-The Knave Boy-
Lelaki tampan ini menyeruput coffe mocca dengan penuh penghayatan seraya menatap layar laptop yang terpampang di depannya. Sebelum berangkat ke Milan, ada beberapa tugas yang harus ia selesaikan dan cari tahu.
David Alessio.
Kembali dibuat menyipitkan matanya, satu persatu dia buka web itu tidak ada yang benar semua hanya menyangkut pautkan profil lelaki tua itu. Rasanya stress, sedari pukul jam empat pagi dia sudah bangun lebih awal untuk mencari semua ini namun sampai sekarang waktu sudah menunjukan pukul delapan pagi, ia belum menemukan secuil informasi.
Tangan kokohnya perlahan memijat dahinya yang terasa pening. Matanya ia edarkan ke seluruh ruangan ini sepi. Belum ada kehidupan manusia satu pun yang bangun, Sello nampaknya masih tertidur dia seperti kerbau sangat malas, begitu juga dengan Alaya dia juga masih tidur di kamarnya.
Dari semalam Dipta sudah pindah dari kamar dimana Alaya tidur. Dia hanya merasa tidak enak untuk tidur satu ranjang lebih lama lagi bersama gadis itu karena belum ada ikatan resmi. Semalam dia menunggu Alaya hingga tertidur nyenyak dulu lalu pergi dari kamarnya.
Tangannya kembali mengetik beberapa kata, hari ini dirinya harus bisa mencari informasi tentang dia sebelum pergi ke Milan. Aktivitasnya terhenti ketika merasakan sesorang datang dari belakang punggungnya.
"Sini gue bantu cari," ucap suara berat dari belakang Dipta, dia Sello.
Dipta menoleh terkejut lalu ia hempaskan napasnya dengan lega, dia kira yang datang adalah Alaya. "Ah, gue kira lo siapa, nyet,"
"Alaya masih tidurkan?" Dipta mengangguk. "Bagus. Tapi nggak matikan anak orang?"
"Dih, tolol."
Sello mengambil alih laptop yang berada di pangkuan Dipta, lalu ia taruh di atas meja. Dengan cermat dia mengetik, dan Dipta ikut menyimak ke arah layar laptop bersama Sello.
Status terkini David Alessio.
berada di luar penjara , bersembunyi dari kejaran petugas sambil menata organisasi kejahatannya.
"Di luar penjara?" tanya Dipta.
Sello mengangguk. "Kemungkinan dia sekarang ada di Silsilia,"
"Kenapa gue takut dia ada Milan? Sedangkan dia dulu di penjara di sana."
"Kalau dia ada Milan, kenapa Papa nggak kasih tau kita? Dan di web ini bilang dia lagi menata organisasinya,"
"Sementara para anggota mafia Cosa Nostra rata-rata penduduk Silsilia."
Sello mengacak-acak rambut Dipta. "Relasi dia memang lebih besar dari Papa, tapi kita doain aja semoga Papa masih bisa atasin semua ini sampai sekarang."
"Sekarang gue tanya. Lo udah ketemu sama anaknya?"
Dipta mengangguk, Sello sedikit terkejut. "Terus Alaya gimana?"
"Dia pembimbing teater Alaya di sekolah."
"Emang bener ya, hidup lo nggak ada indah-indahnya," ucap Sello sambil tertawa sinis. Terlalu pedih mengingat kehidupan adiknya ini, bagaima pun kakak harus bisa menjaga seorang adik. Sello tidak akan membiarkan hidup Dipta terhalang dan tertekan oleh mereka.
"Bangsat."
"Keluarga Alessio dan mafia Cosa Nostra kuat, sampai kapanpun dia bakal kuat. Bisa runtuh kalau diantara mereka ada yang berkhianat," kata Sello, dia tahu lebih segalanya tentang mereka, hanya diam-diam ia mencari tahu segala kelemahan dari keluarga Alessio.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Knave Boy
Teen Fiction[END] [BOOK 1 : Dipta dan Alaya] Si Dipta, bule Milan asli Jawa. Bukan badboy, tapi dia knave boy yang mengartikan bajingan. Dengan teori lima menit berpacaran kemudian putus dengan sosok gadis cantik untuk menghindari adik kelas yang terus mengej...