Ini adalah bagian terakhir The Ice girls yah. Jangan ada yang spam next lagi atau bonus part yah.
Justin menatap Ariana dan Darrel dengan tatapan tajam, ditangan Justin sebuah cairan keras dibotol. Ia masih menatap Ariana.
Dulu Ariana adalah temannya, namun tidak Justin duga bahwa dibalik wajah cerianya ada diri psikopat yang tertanam.
Orang bilang, penjahat adalah orang baik yang tersakiti , tidak seperti itu menurut Justin.
Perlahan Justin berjalan kearah Ariana, mata Ariana kembali berair, tatapannya penuh permohonan pada Justin. Penyesalan tak berguna sekarang.
Shhhhhh
"AAAAAAAAAA." Ariana berteriak saat cairan keras itu mengguyur tubuhnya. Panas, sakit, perih, gatal, semuanya bercampur, yang paling parah dibagian kepalanya, serasa kulitnya melepuh.
"J-jus..tin.. amp-pun," rintih Ariana yang dibalas senyuman setan oleh Justin. Tolong jangan remeh kan Justin, bagi cowok ini pernghianatan tidak ada kata maaf.
Justin beralih pada Darrel, ia melakukan hal yang sama seperti Ariana, Darrel menjerit merasakan neraka dunia ini.
Tubuh kedua orang ini memerah, dari kepala Ariana darah mengucur begitupun Darrel, kepala mereka melepuh hebat. Kulit kepala mereka terkelupas terbawa darah.
"Am...punn," kembali terdengar rintihan kesakitan si penghianat ini, Justin membuat botol cairan yang isinya sudah habis. Tubuh mereka kejang.
"Gimana keadaan Carramel?" tanya Jolex yang ikut duduk dikursi yang menghadap Ariana dan Darrel.
"Kacau," jawab Justin, keadaan Carra memang sangat kacau sekarang, kemarin Justin melihat Carra hampir saja menggoreskan pisau yang entah dari mana, untung saja Justin cepat merebut pisau itu.
"Mayat itu memang Agam, gue udah cek cctv di kantor polisi, itu memang dia," Justin menghela napas mendengar penuturan Jolex.
"Gue gak tau harus gimana lagi, kematian Agam bener-bener membuat mental Carra terganggu, dari mulutnya dia cuma bergumam nama Agam, gue udah coba komunikasi, gak ada sahutan." Justin mengusap wajahnya kasar.
Mental Carra benar-benar terganggu, puncaknya adalah saat gadis itu mencoba bunuh diri. Justin bener-bener seperti sudah tidak mengenali Carra lagi.
**
"Mel, sini liat kesini.." Justin mengusap kepala Carra, namun gadis ini tak merespon, tatapanya masih kosong kedepan. Perlahan Justin menangkup wajah Carra membuatnya terpaksa menatap mata Justin.
"Agam.." Air mata Carra keluar begitu saja, deras sekali, ia bahkan sesegukan, beberapa kali Carra menyerka air matanya. Justin tetap menangkup wajah Carra.
"Mel.. ini J Mel, bukan Agam," Justin mencoba menyadarkan Carra, namun tatapan gadis ini kembali kosong saat air matanya tidak keluar lagi. Ini sudah tidak beres.
Justin menggendong Carra, ia membawanya kemobil dan segera menelpon dokter pribadi keluarga Carra. Justin menjadwalkan Carra. Keadaan gadis ini sudah tidak biasa lagi.
"Agam.." kembali terdengar gumaman Carra, Justin sekuat tenaga tidak menatap Carra yang disampingnya. Ia tidak kuat melihat gadis yang ia cintai ini menderita.
Setelah sampai dirumah sakit, Justin segera menggendong Carra menuju ruang dokter yang sudah diberi tahu dokternya.
"Heii..inget saya?" sang dokter mencoba mengalihkan perhatian Carra, tatapan mata Carra masih kosong, alat pemeriksa mata Carra tidak diikuti oleh mata gadis ini. Bahkan matanya tidak terganggu meski disorot lampu pemeriksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Girls [END]
RomanceAgam Aldridge : Dia itu cantik, tapi nolak mulu, ucapannya selalu kasar, selalu menghindar. Carramel Skriver : Dia itu Ribet. Ditulis tanggal 21 Maret 2018 Selesai tanggal 20 Oktober 2019