BAB 31 : Pesan itu lagi

17.9K 955 33
                                    

Akankah Dipta mewujudkan mimpinya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akankah Dipta mewujudkan mimpinya?

-The Knave Boy-

Alaya bertatap diri di depan kaca besar. Tubuhnya sudah dibalut oleh piyama putih, akibat ulah lelaki itu semua bajunya menjadi basah. Pada akhirnya dirinya suruh menginap di rumah ini karena waktu sudah terlalu malam, tidak baik untuk pulang.

Mama Dipta sudah menelepon Tante Sheryl untuk izin agar Alaya menginap malam ini di rumahnya. Antara senang dan gelisah, semangnya bisa terus bertemu dengan Dipta, dan gelisah takut Dipta berkelakuan di luar nalar. Sungguh mengerikan.

Alaya kembali mendesah pelan lalu perlahan mengedarkan seisi kamar ini. Ini kamar Dipta, wangi maskulin ciri khas dari lelaki itu sangat menusuk hidungnya. Serta foto besar Dipta bertelanjang dada membuat matanya sakit, terlalu hina memasang foto seperti itu.

Lupakan. Sedikit heran dan aneh, waktu Alaya berkunjung menjenguk Dipta sewaktu sakit tidak pernah melihat rak-rak buku di kamarnya. Sekarang kamarnya penuh dengan buku.

Dia berjalan mendekati kotak besar yang tersusun. Setelah sampai, Matanya menjelajah melihat seluruh yang ada di dalam rak itu. Kini di tangannya telah mendapatkan satu buku yang berjudul tes hukum dan kejaksaan.

Buku itu sudah penuh diisi oleh Dipta. Selama ini Alaya salah sangka. Alaya kira Dipta lelaki pemalas yang tidak peduli dengan pelajaran. Tapi kini salah, ternyata Dipta sering belajar di waktu senggangnya. Apalagi isi tema bukunya semua tentang jaksa. Alaya tidak mengerti. Apa alasan Dipta yang sangat antusias ingin menjadi jaksa?

Alaya menaruh kembali buku itu lalu dirinya mendengar ketukan gusar dari arah pintu. Dia berjalan dan mendekati di mana suara itu berasal. Sesampainya, dengan cepat dia membukakan pintu.

Bruk. Dipta menabrak tubuh Alaya sehingga dia terjatuh ke lantai. Sialan. Alaya meringis, bokongnya terasa sangat sakit sekali.

"So-sorry."

"Sakit, bego!" pekik Alaya. Dipta mengulurkan tangannya membantu Alaya berdiri. Setelah membantu Alaya. Dipta menutup pintu kamar, dia seperti melihat setan atau hal lain yang menakutkan.

Alaya mengusap pelan bokongnya. "Di kejar setan?"

"Bukan."

"Alaya, tolong buka pintunya sebentar," sahut suara Mama Dipta dari arah luar pintu kamar.

Dipta mengumpat dan berlari ke kamar mandi. Dia menghindari serangan Mamanya karena dirinya telah melakukan kesalahan kecil dan berbicara salah kepada Mamanya.

The Knave BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang