BAB 25 : Te Amo Mi Amor

21.6K 1.2K 82
                                    

Fast Update, kasih Vote dan Comment-nya dongg🙆🏻‍♂️

----

Kata ibuku, lelaki itu harus setia.
-Pradipta-

-The Knave Boy-
Happy Reading

Ketiganya menghempaskan tubuhnya ke sofa telah melewati beberapa jam dari bandara Internatioal Milano ke provinsi Agrigento bukanlah hal yang sebentar, melainkan sangat melelahkan di perjalanan. Ini semua mau lelaki sialan itu yang ingin menikmati liburan di pantai. Mereka mengira akan berlibur di kota Milan, ternyata salah. Ya memang pantai ini masih terletak di negara Italia namun sangat jauh ke pusat perkotaan.

Berbeda dengan gadis ini yang terbangun dan mengubah posisinya melihat seisi rumah minimalis, katanya ini adalah salah satu rumah milik keluarga dari sang Ayah. Jadi kedua anak lelaki itu bebas sampai kapanpun jika ingin menginap disini. Ah, Alaya sangat mengiri dengan kehidupan Dipta yang begitu tercukupi.

"Den, ini mau di taruh di mana?" tanya satu lelaki berparuh baya yang mendorong dua koper besar sekaligus.

Dia, pak Bee. Sopir pribadi keluarga Dipta di Italia khususnya di Milan. Dia asli Indonesia, namun Papa dari kedua lelaki ini merekrutnya kerja di luar negeri karena sudah tidak memiliki keluarga di Indosesia. Jadi karena hal itu, Sergio menyuruh Bee di sini dan agar bisa menjadi Sopir untuk istrinya serta anak-anaknya. Kata Dipta, lelaki berparuh baya itu telah di fasilitasi segala-galanya oleh Papanya, jadi pak Bee hanya menumpang hidup di kota ini.

"Di atas atap boleh," jawab Dipta ngaco sambil memejamkan matanya.

Plak. Alaya menggeplak paha Dipta sampai dia kesakitan akibat perlakuannya. "Kalau ditanya yang lebih tua itu sopan dikit,"

"Aw, sakit dong sayang," ucap Dipta manja sambil memaju-majukan bibirnya kepada Alaya.

"Geli bego, geli!" Sello melihatnya bergidik geli, otak adiknya memang sedikit miring.

"Alah. Sirik aja. Punya pacar makanya, Sell. Biar nggak disangka homo."

Alaya melirik sinis ke Dipta. Entah apa yang dipikiranya, mungkin karena anak terakhir dia bisa bebas semaunya, dan tak ada yang menghalanginya untuk melakukan sesukanya.

"Biar sama aku aja, lebih baik pak Bee istirahat." Alaya tersenyum manis seraya tanganhya mengambil alih kedua koper besar miliknya dan milik Dipta serta Sello.

Bee mengangguk senang, lalu dia pergi dari hadapan mereka. "Terimakasih, non Alaya."

"Kamu juga istirahat, rapihinnya nanti aja," ucap Dipta lalu menarik tangan mungil Alaya agar kembali duduk di sebelahnya.

"Sebentar." Alaya menatap punggung Dipta yang menjauh dari sampingnya, lelaki itu menyibak gordyn besar yang menghalangi kaca besar.

" Alaya menatap punggung Dipta yang menjauh dari sampingnya, lelaki itu menyibak gordyn besar yang menghalangi kaca besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Knave BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang