Bagian - 18

10.8K 417 4
                                    

Dag dig dug dag dig dug

Suara detak jantung Agam terpompa cepat, napasnya memburu namun senyuman diwajahnya terus berkembang.

Sesekali menatap kebawah, dimana tangannya dipegang seseorang, tidak peduli didepan ada apa, namun Agam senantiasa menatap kesamping dimana seorang gadis tengah berlari bersamanya.

Dia. Carramel.

Untuk kesekian kalinya, tangan kanan Agam menyentuh dada dimana hatinya berada. Agam merasakan sesuatu yang luar biasa.

Agam sama sekali tidak menyangka akan mengalami hari dimana ia sangat sangat bahagia.

Gadis itu. Carra menarik Agam bersama saat mereka tidak bisa menghadapi penjahat suruhan itu, entah apa yang dipikirkan Carra , ia menarik tangan lelaki itu tanpa pikir panjang.

Tak sengaja Agam melihat darah dipelipis gadis ini, ia kemudian berhenti membuat Carra pun ikut berhenti.

Carra menatap Agam, kemudian menatap kebelakang dimana para penjahat itu masih mengerjar.

"Gue bakal habisin lo kalau lo berhenti mendadak lagi" ucap Carra yang sedetik kemudian kembali menarik Agam.

Belum sempat... Belum sempat Agam memberi tahukan kondisi Carra, gadis ini langsung saja kembali berlari.

Setelah Agam melihat sekitar, Ia kemudian tahu harus bagaimana, dan sekarang bukan lagi Carra yang menariknya namun ia lah yang harus menarik Carra.

Setelah melepaskan tangan Carra dari tanganya, ia kemudian menggenggam tangan Carra dan menariknya sebuah rumah.

Sepertinya mereka lolos, penjahat itu kehilangan jejak mereka , padahal Agam dan Carra tengah menatap penjahat itu dibalik pintu.

Carra menghela napas , sepertinya tenaganya sudah habis karna berkelahi dan berlari.

Carra terduduk lemas di lantai yang terasa dingin ini, menstabilkan napasnya yang tidak teratur. Disampingnya tengah berdiri Agam yang menatapnya.

Agam kemudian merogoh saku nya, mencari nama kontak Raga. setelah ketemu Agam kemudian menelpon Raga.

"Ga, kotak p3k dimana?" tanya Agam pada orang disebrang telpon.

"Loh.. lo kenapa Gam, lo kecelakaan , kenapa nyari kotak p3k, kenapa juga lo belum dateng-dateng" Cerocos Raga yang membuat Agam mendengus kesal.

"Nanya nyah nanti ajah, sekarang dimana kotak p3k?" tanya kembali Agam.

"Emang lo lagi dimana?" tanya lagi Raga membuat Agam kembali menghela napas.

"Basecamp" ujar Agam.

"Oh, ada dinakas dapur" Jawab Raga dan sambungan telpon pun terputus, tentu saja Agam tidak diam saja, ia segera kedapur dan mencari kotak p3k.

Setelah ketemu ,Agam kemudian menarik Carra kesofa membuat gadis itu menyernyitkan keningnya.

"Mau ngapain lo?" tanya Carra melihat Agam meneteskan alkohol pada kain cassa.

"Diem ajah" balas Agam kemudian mendekatkan diri pada Carra, saat akan meniup luka didahi Carra , Carra menahan wajah Agam.

"Jauh-jauh lo dari gue'' ucap Carra mendorong tubuh Agam yang condong pada dirinya. Agam menghela napas.

"Emangnya lo bisa ngobatin sendiri?" tanya Agam kembali menurunkan tanganya.

"Lo pikir gue gak punya akal" ucap Carra sambil mengeluarkan ponselnya, ia lalu mencari aplikasi kamera depan, kemudian munculah dirinya diponselnya.

Carra kemudian memperlihatkan pada Agam, Agam kemudian menghela napas, setelah itu memberikan cassa yang sudah ditetesi alkohol pada Carra.

Saat Carra hampir mengolesi luka nya, wajah Agam kemudian muncul dikamera Carra,karna kaget akhirnya Carra menekan tombol potret di kameranya.

"Anjing, lo ngagetin gue" ucap Carra menatap Agam yang cengengesan saja, saat  Carra kembali mengoleskan cassa, tiba-tiba panggilan telpon masuk.

Itu dari Jolex.

Tanpa basa-basi Carra mengslide tombol terima diponselnya, seketika telpon pun tersambung.

"Ya Lex. " jawab Carra saat menempelkan ponselnya.

Agam tidak tau dan tidak medengar apa yang Carra dan orang disebrang telpon itu bicarakan, pasalnya Carra hanya berbicara 'Ya' dan 'Hm' saja.

Setelah sambungan telpon terputus Carra kemudian berdiri, menatap Agam yang juga menatap nya.

"Orang-orang itu udah diberesin, sekarang gue pergi, lo obatin ajah luka lo" ucap Carra yang memasukan ponselnya kesaku celana nya.

"Naik apa, kan mobil lo jauh" ucap Agam yang ikut berdiri, Carra menghela napas.

"Gue bisa naik taxi" balas Carra yang berjalan mendekati pintu.

"Gak ada taxi, ini kan perumahan, ojek apalagi" lanjut Agam.

"Gue bisa jalan kaki" balas Carra yang mulai kesal dengan tingkah Agam.

"Kalau lo jalan kaki, gue ikut, sekalian sambil ngambil mobil gue, yah" rujuk Agam membuat Carra mengangguk pasrah.

"Oke"

**

Salam hangat dari Ninna Nattasha penulis amatir yang lagi nyari tempat wisata kuliner

The Ice Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang