Agam masih belum percaya, ia kemudian segera mengambil ponsel yang tergeletak dimeja. Ia menghubungi Carra, namun tidak di angkat, ke khawatiran semakin menyeruak.
"Ayolah Carr," gumam Agam saat ponsel Carra beralih mati, napasnya mulai memburu ia akan menelpon siapa. Justin kah, atau teman-teman Carra.
Agam menggelengkan kepalanya kemudian menghubungi nomor Justin.
"Haloo, siapa nih?" terdengar suara malas disana, Agam sebenarnya tidak suka berbicara dengan lelaki yang sangat menyukai kekasihnya ini, namun apa daya.
"Justin, lo lagi sama Carra tidak?" Agam menanyakannya dengan formal.
"Gak, emangnya kenapa?" tanya Justin, namun tidak Agam jawab, lelaki ini malah memutuskan sambungan telpon, dan bisa ditebak Justin pasti mencak-mencak saat ini.
"Gimana?" tanya Darrel yang melihat wajah gelisah Agam, apa yang harus Agam lakukan sekarang. Apakah ia harus kerumah Ariana untuk memastikan.
"Gue pergi," ucap Agam yang berlari menuju mobilnya, meninggalkan Darrel sendirian, lelaki ini tersenyum penuh arti ia kemudian menelpon seseorang.
"Dia menuju rumah lo, lanjutkan rencana." Ucap Darrel yang mematikan sambungan telpon kemudian melahap mie instannya dengan gembira.
**
Agam berada didepan rumah Ariana , lelaki ini tanpa ragu segera menekan bel rumah ini.
Terdengar suara derap langkah didalam, pintu terbuka menampilkan gadis yang mempunyai tahi lalat diatas bibirnya ini.
"Kak Agam, ada apa?" tanya Ariana dengan senyuman cerianya, Agam menatap Ariana dengan selidik.
''Dimana Carra?" tanya Agam dingin, Ariana mengerutkan dahinya.
"Kenapa..." Ariana tersenyum sexy, "Carra gak bisa dihubungi yah.. hm, kasihan." Ariana terkikik geli, Agam hanya menampilkan wajah datar. Ariana akhirnya berhenti tersenyum, ia menatap Agam.
"Gue nanya dimana Carra?" tegaskan Agam, tidak ingin bertele-tele kepada gadis ini, Ariana menyuruh Agam menunggu sebentar, ia bilang akan mengambil ponselnya. Karna tahu dia dimana.
"Lihat nih, Carra lagi seneng-seneng," ucap Ariana memperlihatkan Carra yang tertidur dibahu seorang pria yang pria itu tanpa busana, didepanya terlihat banyak minuman keras dan itu sebuah kamar.
Hati Agam seolah tertusuk ribuan jarum, melihat kekasihnya berpelukan dengan lelaki lain, dikamar, ada miras, lelaki tanpa busana. Apa yang sedang mereka lakukan? Ariana mengeluarkan senyum evilnya.
"Carra udah hianatin kaka, jadi pergilah." Ariana akan masuk kembali kerumahnya namun Agam mencegah.
"Gue gak percaya dengan apa yang lo perlihatkan, Carra bukan gadis seperti itu, jadi katakan dimana Carra," Agam menekankan katanya, Ariana sedikit terhenyak. Agam tidak percaya dengan tipu daya nya.
"Gue gak tau, kalau lo gak percaya silahkan pergi," Ariana menutup pintunya dengan kasar. Agam segera kembali memasuki mobilnya, ia kembali menghubungi nomor Carra. Baiklah Agam akan kerumah Carra.
Dan sampailah Agam dirumah Carra, ia menanyakan pada pak Ogel, dan pak Ogel bilang Carra belum pulang.
Hari semakin gelap, dan Agam belum menemukan Carra, Elsa dan Sella sudah dihubungi dan mereka juga tidak tahu. Begitupun dengan Justin cowok itu juga tidak tahu.
"Aku harus cari kamu kemana lagi Carr?" tanya Agam pada hamparan bintang-bintang dilangit sana. Ia terduduk ditaman karna kelelahan mencari Carra, menghela napas kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Girls [END]
RomanceAgam Aldridge : Dia itu cantik, tapi nolak mulu, ucapannya selalu kasar, selalu menghindar. Carramel Skriver : Dia itu Ribet. Ditulis tanggal 21 Maret 2018 Selesai tanggal 20 Oktober 2019