Bagian - 53

7.1K 249 8
                                    

Kembali  menghela napas. Agam dan Justin duduk ditepian kursi sambil bersebrangan keduanya tengah menunggu Raga melacak keberadaan ponsel Carra.

"Aneh.." gumam Raga, Agam langsung mendekati cowok yang tengah duduk didepan komputer ini, ia menyernyitkan kening.

"Ada apa?" tanya Agam, Raga mengetuk-ngetukan telunjuknya pada dagunya.

"Ada dua lokasi yang menyatakan keberadaan Carramel, satu di Greenhill, satu lagi di Baristham. Ini aneh bukannya Carramel cuma punya ponsel satu?" tanya Raga. Keadaan ini memang tidak masuk akal.

"Nggak papa, gue yang akan ke Baristham, gue berangkat," setelah mengambil lokasi keberadaan ponsel Carra, Agam segera melesat pergi. Sementara Justin yang masih meneliti lokasi itu menyernyit aneh.

"Tunggu dulu, Greenhill itu, astaga." Justin melotot sempurna, Raga dan Dewa saling berpandangan melihat reaksi Justin, "Greenhill lokasi senjata Carra, Ariana bangsat.. hubungi si Agam itu, jangan ke Baristham itu adalah jebakan," Justin mengatakan itu kemudian melesat pergi.

"Apaan sih barusan, gue gak ngerti sumpah," Dewa mengacak rambutnya frustasi, hilangnya Carramel benar-benar membuatnya pusing, apalagi dari semalam mereka tidak tidur demi menemukan Carramel.

"Si Jusjus bilang Agam jangan ke Baristham, dijebak, maksudnya apa ya, ya ampun otak gue lemot banget.. gue istirahat bentar," Raga merebahkan tubuhnya diikuti Dewa disofa, mereka kemudian terlelap.

Drtt drtt

Suara ponsel Raga bergetar, Raga menggeser ponselnya dan menempelkanya ditelinga.

"Hallo," sapanya.

"Hallo Ga, si Agam dimana?," tanya orang disebrang telpon, Raga menghela napas.

"Pergi ke Baristham," jawab Raga sekenanya masih menutup mata.

"Oh oke, thank ya Ga," sambungan ditelpon terputus terpaksa Raga membuka matanya dan melihat siapa yang barusan menelpon.

"Oh Darrel," gumam Raga dan kembali melanjutkan istirahatnya. Mereka tidak tahu bahaya apa yang mengincar Agam.

**

"Oh jadi ini mantan ketua Black-Dragon," Pedros ketua King-mv berdecak kagum, meskipun wajah Carra sudah lebam akibat dipukuli itu tidak menghilangkan kecantikanya, "kalau gue tau lo secantik ini, gue gak akan pernah perang sama Black-Dragon, " lanjutnya seolah ia selalu menang.

"Gila boss, gue gak nyangka ternyata cewek, tau gitu gue pacarin," ucap salah satu anak buahnya, mereka semua tertawa, Ariana mengundang mereka untuk melihat siapa ketua yang selama ini mereka cari.

Ariana mendengus sebal, ia lalu mendorong salah satu anggota King-mv, mereka kemudian sedikit mundur membiarkan Ariana duduk dihadapan gadis yang tubuhnya diikat ini.

"Bangun lo," Ariana menjambak rambut Carra, mata Carra sedikit terbuka, bahkan matanya menjadi bengkak akibat Ariana pukuli.

"Lo a-akan meneri-ma akibatnya." Ucap Carra sarkastik dengan terbata, ia menyiratkan rasa kebencian terhadap Ariana. Sementara gadis ini hanya terkekeh pelan.

"Lo ngancem,.. ck, inget Mel, nyawa lo ada ditangan gue. Gue bisa dengan mudah melenyapkan lo sekarang juga." Bela Ariana dengan senyuman evilnya.

"Lo g-gak punya nya-li buat bunuh gue, lo cuma banyak o-omong Ariana," Carra memancing emosi Ariana.

Bruuggh

Ariana  menendang Carra sampai gadis ini terjatuh bersama kursinya, Carra meringis pada tubuhnya yang terasa sakit. Tidak apa-apa lah, karna Carra berhasil membuat emosi Ariana, ia sebenarnya sengaja membuat Ariana marah agar menendangnya. Karna Carra melihat sebuah batu runcing disampingnya.

The Ice Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang