Mobil sport yang berwarna hitam pekat ini bermodel bisa buka-tutup atap melaju kencang membelah jalan raya. Dipta memilih membuka atapnya, ia ingin merasakan kesegaran kota Jakarta di sore hari.Perlahan Dipta menurunkan kecepatannya, ia ingat bahwa dirinya sedang membawa satu nyawa anak orang. Jika terluka maka Dipta yang akan di salahkan. Sesekali ia melirik ke arah Alaya yang sedang diak tanpa berbicara.
Ia melihat Alaya yang menikmati angin yang menerpa wahahnya sesekali Dipta tertawa melihat kelakuan Alaya yang seperti anak kecil yang baru baik mobil.
"Gue norak ya?" tanya Alaya.
"Emang," jawab Alaya sendiri.
"Bukan gue yang ngomong," kata Dipta.
"Sialan, kutu anoa!" Alaya membuka tutup botol air mineral yang diberikan oleh Bondan tadi.
Dipta mengangguk paham. "Emang ada kutu anoa ganteng kayak gue?"
"Nggak ada!" pekik Alaya lalu menutup mulutnya, selalu saja mulutnya tidak bisa di rem.
"Bagus kalau gitu, gue emang ganteng dari lahir."
"Sejak Induk anoa ngelahirin gue,"
"Terus dia bilang gini, kok anak gue seganteng orang Spanyol,"
Alaya menyatukan alisnya karena ia bingung dengan ucapan Dipta. "Orang Spanyol?"
"Iya, Manu Rios," kata Dipta sambil tebar pesona.
Byurrrrr. Alaya yang sedang meneguk air mineral dengan refleks langsung menyemburkannya seperti mbah dukun ke arah jalan. Rasanya ingin muntah mendengar Dipta berbicara tapi malah jadi petaka.
"Sebelas duabelas sih," ucap pelan Alaya, bahkan sangat pelan.
"Emang," balas Dipta.
Gadis cantik ini melotot. "Lo denger gue ngomong?!"
Dipta mengangguk lalu tersenyum. "Makasih ya,"
"No thanks,"
"Untuk kedua kalinya lo bilang gue ganteng." Dipta tertawa renyah.
Alaya melihat di kaca spion sebelah kanan, ada satu orang beparkaian baju polisi mengikuti mobil milik Dipta. Sialan ternyata semburan airnya tadi terkena polisi yang sedang naik motor tepat disamping kiri mobil Dipta.
"Dip! Kita di kejar polisi!" Alaya menepuk-nepuk lengan Dipta.
Dipta terdiam sebentar merasakan tangan hangat Alaya menyentuh lengannya lalu matanya berubah melihat wajah Alaya yang ketakutan karena ia merasa bersalah tadi menyembur air ke luar.
"Polisi?" tanya Dipta dan menoleh ke arah belakang benar saja polisi memang sedang mengejar mobil Dipta.
"Dip, cepetan!"
"Cepetan!"
"HEI KALIAN! DASAR ANAK SIALAN!" teriak polisi itu.
Dipta langsung menancapkan gasnya dengan kencang dan membuat polisi itu semakin mengejar mobil Dipta. Tanpa ampun cowok ini mengemudi mobil seperti orang kesetanan bahkan banyak klakson yang menyaring terdengar.
"Mati deh gue," kata Alaya yang menggerutu tidak penting.
Cit. Sialan Dipta memukul stirnya. Ia lupa mengapa harus lewat sini? Sekarang sedang lampu merah. Kalau ia menerobos maka akan terjadi tabrakan. Motor polisi itu sekarang di depan mobil Dipta, ia sudah gagal mengebut untuk menghindar dari polisi. Bahkan Alaya sekarang sedang menganga lebar.
"Yah....,"
"Kita bakal di penjara?" tanya Alaya yang tegang.
Dipta tertawa geli. "Kepolosan lo buat gue ketawa sekarang," kata Dipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Knave Boy
Teen Fiction[END] [BOOK 1 : Dipta dan Alaya] Si Dipta, bule Milan asli Jawa. Bukan badboy, tapi dia knave boy yang mengartikan bajingan. Dengan teori lima menit berpacaran kemudian putus dengan sosok gadis cantik untuk menghindari adik kelas yang terus mengej...