Fyi, bagi yang mau baca ekstra part+ bonus partnya. nanti aku private ya. Biar pada penasaran wqwq😂
-The Knave Boy-
Alaya berharap ini adalah mimpi panjangnya.
Bahwa dibalik kain putih itu bukanlah Dipta.
Dirinya masih tidak percaya, yang dilakukan hanyalah menampar-nampar keras pipinya sendiri lalu mengerang kesakitan menandakan kalau ini adalah kenyataan.
"Ayo Dip, kamu masih kuat..."
Tangan Alaya mengepal lalu memukul pelan dada bidang Dipta beberapa kali. Alaya sangat mohon kepada Tuhan Dipta masih diberikan satu kali lagi untuk bersamanya.
"Aku ikhlas sayang."
Alaya memandangi wajah Dipta yang sudah putih pucat. "Kamu pergi aja sekarang sama Tuhan," ucapnya.
"Aku berharap nanti di alam sana kita bisa bersama lagi seperti waktu itu."
Sesaat Alaya ingin menangis lagi. Tangannya di tarik oleh Jeje dan dibawa ke dalam pelukan hangat wanita itu.
"Alaya," sahut Jeje.
Jeje dapat merasakan baju bagian dadanya sudah basah karena air mata Alaya. "Ini adalah kado terindah yang pernah kamu dapatkan selama hidup kamu," ucap Jeje lembut.
"Ma-ma tahu hari ini aku ulang tahun?" kepala Alaya menegak melihat wajah Jeje yang terlihat cantik dengan natural tanpa polesan makeup.
"Selamat ulang tahun,"
Tubuh Alaya terlepas dari pelukan Jeje. Dengan refleks dia menoleh ke arah belakang. Dan rasanya tubuhnya membeku melihat semua itu.
Demi Tuhan Alaya bergetar dari ujung kepala hingga ujung kaki. Rasanya tubuhnya tidak ada lagi tumpuan, akhirnya dia menjatuhkan bokongnya ke lantai.
"Kenapa kamu jadi arwah gentayangan?" tanya Alaya seraya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Buset!" Dipta memekik. "Baru kali ini gue punya cewek beneran doain gue mati?"
Jantung Alaya terus berdebar-debar dengan kencang. Alaya tidak mengerti mengapa Dipta bisa bangun kembali dengan keadaan yang sehat-sehat saja? Matanya benar-benar tidak menipu. Dia benar Dipta memakai baju yang disediakan dari rumah sakit, dan rambutnya yang sudah mulai gondrong.
Alaya yang masih setia menangis. Ia merasakan kedua pundaknya di sentuh oleh tangan kekar. "Jangan pegang, aku takut!"
"Kalau gitu, lebih baik aku pergi selamanya," ucap Dipta sambil terkekeh melihat Alaya.
Dipta mengikuti Alaya berjongkok di hadapannya. "Selamat ulang tahun, Alaya,"
Sesaat itu juga jantung Alaya ingin berhenti berdetak. Kepala Alaya kini terangkat melihat wajah Dipta yang sudah lama ia rindukan, betapa tampannya lelaki tampan ini.
Dipta tersenyum manis seraya membawa satu buket bunga mawar merah untuknya. "Jangan nangis, ada belek di mata kamu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Knave Boy
Teen Fiction[END] [BOOK 1 : Dipta dan Alaya] Si Dipta, bule Milan asli Jawa. Bukan badboy, tapi dia knave boy yang mengartikan bajingan. Dengan teori lima menit berpacaran kemudian putus dengan sosok gadis cantik untuk menghindari adik kelas yang terus mengej...