Bagian - 40

8.1K 312 14
                                    

Agam sekali lagi melirik Carra yang duduk disampingnya, menatapnya penuh kekaguman.

Perjalanan 30 menit bener-bener gak kerasa, gadis pemilik mata setajam elang ini hanya bisa diam saat Agam mencuri-curi pandang padanya.

"Ada apa?" tanya lagi Carra yang hanya dibalas gelengan oleh Agam, cowok itu tak henti-hentinya tersenyum.

"Kamu cantik banget kalau pake hijab." Jawab Agam membuat Carra memalingkan wajahnya, menatap kearah luar, senyuman kecilnya terukir disana. Tapi sayang cowok disampingnya tidak melihat.

Sebelum berangkat Agam tadi menyarankan Carra untuk memakai kerudung. Alasanya karna Carra mengajak Agam berjiarah ke makam Alvaro-ayah Carra-.

Carra benar-benar sangat cantik dengan pashmina warna cream, terlihat simple namun sangat pas. Entahlah Agam harus mengatakanya seperti apa.

Mereka akhirnya sampai, tidak sulit untuk menemukan lahan parkir disini, Carra dan Agam segera keluar dari mobil Agam.

Mereka pun berjalan berdampingan, menuju sebuah nisan putih dengan rumput buatan yang ditata rapi berwarna hijau.

Carra berdiri didepan makam dengan nama Alvaro Mel Skriver seseorang yang sangat  Carra rindukan.

"Asalamualaikum Pah." sapa Carra saat duduk disebelah makam itu tak lepas diikuti Agam. Carra mengusap nisan itu.

"Papah gimana kabarnya, maaf yah Mel janjinya minggu kemaren jiarah, eh malah baru bisa sekarang." Ucap Carra yang tersenyum sedih, karna tidak bisa menepati janjinya untuk datang minggu kemarin.

"Hm, Carra juga bawa temen pah, namanya Agam." Kenalkan Carra yang menatap Agam, cowok itu menjadi salah tingkah.

"Eh, asalamualaikum Om, saya Agam pacar Carramel, putri Om." Balas Agam yang nyengir sendiri, Carra menahan senyumnya melihat laku Agam yang salah tingkah.

Terdiam sekitar 15 menit, Carra hanya diam menatap batu nisan ayahnya, dan Agam pun tidak tau harus melakukan apa. Carra menghela napas, ia kemudian berdiri diikuti Agam.

"Yaudah kita pulang yah Pah, ayo Gam." ajak Carra membuat Agam menyernyit.

"Gak berdoa dulu buat Papah kamu?" tanya Agam membuat Carra diam sebari melihat nisan ayahnya.

"Gimana caranya?" tanya Carra membuat Agam sedikit kaget, apa Carra gak tau caranya berdoa untuk orang yang suda tidak ada?, benarkah Carra tidak bisa.

Agam mengangguk, ia kemudian mengadahkan tangannya yang diikuti Carra, sedikit agak dikeraskan bacaan nya, membuat Carra hanya bisa menatap Agam sesekali, Agam terdengar sangat fasih membaca doa-doanya, membuat Carra tersenyum miris.

Ia sama sekali tidak pernah diajari oleh Camella, bahkan sholat pun Carra tidak bisa. Bukan ia tidak mau, tapi Carra tidak bisa, Carra juga tidak pernah belajar dari internet, apalagi dari teman-temannya, maklum semua teman Carra adalah non-muslim.

''Amin." Ucap Agam yang mengusap wajahnya diikuti Carra, Agam kemudian tersenyum melihat Carra mengikutinya. "Nanti aku ajarin mau?" tanya Agam membuat Carra mengangguk.

Mereka kemudian kembali berjalan pulang setelah berpamitan, Agam menggenggam tangan Carra, dan gadis itu sama sekali tidak keberatan.

"Kamu kok bisa fasih banget baca doa-doanya?" tanya Carra yang melihat kearah Agam yang sedang meneyetir. Cowok ganteng itu tersenyum yang menampilkan lesung pipit yang baru Carra sadari.

"Iya dong, tiap minggu aku pasti kemakam ibu buat jiarah." Balas Agam membuat Carra tersentak tidak enak. Carra hanya diam seperti biasa.

"Carr!" panggil Agam membuat Carra melirik cowok itu sebentar, menyernyitkan kening saat menatapnya.

The Ice Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang