"Berhenti bertingkah seperti bayi besar Min Yoongi." Namjoon memutar bola matanya malas. Menatap Yoongi dengan seringaian jahil.
Yoongi mengkerutkan alisnya. Tanda tidak mengerti dengan arah pembicaraan Namjoon. "Apa maksudmu?"
"Kau masih bertanya apa maksudku?" Namjoon mendecih. "Apa kau tidak menyadari jika saat ini kau bertingkah layaknya anak kecil? Apa-apa selalu saja meminta Jihyo untuk membantumu. Bahkan sampai mandi sekalipun. Apa kau berniat menjadikannya baby sistermu?"
"Yak!! Apa kau tidak lihat bagaimana keadaanku sekarang? Jika aku tidak sakit, aku juga tidak akan memintanya melakukan ini."
"Benarkah?" Namjoon memicing. "Lalu untuk apa kau masih berpura-pura sakit seperti ini?" Namjoon memukul tangan kanan Yoongi. Membuat pemuda itu seketika membulatkan matanya.
"Kau pikir aku tidak tahu jika tanganmu itu sudah sembuh!"
"Yak!! Kim Namjoon!!" Yoongi berseru seraya menutup mulut pemuda jangkung itu. Matanya mengedar, memastikan jika Jihyo tidak ada dan tidak mendengarkan kalimat tadi.
"Bisakah kau diam dan tetap bersikap seolah-olah kau tidak tahu apa-apa? Terutama didepan Jihyo." Yoongi berbisik.
Namjoon terkikik geli. Merasa lucu melihat Yoongi yang masih saja berpura-pura sakit meski sebenarnya ia sudah sembuh. "Bisa saja. Tapi kau harus menjamin mulutku agar tidak bersuara didepan Jihyo."
"Yak!! Kau berusaha memerasku?"
"Hei..ini bukan masalah memeras atau apapun itu. Tapi ini lebih kepada beban. Kau tahu, menjaga rahasia itu sulit Min Yoongi. Sesulit memecahkan teori mendesah atau bersiulmu itu."
Yoongi berdecak kesal. Mau tak mau ia harus mengiyakan permintaan Namjoon. Ia tidak ingin jika Jihyo mengetahui jika saat ini sebenarnya dirinya sudah bisa menggunakan tangan kanannya untuk beraktivitas.
"Aish..kau ini benar-benar menyebalkan. Ya sudah!! Cepat katakan apa maumu?"
Namjoon tersenyum penuh kemenangan. "Mudah saja! Kau hanya perlu menyerahkan salah satu mobil sport yang terparkir rapi dirumahmu. Bagaimana? Tidak jadi masalah bukan?"
Lagi, Yoongi menghela nafasnya lemah.
"Ambillah. Tapi yang paling murah."
"Deal."
Namjoon tersenyum seraya mengajak Yoongi berjabat tangan. Pertanda kedua belah pihak telah menyepakati kesepakatan itu. Beruntunglah Namjoon bisa mengambil kesempatan dari situasi ini. Karena kebetulan mobil miliknya sudah tidak layak untuk dipakai lagi. Daripada membeli yang baru, memeras Yoongi rasanya tidak terlalu buruk.
"Tapi, kalau boleh tahu apa motovasimu melakukan semua ini? Apa kau tidak kasihan dengan Jihyo yang selalu kesusahan karenamu?"
Yoongi terdiam, sejujurnya ia juga tidak tega. Namun hanya ini satu-satunya cara agar Jihyo tetap berada didekatnya. Sang gadis masih marah dengan kejadian beberapa waktu lalu. Jika sampai Jihyo tahu kalau Yoongi sudah sembuh, pasti dia akan menjauh dari Yoongi dan tidak akan mau memperhatikannya lagi.
"Aku terpaksa melakukannya." Jawab Yoongi lemah.
Namjoon menyeringai. "Semacam mengikatnya dengan rasa bersalah? Kau licik Min Yoongi! Apa kau tidak pernah berpikir Jihyo akan lebih marah jika dia tahu kau, lagi dan lagi membohonginya hanya demi kepentinganmu sendiri."
"Maka dari itu aku meminta agar kau merahasiakannya. Jangan sampai Jihyo mengetahui hal ini."
"Mengetahui apa?" Tiba-tiba saja Jihyo muncul dari balik pintu. Ditangannya sudah ada sekantung plastik makanan yang baru saja ia beli.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Producer (Min Yoongi) - END
Fanfiction[WARNING :17+] [PRIVATE] Akibat kecerobohannya, Jihyo gadis berusia 21 tahun harus terjebak pada sebuah perusahaan agensi milik keluarga Min Yoongi mantan kekasihnya waktu SMA. Setelah sekian lama, takdir mempertemukan mereka kembali dalam situasi y...