Penghapus yang benar-benar bisa menghapus keberadaanmu. Itu yang paling kubutuhkan untuk melupakanmu.
-The Knave Boy-
Bagi Sasa, membawa sebuah kaca kecil ke sekolah itu adalah sebuah kewajiban setiap harinya. Jangankan kaca, gincu pun harus di bawa. Tidak ada lagi senior-senior yang melabrak karena penampilannya, karena sekarang dirinya adalah sudah menjadi senior dan detik-detik akan lulus.
Punya teman cantik-cantik. Contoh paling utama si Alaya, dapat pacar yang gantengnya kebangetan. Dipta, Sasa sangat suka lihat satu cowok itu karena gantengnya berbeda dengan pria lain. Menurut Sasa, Dipta memiliki aura yang terpancar yang mampu menyapu bersih mata para gadis.
Sasa tahu Dipta sedari kelas sepuluh. Waktu itu dia pernah menjabat sebagai kapten futsal. Keren bukan? Pada zamannya, dia idaman gadis mulai dari yang seangkatan sampai kakak kelas.
Satu tetes keringat Dipta yang menetes di lehernya membuat para fangirl-nya menjerit-jerit.
Tipikalnya bukan cowok pendiam, tapi cowok bringas. Katanya, jadi kapten paling galak dan kasar suka bilang bego,bangsat saat lagi memimpin latihan, garangnya melebihi pelatih futsal. Satu persatu keluar karena Dipta menyeramkan, kalau ada yang tidak latihan akan terus di paksa olehnya seperti kerja rodi.
Tapi sayang dapat pacar seperti Alaya. Gadis yang pintar tapi di sisi lain ada bodohnya. Sasa mendengar kalau mereka putus. Di tanya kenapa putus, Alaya bilang bosan.
Alaya memang cantik. Sedari dahulu, banyak lelaki yang mencoba mendekatinya. Tapi tidak ia gubris sedikit pun. Mungkin Tuhan tahu kalau Alaya hanya untuk Dipta.
Sasa kembali berjalan di tengah lapangan menuju kelasnya sambil menatap wajahnya yang berada di dalam kecil.
"Awas!" teriak seseorang.
Persekian detik, Rambutnya dijambak kencang dan membuatnya terpungkur ke tanah.
"Argh! Sakit bego!" pekik Sasa.
Kepalanya menenggak melihat Arsen yang sedang berdiri. Tangan lelaki itu mengulur ke hadapan wajah Sasa dan dengan setengah mati dirinya terkejut.
"Mau bangun, nggak?" tawar Arsen.
Ada angin apa?
"Bisa, Bisa sendiri gue," ucap Sasa seraya bangun dari jatuhnya lalu mengusap-usap bokongnya yang sedikit nyeri.
Arsen mengangguk. "Mata lo di mana, sih?"
"Hei ketua kelas goblok, Seharusnya gue tanya ke lo. Di mana hati lo?!"
"Jenggut rambut cewek yang nggak bersalah!" Sasa bersedekap dada. "Gue pernah buat dosakah ke lo?"
Sedikt lucu. Arsen ketawa mendengar jawaban Sasa. Benar ternyata, mulutnya lebih dari kaleng rombeng bahkan ingin membuat telinganya pecah. Arsen jijik bisa bertemu sosok gadis aneh seperti Sasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Knave Boy
Novela Juvenil[END] [BOOK 1 : Dipta dan Alaya] Si Dipta, bule Milan asli Jawa. Bukan badboy, tapi dia knave boy yang mengartikan bajingan. Dengan teori lima menit berpacaran kemudian putus dengan sosok gadis cantik untuk menghindari adik kelas yang terus mengej...