"Satu... satu... dua...dua...""Tiga... tiga..."
Alaya dengan giat terus memeragakan koreo tarian yang diberikan oleh pelatih sudah cukup profesional, yaitu Sheren. Sheren selalu membuat dirinya mengiri karena kecantikannya sepertinya blasteran negara lain. Rambutnya yang pirang jagung, berkulit kuning langsat dan sangat mulus, cantik sekali. Lalu ia juga bukan hanya lihai dalam menari, namun mampu menghipnotis semua pria dengan gerakan narinya.
Alaya senang dengan kehadiran Sheren yang sangat bersikap baik kepadanya.
"Fighting, Alaya!" seru Sheren sambil tertawa.
Alaya tertawa. ada rasa sedikit risih ia memakai pakaian seperti ini. Celana hotpans sejengkal dari pinggang lalu sweaternya yang berwarna pink menutupi celananya ini dan kaos kakinya yang senada dengan sweater sebatas dengkul. Baru kali ini ia mengenakan seperti pakaian girlband, tapi ini semua adalah perintah dari kakak pembimbing.
"Daritadi, handphone lo bunyi terus di tas," kata Rhena, gadis bertubuh pendek yang sekarang berdiri di samping Alaya.
Alaya memberhentikan aktivitasnya. "Bunyi?"
"Handphone gue nggak pernah bunyi, lagian mau dapat notifikasi dari siapa?"
"Pacar aja nggak punya," ucap Alaya yang melanjutkan gerakan-gerakan berikut.
"Gue serius, bego!"
"Pasti orang salah sambung,"
Alaya menghampiri tasnya yang dikumpulkan di rak susun sengaja tempat itu untuk menyimpan selruruh anggota teater. Alaya membuka resleting tasnya, benar saja ponselnya sekarang sedang berbunyi. tanpa melihat layar ponselnya siapa yang menelpon dirinya ia langsung mengangkat telepon itu.
"Spada!"
"Gue cariin lo kemana? Di kelas, kantin, toilet, sudut ke sudut gue cari lo!" pekik penelpon itu.
"Lo ada dimana sekarang?!"
Alaya menjauhkan ponselnya dan melihat layar ponselnya yang sebesar 5'5 inchi ini lalu matanya melotot sempurna, sialan. Mengapa ia main angkat begitu saja? Rasanya menyesal seumur hidup, dan cowok itu dapat id line Alaya dari mana? Alaya ingin mati saja.
"Pacar! Jawab dong!"
"Gue nyari lo, lo dimana sekarang?"
Alaya menarik napasnya dalam-dalam. "Hallo, mas? Pizza? Perasaan, saya tidak pesan pizza. Mungkin mas salah sambung kali,"
"Senang bisa mengobrol dengan mas,"
Tuttt tuttt tuttt.
Ia memutar bola matanya lalu melihat banyak notifikasi masuk ke pinselnya untuk hari ini. Biasanya sepi seperti kuburan, sekarang ramai karena satu cowok sialan itu.
Dipta (15) missed call
Dipta (10) pesan baruHari ini
Dipta : Sayang
Dipta : dimana?
Dipta : Hari ini plg brg
Dipta : Gue cari lo nggak ada.
Dipta : Please, read.
Dipta : Lo anggap gue tukang driver pizza?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Knave Boy
Teen Fiction[END] [BOOK 1 : Dipta dan Alaya] Si Dipta, bule Milan asli Jawa. Bukan badboy, tapi dia knave boy yang mengartikan bajingan. Dengan teori lima menit berpacaran kemudian putus dengan sosok gadis cantik untuk menghindari adik kelas yang terus mengej...