41. Grandfather In Law

8.9K 909 178
                                    

Dengan mata terpejam tangan Yoongi tergerak liar mencari remote air conditioner guna menurunkan suhu ruangan agar menjadi lebih dingin. Senyum tipis terukir dari bibirnya tatkala usahanya mendinginkan suhu kamarnya mampu membuat Jihyo merapatkan tubuh keduanya. Tanpa diperintah, tangan pucat itu bergerak bebas merangkul pinggang sang gadis. Memeluk erat tubuh mungil itu seraya menelusukkan wajahnya pada leher jenjangnya.

Tapi belum 10 menit berlalu, raungan dering ponsel Jihyo mengganggu ketenangan tidur keduanya. Jihyo terbangun lalu meraih ponsel yang ia letakkan didekat tempat tidurnya.

"Kenapa pagi-pagi sudah menelponku Jack?"

Mata Yoongi langsung terbuka saat ia mendengar kata Jack keluar dari mulut Jihyo. Membuat Yoongi bertanya-tanya kenapa Jackson menelpon Jihyo dipagi buta seperti ini.

"Kau tidak perlu mengingatkanku, aku selalu ingat pesanmu."

Yoongi semakin menajamkan indra pendengarannya. Berharap dapat mengetahui apa sebenarnya yang tengah mereka bicarakan.

"Makan siang? Kapan? Hari ini? Tentu saja aku bisa." Jawab Jihyo bersemangat yang langsung membuat Yoongi menggeram kesal.

"Ya sudah, nanti aku akan menemuimu sendiri. Kau kirim saja alamatnya dimana."

"Ah..kau mau menjemputku? Dengan ka..." Ucapan Jihyo terhenti sesaat. "Baiklah, aku tunggu. Hemm,,.Kau juga. Aku menyayangimu Jack, muuaach."

Ucapan terakhir secara langsung membuat darah Yoongi langsung naik keseluruh syaraf yang ada di dalam otaknya. Apa katanya tadi? Aku menyayangimu? Dan sebuah ciuman jarak jauh?

Sial...

Apa sebenarnya hubungan mereka? Kenapa mereka terlihat sangat dekat? Ini bahkan lebih parah dari kedekatan Jihyo dengan Chan. Dengan perasaan marah yang sudah bercampur aduk, Yoongi menarik tubuh Jihyo menghadap kearahnya seraya menatap sang gadis dengan tatapan kesalnya.

"Siapa yang menelpon?" Suara berat Yoongi mampu membuat Jihyo seketika merinding. Ia menatap iris mata yang menggelap itu dengan pandangan sendu.

"Itu, Jackson menelponku. Katanya nanti siang dia mau mengajakku makan siang." Susah payah Jihyo akhirnya bisa juga menjawab pertanyaan Yoongi.

"Dan kau menyetujuinya begitu saja? Tanpa bertanya denganku dulu?"

"Memangnya aku harus bertanya dulu denganmu PD-nim? Biasanya juga kau tidak pernah peduli dengan siapa aku akan makan siang. Bahkan kau sering membiarkan aku makan sendiri saking sibuknya dirimu." Balas Jihyo yang sukses membuat Yoongi terdiam sesaat. Benarkah ia secuek itu pada kekasihnya?

"Sekarang tidak lagi. Mulai saat ini kau harus meminta ijin padaku. Kemanapun kau pergi, kau harus selalu berada dalam pengawasanku. Kau mengerti?"

"Hmm.." Jihyo mengangguk. "Jadi sekarang apa aku boleh makan siang dengan Jackson?"

"Tidak boleh."

"Yak!! Min Yoongi!! Aku kan sudah meminta ijin padamu, kenapa masih tidak boleh?"

"Sekali tidak boleh, tetap tidak boleh. Aku tidak akan mengijinkanmu. Lagipula kenapa Jackson tiba-tiba menjadi baik sampai-sampai mau mengajakmu makan siang? Aku yakin pasti dia mempunyai maksud tertentu."

Jihyo berdecak kesal, tidak menyangka Yoongi akan berpikir sampai sejauh itu. "Tidak ada maksud tertentu apapum PD-nim. Dia hanya mengajakku makan siang biasa. Makan siang sebagai seorang teman. Kau mengerti kan maksudku?"

"Teman apanya? Aku tidak percaya sama sekali dengan si licik itu. Dia pasti berencana merebutmu dariku. Pokoknya kau tidak boleh pergi dengannya. Titik."

The Devil Producer (Min Yoongi) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang