Bagian - 45

7.3K 292 2
                                    

"Aku sayang kamu." Justin memeluk tubuh Carra dengan erat, tak ingin melepaskan seperti yang ia lakukan beberapa tahun lalu. Penyesalan yang pernah meninggalkan Carra terus menghantuinya.

Kini Justin sudah tersenyum lega, perasaanya sudah ia ungkapkan, ia tau Carra mencintainya. Justin tidak perlu tahu dari mulut Carra, Justin bisa melihatnya beberapa tahun lalu.

Ekor mata Carra tak sengaja melihat siluet seseorang yang meninggalkan bar dengan lemah, Carra melepaskan pelukan Justin, ia menatap heran lelaki ini.

"Apa maksud lo?" tanya Carra yang  tak mengerti jalan pikiran Justin, "lo tau kan gue udah punya pacar," Carra menekankan perkataanya.

Justin menghela napas, "Aku tau dan itu hanya pelampiasan," ucapnya yang membuat Carra semakin menajamkan tatapannya.

"Lo gila, lo sengaja ngelakuin ini, lo tau kalau Agam bakal kesini, lo sengaja buat dia salah paham, gue gak paham sama jalan pikiran lo J." Carra menggeleng tak percaya, yang ada dihadapanya apakah Justin temannya dulu.

"Mel, aku tau kamu cinta sama aku, please jangan mikirin orang lain," Justin menggengam tangan Carra.

"Cinta?, sejak kapan gue cinta sama lo, dengerin gue J, gue gak punya perasaan apapun sama lo, sedikitpun." Ucap Carra dengan tegas, Justin menggeleng tidak sependapat dengan Carra. Ia kemudian menarik tubuh Carra agar kembali kepelukanya.

"Apa kamu tidak merasakan apapun, meski seperti ini?" tanya Justin dengan mengeratkan pelukanya, Carra berdecak kesal, ia kemudian mendorong tubuh Justin sampai beberapa langkah, semua orang kaget bukan main melihatnya.

"Lo salah, gue gak ngerasain apapun, gue sama sekali gak tertarik sama lo," ucap Carra menatap tajam Justin kemudian melenggang pergi, namun sebelum ia keluar bar, ia berhenti, "Dan, Agam bukan pelampiasan gue, Agam adalah cinta gue," ucapnya tajam, keadaan mencekam pergi setelah Carra menghilang dibalik pintu.

Semua orang yang tadinya mengira akan terjadi adegan romantis malah menyaksikan adegan seperti itu, tidak ada yang mencekam selain melihat wajah Carra yang sangat marah itu, bahkan ada yang sampai memecahkan gelas saking gemeternya liat tatapan Carra.

"Arrrggghh," Justin menendang meja bar.

Carra melihat sekelilingnya, mencari sosok yang tadi melengos pergi, yang melihatnya dipeluk.

Carra mencari kesebrang jalan.

Grruuuggghh.

Suara halilintar terdengar nyaring, Carra mendongakan wajahnya, awan hitam sudah memenuhi langit sore ini. Carra semakin bergegas mencari Agam.

Ia tidak ingin Agam larut dalam kesalahpahaman atas pelukan itu, gemercik hujan mulai terasa, Carra terus menjelajahi trotoar ini.

Seseorang berdiri dengan membelakanginya didepan sana, Carra yang tadi sempat melihat Agam segera menghampiri orang itu.

"Aku tidak menyukainya," ucap Carra dengan suara sedikit lantang, hujan tiba-tiba mengguyur jalanan dengan perlahan, Agam berbalik melihat Carra, lelaki itu pucat.

"K-kamu," gugup Agam yang melihat Carra ada didepanya, harusnya Carra bersama Justin, Agam tahu mereka akan bersama lagi.

'Justin cinta pertama Carra dan Carra akan membuang Agam'.

"Iya aku," ucap Carra yang semakin mendekati Agam, cowok itu seperti sedang syok saat ini.

"Kamu lagi ngapain disini, Justin.. Justin pasti nunggu kamu," ucap Agam yang menatap Carra lekat, hujan semakin deras dan mengguyur tubuh Carra dan Agam, namun dari mereka sama-sama tidak ingin beranjak.

The Ice Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang