Bonus Chapter : kisah kami

14.5K 488 20
                                    

Diptaku yang telah dewasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diptaku yang telah dewasa.
-Alaya

-The Knave Boy-

Begitu tenang melihat negeri kelahirannya. Tidak terlalu padat oleh kendaraan sangat tampak sepi, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang berjaket tebal serta jalan yang tergopoh-gopoh untuk mengindari betapa dinginnya udara kota Milan. Sangat tidak suka dengan kesepian, di musim ini membuatnya para manusia mengumpat dan menghentikan aktifitasnya untuk berdiam diri di rumah.

  Ruangan besar yang diberikan Papanya untuk menjadi seorang presiden muda di salah satu perusahaan terbesar di Italia itu sudah menjadi makanannya sehari-hari. Menjadi Jaksa, itu selalu menjadi harapannya, dirinya masih menggapai dan terus belajar tentang semuanya. Tapi menjadi seorang perindu, dirinya nampak tidak mampu. Meninggalkan seseorang jauh disana demi kebaikan adalah sebuah kewajibannya, namun pada akhirnya membuat janji kepada satu gadis yang sudah menjadi dambaaanya sejak sekolah. Gadis yang rela menunggunya empat tahun.

  "Bukankah jam dua siang ini ada meeting?" Sergio, melihat putranya yang tengah terdiam berdiri memandang jendela ke arah luar.

  Dipta membalikan badannya, kedatangan sang Papa membuatnya sedikit terkejut karena tidak ada tanda-tanda lelaki berparuh baya itu masuk. "Aku batalkan," jawab Dipta.

  Sergio tampak aneh. "Kenapa dibatalkan?"

  "Ada yang lebih penting akan datang," ucap Dipta yang sedikit melengkungkan bibirnya.

  "Dia datang kesini jauh-jauh untuk menemuimu? Padahal, Papa sudah mengizinkanmu untuk terbang ke Indonesia,"

  Dipta mengangkat bahu lalu tersenyum kecil serta wajahnya yang sedikit kemerahan. "Dia yang menginginkannya."
 
  Kini Sergio tampak tersenyum tenang melihat wajah anak terakhirnya yang memang tidak seperti biasanya. Tampak berseri-seri, dan selalu tersenyum. Sergio sangat bersyukur melihat Dipta sudah sebesar ini, sudah memahami banyak hal. Dipta yang dulu kecil masih di dalam gendongannya. Kini sudah lelaki jangkung berjas hitam tiap harinya, rambut yang ditata oleh pomade membuatnya sangat tampan.

  "Sepertinya hari ini aku izin untuk setengah hari," kata Dipta.

  Sergio mengangguk. "Selamat berbahagia anakku."

  "Grazie," jawab Dipta. 'Terima kasih.'

  Sesaat ingin kembali tersenyum. Dipta merasakan ponselnya bergetar serta berdering di saku celananya. Dengan cepat ia merogoh melihat notifikasi yang masuk.

  Alaya : Aku sudah sampai di bandara.

🍁🍁🍁

   Satu tahun menahan rindu untuk tidak bertemu. Sangat berat, sungguh berat. Semuanya telah disibukkan oleh pekerjaan, tinggal menunggu waktu yang dirinya janjikan itu tiba. Senyuman Dipta yang tak lepas selama mengendarai mobil menuju bandara menjemput seseorang.

The Knave BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang