Kata siapa rindu itu indah? Rindu itu menyiksa.
-The Knave Boy-
Happy ReadingSelama di perjalanan lelaki ini merasa tidak tenang. Selalu mendesah kecil sampai memukul stir mobilnya setelah mendapatkan berita yang tidak begitu baik dari temannya. Apa ini salahnya? Banyak mobil yang memberikan klakson karena dirinya tidak mengendalikan dengan baik, semua karena terburu-buru ingin cepat sampai tujuan.
Selang beberapa menit, lelaki ini telah sampai yang ia tuju. Setelah itu langsung berlari mencari kamar gadis itu dimana dia dirawat. Napasnya yang terengah-engah karena berlarian dibsepanjang koridor di rumah sakit atas keberuntungannya dirinya menemukan salah satu teman dekatnya yang tengah berdiri di pinggir koridor rumah sakit.
"Dimana Alaya?"
Suara itu mampu menyihir dunia Sasa dan mengingat siapa yang datang. Matanya membulat sempurna, lalu mulutnya menganga lebar tidak percaya siapa yang datang sekarang. "Eh mas, kemana aja?" tanyanya.
Dia tidak peduli. "Dimana Alaya?"
"Ayo, ikut gue."
Setelah itu Sasa membawa lelaki ini ke sebuah ruangan bernama aster. Ah benar saja, matanya langsung terpaku kepada satu gadis yang tengah terbaring lemah di atas brankar.
"Keluar sana."
"Yee. Nggak tau diuntung lo, Dip," pekik Sasa.
Sasa memutuskan untuk pergi dan membiarkan lelaki itu menemui Alaya. Benar saja yang datang adalah yang ditunggu-tunggu olehnya, setelah empat hari Dipta pergi membuat Alaya sakit sampai sekarang. Dipta pun baru saja sampai ke rumahnya, belum sempat bersalaman dengan mamanya. Ia langsung memutuskan pergi menghampiri Alaya.
"Jangan sakit," ucap purau Dipta dan tangannya yang terangkat mengusap pipi Alaya dengan lembut.
Sentuhan Dipta merasuk ke dalam diri Alaya. Dia tersadar akibat sentuhan di pipinya, matanya membuka perlahan pandangannya masih kabur. Siapa yang berdiri dan tersenyum di depannya sekarang.
Sedikit tidak percaya, ketika pandangannya sudah jelas. wajah siapa yang sekarang di depannya, rasanya ini hanya mimpi. Dia tersenyum dan usapan itu membuat hatinya semakin bergetar.
"Dip-dip-ta?" Tangan Alaya terangkat perlahan dia tersenyum lalu kedua tangannya menangkup pipi lelaki ini dan memastikan apa itu benar Dipta? Ah benar saja itu dia, rasanya Alaya ingin menangis sekarang kalau mimpinya jadi kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Knave Boy
Teen Fiction[END] [BOOK 1 : Dipta dan Alaya] Si Dipta, bule Milan asli Jawa. Bukan badboy, tapi dia knave boy yang mengartikan bajingan. Dengan teori lima menit berpacaran kemudian putus dengan sosok gadis cantik untuk menghindari adik kelas yang terus mengej...