29. Fault

9.5K 1K 130
                                    

Mendung menggelayut pagi itu membuat sebuah gumpalan awan hitam menyelimuti seisi cakrawala. Matahari enggan menampakkan sinar indahnya dan memilih bersembunyi dibalik topeng semesta yang bermuram duka.

Sama halnya seperti hati gadis bermarga Park ini. Sejak tadi, semburat kelabu terlihat dari raut wajah gadis ini. Hilang sudah sinar cerah dari wajah cantiknya, tidak ada lagi keceriaan atau canda tawa dari diri gadis itu, yang tersisa hanyalah guratan kesedihan.

Saat ini Jihyo tengah meringkuk disalah satu anak tangga darurat yang ada digedung ini. Tempat yang sangat jarang dilewati kecuali lift dalam keadaan rusak. Gadis itu duduk termenung sembari merengkuh tubuh ringkihnya. Menyesali semua kecerobohan yang telah ia perbuat hari ini.

Mungkin bisa dikatakan hari ini adalah hari paling buruk yang pernah Jihyo lewati semasa hidupnya. Pasalnya baru saja gadis itu melakukan kesalahan terbesar yang hampir membuat nyawa Yoongi melayang.

Air mata gadis itu terjatuh manakala ia mengingat bagaimana bahagianya saat ia menyerahkan sekotak sarapan untuk Yoongi. Sarapan yang telah membuat pemuda itu kini terbaring lemah dikamarnya. Jihyo merutuki dirinya sendiri yang tidak tahu jika Yoongi alergi makanan yang mengandung unsur Eby didalamnya. Kekasih macam apa ini? Alergi pacarnya pun ia tidak tahu. Bahkan Suran saja mengetahui dengan baik apa yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh Yoongi.

Pantas saja Jihyo dicemooh oleh seluruh staff disini. Gadis ini benar-benar dihina abis-abisan. Mereka dengan jelas mengatakan jika Jihyo memang tidak pantas buat Yoongi. Banyak dari mereka yang bilang jika Jihyo mengencani Yoongi hanya demi harta semata dan bukan karena cinta.

Jihyo jadi merasa makin rendah diri. Apalagi saat mengingat kembali ucapan Suran kepadanya.

"Sungguh kekasih yang tak berguna."

Kalimat itu selalu terngiang ditelinga Jihyo. Bagaikan kaset rusak yang tak pernah mau berhenti berputar.

Jihyo mengacak rambutnya kasar. Gadis itu mengerang frustasi.

"Maafkan aku PD-nim." Ucapnya lirih sembari mengapus air matanya yang terus mendesak keluar lewat pelupuk matanya.

"Aku tidak tahu kalau dirimu alergi eby. Aku sungguh-sungguh tidak tahu. Maafkan aku. Maaf karena kecerobohanku, kau malah sakit seperti ini."

Jihyo menghela nafas panjangnya. Ia menghapus seluruh jejak air mata yang ada dipipinya. Oke, setidaknya ia harus minta maaf. Ia tidak boleh lepas dari tanggung jawab ini. Dengan membulatkan tekad, Jihyo bangkit dari duduknya dan melangkah pergi menuju ruangan Yoongi.

Hal pertama yang Jihyo lihat saat masuk keruangan Yoongi adalah sosok gadis yang tengah menatapnya dengan pandangan mematikan. Suran berdiri tepat dipintu kamar Yoongi dan menatap Jihyo tanpa berkedip sedikitpun.

Jihyo yang berasa terintimidasi secara tidak sadar menelan ludahnya kasar. Entah kenapa nyali Jihyo seketika menciut saat melihat Suran yang berdiri kaku disana.

"Hem.. Apa PD-nim sudah bangun nona? Aku ingin melihatnya." Tanya Jihyo dengan nada tercicit. Percis seperti tikus kejepit pintu.

"Untuk apa kau bertanya sekarang?" Ucap Suran sinis. "Tadi saat Yoongi sedang dalam keadaan yang parah, kenapa kau malah menghilang? Kekasih macam apa ini?"

Jihyo menunduk lemas. "Tapi, bukankah tadi kau yang menyuruhku untuk menyingkir dari hadapan PD-nim?"

"Aku menyuruhmu menyingkir supaya dokter bisa memeriksanya. Bukannya malah kabur dan menghilang begitu saja! Kau ternyata lebih bodoh dari dugaanku. Pantas saja Yoongi dengan senang hati mempermainkanmu."

Mata Jihyo melebar saat mendengar kalimat terakhir yang Suran ucapkan. Yoongi mempermainkannya? Lagi?

"A... Ap... Apa maksud nona tadi? PD-nim tidak mungkin seperti itu. Dia tidak mungkin mempermainkan perasaan wanita lagi. Dia sudah berjanji itu padaku." Ucap Jihyo berusaha menahan tangisnya.

The Devil Producer (Min Yoongi) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang