Jackson terpaku. Matanya diam tak berkedip menatap hasil rontgen Jihyo yang terpangpang dilayar monitor komputernya. Mulutnya terlipat kedalam dan kedua tangannya bertaut erat sedikit bergetar. Beberapa kali pemuda itu terdengar menghela nafas beratnya, tidak percaya dengan hasil yang ia temukan kali ini.
Jackson merutuki dirinya, merasa semua ini terjadi sebab kesalahan dirinya yang dulu dengan mudahnya menganggap Jihyo sudah sembuh saat itu. Tapi siapa sangka, hasil test rontgen kali ini malah menunjukkan hasil yang sangat mengejutkan dirinya.
Pendarahan otak?
Shit...
Jackson mengumpat. Ia tidak menyangka jika akan ada kejadian seperti ini. Dia pikir saat terakhir kali memeriksa kesehatan sepupunya, dia yakin Jihyo benar-benar sudah sembuh. Tapi kenapa bisa seperti ini? Kenapa bisa ada gumpalan darah disana, padahal dulu terlihat normal saja? Pemuda itu frustasi. Jackson bangun dari tempat duduknya lalu keluar ruangan menuju ruang rawat Jihyo.
Dia berjalan agak tergesa. Sampai disana, ia menghela nafasnya sejenak sebelum memutar kenop pintu dan melangkah masuk. Matanya menatap sendu sang kakek, wajah pak tua itu terlihat redup. Duduk disofa sembari menatap sang cucu yang terbaring lemah diranjang pasien.
Sementara disisi lain, Yoongi terlihat duduk didekat ranjang pasien seraya menggenggam tangan ringkih kekasihnya. Mata Jackson memanas. Dia tidak mau ada kesedihan seperti ini. Ia tidak mau ada kesakitan seperti ini lagi. Hatinya hancur melihat bagaimana mata gadis ceria itu kini terlihat tertutup, tak bercahaya seperti biasanya.
"Bagaimana keadaannya? Apa sangat parah?" Park Taeho bertanya tanpa sedikitpun menoleh kearah Jackson. Dia ingin tahu, tapi tidak sanggup harus mendengar kemungkinan terburuknya.
"Belum dipastikan. Kami masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Tapi kakek tenang saja, aku pasti akan melakukan yang terbaik untuk Jihyo." Jawab Jackson.
Yoongi yang sedari tadi hanya terdiam kini menoleh kearah dua pria itu. Matanya sudah memerah. Entah itu sedang marah atau sedang menahan tangis. Dia bangkit dari duduknya lalu membungkuk 90 derajat didepan mereka berdua.
"Maafkan aku. Maaf karena membuat Jihyo seperti ini. Ini semua terjadi gara-gara aku." Air mata Yoongi menetes. Sungguh ia lelah dengan semua yang terjadi. Menyesali diri karena selalu saja membuat sang gadis terluka tanpa ia sadari.
"Hentikan Yoongi. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Ini semua terjadi bukan karena dirimu, bukan juga karena orang lain. Tidak ada yang patut untuk disalahkan." Park Taeho berkata bijak. Berharap kondisi saling menyalahkan tidak terus berlanjut. Karena jika ditelisik, masing-masing dari mereka mempunyai rasa bersalah tersendiri.
"Yang dikatakan kakek itu benar Yoongi. Kita semua merasa bersalah disini. Tapi kita tidak harus saling menyalahkan bukan? Lebih baik sekarang kita fokus pada kesehatan Jihyo." Jackson menambahkan.
Pemuda itu menepuk pundak Yoongi lalu beranjak kedekat Jihyo. Mengecek detak jantung dan juga infus yang terpasang pada tubuh sang gadis. Tak lupa Jackson menyuntikkan obat pada selang infusnya.
Jackson menatap sekilas wajah tenang sepupunya. "Cepat sembuh gadis aneh. Aku merindukan tingkah gilamu." Ujarnya sembari mengelus rambut hitam sang gadis.
"Kalian pulanglah dulu, biar aku yang menjaganya disini."
Yoongi menggeleng. "Tidak. Aku akan tetap disini, aku ingin berada disini saat Jihyo sadar."
Jackson mengangguk. "Baiklah, kalau begitu biar kakek saja yang pulang."
"Apa aku tidak boleh disini juga?" Pinta sang kakek.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Producer (Min Yoongi) - END
Fanfic[WARNING :17+] [PRIVATE] Akibat kecerobohannya, Jihyo gadis berusia 21 tahun harus terjebak pada sebuah perusahaan agensi milik keluarga Min Yoongi mantan kekasihnya waktu SMA. Setelah sekian lama, takdir mempertemukan mereka kembali dalam situasi y...