BAB 23 : Akhirnya, kita pacaran beneran!

21.3K 1.1K 71
                                    


Jangan lupa vote dan komen, maaf cerita ini makin absurd+++

-The Knave Boy-

Hati Alaya sedih. sesaat mendapat kabar buruk di pagi hari dari kedua teman lelaki itu, dia hari ini tidak masuk sekolah dikarenakan sakit. Padahal kemarin dia terlihat baik-baik saja, rasanya aneh tanpa melihat dia sehari pun.

"Arsen," sahut Alaya, dia melihat Arsen tengah duduk sendiri di bangkunya yang tengah sibuk dengan ponselnya.

Lelaki itu menoleh lalu tersenyum. "Ada apa?"

"Boleh gue duduk?" Arsen mengangguk, dia menggeser duduknya dan Alaya yang duduk di sebelahnya.

"Kayaknya hari ini gue nggak bisa latihan teater lagi,"

"Kenapa? Izin lo udah banyak." Arsen menyekat ucapan Alaya dengan alasan seperti itu. Sebelumnya gadis ini sudah tahu jawaban dari lelaki ini, tidak memperbolehkan untuk izin latihan teater.

Alaya memohon, hari ini adalah jadwal menjenguk Dipta ke rumahnya dan tidak mungkin ia batalkan, Alaya harus tahu bagaimana keadaan lelaki itu. "Please, gue mohon," ucap pelan Alaya.

"Gue butuh sehari lagi buat izin."

Karena merasa kasihan dan tidak tega. Arsen menyetujui permintaan Alaya, ia akan membilangkan kepada kakak pembimbing. Dengan merasa lega gadis ini mendapatkan izin lagi dari Arsen.

"Thanks. Btw, lo jangan pernah berantem sama Dipta!"

Alis Arsen mengerut. "Berantem?"

"Gue denger lo mau ribut di gerbang samping sekolah kan?"

"Cowok lo terlalu pengecut, sampai sekarang cuma ngomong doang."

"Dia bukan pengecut, tapi ganteng."

"Pantat panci dibilang ganteng,"

🍁🍁🍁

Tangannya mengambang memencet bel dekat pagar rumah besar ini. Hanya menunggu beberapa menit, keluarlah satu wanita berparuh baya memakai daster sambil memegang elap yang membukakan pagar untuknya.

"Pacarnya mas Dipta?" tanyanya lalu dibalas anggukan olehnya dan dipersilahkan masuk. "Terimakasih, bi."

Alaya yang duduk menunggu di ruang tamu. Sejuk, ruangan ini memakai air conditioner. Rumah ini terlaku mewah bagi Alaya, benar Dipta sangat mempunyai segalanya bahkan dia selalu jadi anak beruntung yang mempunyai Mama seperti bidadari, ekonomi yang cukup, dan selalu menjadi anak kesayangan.

"Alaya,"

"Ma..." Dengan sontak Alaya berdiri dan memeluk wanita berparuh baya ini, dia pun membalas pelukannya. Akhirnya Alaya bisa bertemu lagi dengan Jeje.

"Rasanya pengin punya anak perempuan yang bisa dipeluk kayak gini," ucap Jeje sambil terkekeh.

"Dipta sama Sello mana bisa kayak gini, malah dibilang lebay,"

Alaya tertawa manis dan Jeje mengusap rambutnya dengan lembut. "Dipta lagi sakit demam dari malam, dia nggak mau dibawa ke rumah sakit."

"Aku tahu dari Simon. Makanya aku kesini,"

"Jangan khawatir. Dipta nggak kenapa-kenapa dia cuma butuh istirahat lebih lama di rumah."

"Kalau gitu. Mama antar kamu ke kamarnya. Gimana?" tawar wanita ini, dan Alaya menyetujuinya.

"Boleh,"

Senang rasanya lagi-lagi disambut ramah oleh wanita berparuh baya bak bidadari ini. Alaya tidak mengerti lagi, mengapa Mama Dipta terlahir sangat baik. Dan Alaya ingin mempunyai Mama seperti dia yang selalu pengertian kepada anaknya.

The Knave BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang