktober 2019