BAB 33 : Di ujung tanduk

16.3K 945 87
                                    

BACA ADA PENAMBAHAN PARTNYA YAA HEHEHE. Yang kemarin di publish part 32 (b) diganti part 33



Q : Kak, kok setiap ada konfliknya nggak pernah di selesaikan atau dikasih tau alurnya? Contohnya waktu Dipta di culik. Kita nggak tau, Dipta kenapa di sana.

A : Karena konflik di cerita The Knave Boy akan terkuak di akhir-akhir mau tamat. Biar kalian ngikutin gitu sampai akhir😄

Q : Tamat di part berapa? Happy end atau sad end?

A : Sekitar 43-45.Happy ending udah biasa! Haha😂

-The Knave Boy-

Dipta menunggu kedatangan gadis itu. Sudah hampir lima belas menit dia menunggu kedatangannya. Dan belum terlihat batang hidungnya.

Di sisi lain Dipta merasa bersalah harus berbohong kepada Alaya. Dirinya akan bilang akan mengantar Mamanya ke rumah temannya namun Dipta bohong. Dia akan bertemu dengan Sheren.

"Dip," sahut Sheren dari belakang bangku.

Dipta menoleh sekilas lalu sedikit mengabaikannya karena yang datang tidak terlalu spesial.

Sheren duduk di samping Dipta. Dan tidak ada percakapan diantara mereka, hanya semilir angin yang berlalu lalang dan menusuk hingga tulang rusuk.

"Kemarin kamu ketemu Papa di Silsilia?" tanya Sheren sambil tersenyum manis. "Aku senang banget, kamu masih mau datang ke keluarga aku,"

Dipta mengangguk kecil lalu dia tersenyum cepat dan senyuman itu tidak ia tunjukan lama. Begitu perih ketika mengingat di Silsilia. Bahkan Dipta tidak sudi bertemu dengan keluarga Alessio.

Sesungguhnya ucapan David, Papa Sheren yang selalu terngiang di otaknya dan membuat traumanya semakin menumpuk. Dipta tidak bisa jujur sekarabg, kalau dia ke Silsilia di culik bukan dengan sengaja ingin menemukannya.

"Jangan ganggu Alaya," ucap Dipta to the point.

Tangan Dipta merasa terikat oleh jam tangannya. Dia melepaskannya, sebenarnya ini milik Sello bukan miliknya. Dipta asal ambil dan pakai, tidak tahu kalau ini adalah jam kesayangan kakaknya.

Dipta menaruh jam itu di bangku dan membiarkan sejenaknya.

"Aku bakal turutin apapun mau kamu," kata Dipta. "Asalkan jangan pernah ganggu Alaya."

Sheren menganggu. "Oke kasih dua permintaan untuk hari ini."

"A-apa?"

"Peluk aku," pinta Sheren.

Dipta tidak sanggup. Dia sudah berjanji pelukan ini hanya untuk orang-orang yang dia sayangi seperti keluarganya dan terspesial adalah Alaya.

Tanpa basa-basi lagi Sheren memeluk tubuh Dipta dengan erat. Sudah lama Sheren tidak merasa memeluk tubuh Dipta. Terakhir di bandara Milan ketika Dipta ingin pergi ke Indonesia.

Tangan Dipta perlahan mengangkat membalas pelukan Sheren dan mengusap punggungnya.

Maafin gue, Alaya. batin Dipta.

The Knave BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang