Ekstra Part [1] 'Jarak yang tak berarti.'

22.7K 1K 65
                                    

Mau diprivate, tapi mulai tgl 19 cerita wp harus di publish secara publik semuanya :(

-The Knave Boy-

   "Makan bubur pakai sumpit," ucap Dipta berbicara di depan kaca.

  Sello memandang adiknya yang sedang berdiri sambil menyisir rambutnya. "Nggak bisa goblok!"

  "Gue lagi pantun," balas Dipta. "Seharusnya lo jawab cakep."

  "Gue ulangi ya."

  "Makan bubur pakai sumpit," kata Dipta kepada Sello.

  "Cakep," balas Sello mengangkat jari jempolnya kepada Dipta.

  "Nggak bisa goblok!" pekik Dipta lalu beberapa detik kemudian tertawa jahat. Sedangkan Sello memasang wajah yang sangat asam, rasanya menyesal untuk menjawab ucapan Dipta.

Entah keturunan siapa satu lelaki ini. Sello selalu berpikir apa Papahnya sewaktu muda sama seperti Dipta? Kelakuan yang pecicilan seperti anak kecil, selalu berkata kasar dan yang terpenting Dipta tidak mau disalahkan.

  Sello memandang Dipta yang sudah rapih. Memakai kemeja putih polos serta celana pendek berwarna hitam pekat dan rambutnya yang di tata lebih rapih dari biasanya. Dia memang terlihat lebih tampan dibandingkan dirinya, banyak yang bilang seperti itu.

  "Belajar, cuy. Bukan berzina terus," ucap Sello. "Bentar lagi ujian nasional."

  "Bacot!"

  Tring. Dipta menatap ponselnya yang tergeletak diatas meja sedang menyala menandakan ada notifikasi yang masuk.

 Dipta menatap ponselnya yang tergeletak diatas meja sedang menyala menandakan ada notifikasi yang masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


   Wanita itu muncul lagi. Dipta merasakan ketakutan yang sangat gusar membuat hatinya semakin tidak tenang. Untuk apa ia ingin mengadakan pertemuan? Apa akan ada yang dibicarakan penting olehnya? Tapi jika Dipta menemuinya, bagaimana dengan Alaya? Hari ini ia memiliki janji kepada gadis itu akan mengajaknya kencan untuk satu hari penuh.

🍁🍁🍁

   Semilir angin yang membuat rambut Dipta berantakan lagi. Padahal tadi sudah ditata rapih olehnya. Tak peduli, yang paling terpenting dengan perasaanya yang sedikit tidak enak.

  Pertemuan kali ini dengan Sheren takut membuat Alaya pergi lagi atau merasa kecewa. Dipta yang tengah berbohong, pasti akan ada air mata Alaya yang jatuh nanti. Tapi yang sekarang dilakukan demi kebaikan mereka berdua. Dipta ingin bahagia bersama Alaya tanpa penghalang.

  "Papa aku masih proses di pengadilan," ucap Sheren yang duduk di bangku panjang bersebelahan dengan Dipta.

  Dipta mengangguk. "Hasil sidang akhirnya minggu depan."

  "Aku nggak tahu kalau dia teror Alaya. Sampai culiknya pun aku nggak pernah tahu."

  "Aku benci Papa, sampai dia keluar dari aturan."

The Knave BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang