BAB 01 : Pradipta Alderio Anindito

83.7K 2.9K 52
                                    


Sergio Milano bapak presiden perusahaan ferrari terkaya mampu menghipnotis seluruh rakyat Italia dengan keluaran mobil yang terbaru berwarna jet black.

"Dibandrol harga sepuluh ber-nol sembilan," ucap satu cowok cungkring keturunan tanah papua yang sedang membacakan satu artikel di internet dalam laptopnya, sebut saja dia Simon.

"Tajir gila bokap lo, Dip!"

Simon mengelus dadanya melihat kelakuan satu temannya ini hanya tertidur di kelas. Dirinya selalu didiamkan kalau berbicara dengan cowok satu ini yang sedang menelungkupkan kepalanya di tangannya. Mungkin dia sedang mimpi indah. Dia terlalu bodoh, bapaknya pengusaha terkaya di Italia tapi anaknya seperti kelelawar yang hanya bisa tertidur.

Pradipta Alderio Anindito, cowok berjambul ini yang mampu menyihir seluruh cewek disekolah ini dengan ketampanannya yang tidak bisa dipungkiri. Wajahnya yang blasteran antara Jawa dan Milan, untung saja dia tampan mengikuti papanya yang sekarang menjadi orang sukses di Italia.

Siapa yang tidak kenal Sergio Milano, bapak presiden di perusahaan ferrari mobil balap di Italia. Beruntung sekali menjadi Dipta kerjaannya hanya tidur tapi duit terus mengalir ke dompetnya. Banyak cewek-cewek naksir juga karena Dipta terlahir tampan dan dompetnya tebal. Tapi cowok itu terlalu bodoh, dia tidak mengenal cinta hanya mengenal nyenyaknya tidur.

Simon kembali mengelus dadanya, sesabar ini dia menjadi teman Dipta. "Untung ganteng lo," ucapnya sambil bergaya ingin menghajar satu cowok ini yang sedang pulas tertidur.

"Kak Dipta! Minta tanda tangannya dong,"

"Kak Dipta!"

"Kak Dipta!"

"Astaga," ucap Simon yang terkejut saat tubuhnya di dorong-dorong untuk pergi dari samping Dipta.

"Sabar satu-satu,"

"Bukan ke lo!" pekik gadis mungil dengan nada tinggi.

Simon menggeleng. "Hei, dasar kau butet!"

"Yee, sadar diri aja muka kayak pantat panci gosong sok jadi teman kak Dipta!"

Dipta mengerang pusing mendengar kebisingan di sebelahnya. Matanya menyipit melihat satu Simon yang sedang menghalang-halangi para gadis sambil membawa buku, ada apa ini?

"Tuh, kak Dipta udah bangun!"

Brugh. Tubuh Simon benar-benar jatuh ke lantai akibat dorongan keras dari adik kelas yang antusias ingin meminta tanda tangan Dipta.

Sialan. batin Simon

"Benar-benar kau bego, butet!" Simon berdecak sebal.

Simon memasuki celah kerumunan gadis-gadis yang sedang menggerumuti Dipta. Sedangkan Dipta kembali tertidur menelungkupkan kepalanya di tangan. "Kalau mau minta tanda tangan Dipta, perlu izin Simon Tete Konde dulu!" ucapnya sambil sedikit memekik.

Semua menahan tawa saat mendengar cowok itu berkata aneh. Beberapa detik kemudia tawa gelak yang terdengar di teilnga Simon dan Dipta.

"Kenapa kalian tertawa?"

"Kalian meremehkan tanah Papua, gue bakal bilangin ke kepala suku,"

"HAHAHA! Siapa tuh?"

"Sialan kau bodok!"

Dipta berdiri dia tidak kuat mendengar keberisikan sekarang. Lalu ia mengeluarkan desahan kesal dari mulutnya dan keluar dari kerumunan para gadis genit.

"Tuhkan kak Dipta keluar, gara-gara lo kak Simon!"

Sial, beberapa gadis yang tadi memasuki kelasnya mengikuti langkah kaki Dipta sekarang sambil berteriak-teriak hempas manja. Dipta frustasi sudah ganggunya di ganggu sekarang, ia pergi pun tetap diikuti.

The Knave BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang