BAB 07 : Menjauh

30.2K 1.6K 45
                                    


Topeng wanita adalah make up dan drama. Topeng pria adalah gengsi, aksi sok keren dan harapan palsu.

-The Knave Boy-

  Dua bulan kemudian.

  Semua murid sudah berkumpul di lapangan. Hari ini adalah yang ditunggu-tunggu oleh mereka penampilan teater Nada dari sekolah SMAN 27 Jakarta ini. Bukan hanya keren yang akan ditampilkan, tapi sekaligus lucu karena dicampur oleh komedi.

  Alaya mendengus kesal melihat pakaiannya sekarang di depan kaca raksasa, perannya kali ini menjadi gadis kecil nan imut berbaju pink keungu-unguan. Lalu ia akan berganti peran menjadi wanita cantik yang dikagumi banyak cowok.

  Ia juga akan beradu akting dengan cowok tampan di sekolah ini yang sudah mahir berakting, bukan Dipta. Tapi Arsenio, bisa dibilang cowok tampan yang kedua di sekolah. Mantan ketua osis, satu kelas juga dengan Alaya. Arsenio juga banyak digemari oleh adik kelas tapi tidak sebanyak seperti Dipta.

  "Dipta, Bondan, jangan-jangan habis ini Arsen?"

  Alaya bergidik geli. "Semurah itu gue?"

  "Lagian dia cuma adu akting aja sama gue. Terus Arsen perlu suka sama gue?"

  Sasa tertawa lalu menepuk pundak-pundak Alaya. Melihat penampilannya seperti Masha tapi entah mengapa dia berpenampilan seperti tetap terlihat cantik. Sasa pun terkada iri dengan Alaya dia bukan hanya cantik saja tapi dia selalu di kelilingi oleh cowok tampan.

  "Kan yang namanya cinta itu dari mana aja. Ada adegan pelukan sama Arsen," ucap Sasa seraya menghentak manja kakinya.

  "Pingin lihat reaksi mantan lo!" kata Rhena tiba-tiba.

  Hal itu membuat Alaya. Mengingat
Dipta, cowok yang seperti ketelan bumi. Dari kejadian itu, Alaya memang benar-benar tidak dikabari oleh Dipta bahkan dia tidak menemuinya untuk meminta maaf. Jika bertatapan ketemu pun Dipta menganggap Alaya seperti orang lain.

    Ruang kosong

   Dipta meninggalkan ruang obrolan.

  Setiap hari Alaya menatap pesan chat itu yang belum pernah berubah. Mungkin Dipta memang ingin menjauh darimya. Alaya selalu berpikir kalau Dipta menemukan gadis yang lebih dari Alaya.

  Alaya berjalan di koridor dengan santai sambil memasukan ponselnya ke dalam kantong rok abu-abunya. Langkahnya terhenti melihat Dipta bersama Simon yang berjalan di koridor sepertinya baru datang. Mengapa pagi ini harus berpas-pasan dengan cowok sial itu?

  "Selamat pagi, Alaya," sahut Simon.
  Alaya tersenyum kecut ia tidak membalas ucapan Simon namun melihat Dipta yang bersikap dingin tidak seperti biasanya dan ia hanya menatap kosong ke arah depan sama sekali tidak menatapnya.

  Please, sapa gue. batin Alaya

  Dipta pergi. Rasanya Alaya ingin menangis sama sekali cowok itu nggak ada basa-basinya atau permintaan maaf.

  Alaya membuyarkan pikirannya. Sedih, ini hati bukan jemuran di gantung. Tapi Alay sudah mem
lupakan insiden di rooftop itu bersama Dipta. Semoga cowok itupun sudah melupakan, dan Alaya hanya berharap Dipta mati dan pergi jauh.

  "Dipta bukan mantan gue," ucap Alaya singkat lalu merapihkan poninya. Ia sudah benar-benar mirip masha.

  "Harusnya lo bersyukur pernah dapat kiss dari Dipta. Nah gue kapan?" rengek Sasa.

The Knave BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang