-The Knave Boy-
Semester kedua. Hari ini adalah hari pertama masuk para pelajar untuk kembali menjalani rutinitas. Kegiatan pertama akan diawali oleh upacara.
Sama seperti di SMAN 27 Jakarta yang tengah bersiap-siap akan mengikuti penghormatan bendera di semester pertama. Belum keseluruhan murid berdatangan ke lapangan, semuanya masih sibuk. Ada yang sedang memakai dasi, sabuk, serta topi. Kali ini akan berbeda dan menajubkan.
"Topi gue, mana?" Alaya gusar mencari topinya tidak ada dalam tas. Tangannya terus meraba-raba seisinya tapi benda itu tak dapat ia temukan, sudah jelas tertinggal di rumah.
"Argh, ketinggalan."
"Alaya!" pekik Sasa yang tiba-tiba datang mengguncang bahu milik Alaya. Napasnya tidak beraturan, seperti di kejar anjing.
Sasa menarik-narik tangan Alaya. "Cepetan ke lapangan!"
"Kayaknya gue mau bolos upacara, Sa," ucap Alaya sambil menyengir.
"No, No, No. Lo bakalan merasa rugi seumur hidup."
"Kenapa? Daripada gue di jemur. Duh, inces nggak bisa kepanasan," ujar Alaya. Sudah bisa membayangkan bila dirunya terkena sinar matahari.
"Halah, bacot. Dipta jadi pemimpin upacara!"
"Apa?!" Alaya takjub.
🍁🍁🍁
Sudah mati kutu. Tidak bisa lagi berkutik. Dirinya berbaris di depan bersama dua murid lelaki kelas duableas juga di dekat tiang bendera yang berjarak tiga meter. Dan ini akan dihabis-habisan di jemur oleh guru siala itu.
Alaya sungguh bodoh tapi sangatlah beruntung untuk hari ini. Kebodohannya lupa membawa topi padahal telah di siapkan dari semalam. Namun ada sebuah keberuntungan bisa lebih jelas melihat Dipta yang benar-benar jadi pemimpin upacara.
Tidak bisa dibayangkan bukan? Seorang Dipta menjadi sosok yang tangguh. Alaya pun tidak tahu, upacara ini akan berjalan lancar atau tidak. Setahunya, Dipta tidak pernah latihan menjadi sosok pemimpin upacara. Tapi apa dia akan bisa tanpa latihan?
Semoga berhasil, jangan malu-maluin gue, Dip. batin Alaya menjerit.
Matanya melirik Dipta di ujung lapangan yang berdiri kokoh. Kali ini ia berseragam rapi, rambut di tata memakai pomade namun sayang tertutup oleh topi. Dasinya yang melingkar indah di lehernya, serta mata hijaunya yang sedari tadi tak luput menyorot Alaya.
"Tes... satu...dua...tiga."
Sesuai rutinitas, Konto Lesmana guru kesiswaan milik sekolah ini akan berbicara sebelum upacara di mulai. Sebenarnya dia akan terlalu banyak bercuap-cuap yang tidak jelas dan semakin lama berjalannya upacara ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Knave Boy
Teen Fiction[END] [BOOK 1 : Dipta dan Alaya] Si Dipta, bule Milan asli Jawa. Bukan badboy, tapi dia knave boy yang mengartikan bajingan. Dengan teori lima menit berpacaran kemudian putus dengan sosok gadis cantik untuk menghindari adik kelas yang terus mengej...