Jihyo meneguk ludahnya kasar, duduk gelisah menatap Yoongi yang kini berdiri di hadapannya. Pria itu baru saja selesai mandi, tubuhnya basah, serta rambut hitamnya terlihat menggantungkan tetes air yang sewaktu-waktu jatuh mengalir ke dada dan mati pada lilitan handuk yang melingkar di pinggangnya. Mata sang pria menatap geli, lucu melihat Jihyo yang terlihat salah tingkah dengan penampilannya.
"Perlu aku matikan lampu?"
Ehhh!
Jihyo tersentak dengan ucapan Yoongi, kamar yang masih didominasi cahaya terang menderang tak bisa menyembunyikan rona merah di pipinya. Apalagi sedari tadi ia tak henti meremas kuat sprei tempat tidurnya. Jantungnya berdetak kencang, memacu aliran darahnya berdesir lebih hebat hingga membuat tubuhnya panas dingin.
"Kau siap? Ayo mulailah, mulai dengan membuka lilitan handuk ini."
Ingin rasanya Yoongi menggigit pipi menggemaskan Jihyo, tertantang melihat bagaimana rona merah itu menyelimuti seluruh wajah sang wanita. Yakin jika saat ini Jihyo pasti tengah menahan malunya setengah mati. Ingatkan wanita itu pada percakapan mereka tempo hari, dimana sekarang adalah waktunya belajar salah satu poin untuk menjadi istri yang baik, sebelum mereka nanti akan memutuskan untuk meresmikan hubungan mereka.
"Jangan sampai gagal ya, kalau gagal kau tidak akan bisa mendapat sertifikat kelulusan dariku."
Wajah Jihyo makin terlihat pias, ancaman yang keluar dari mulut Yoongi seolah menjadi sihir, sehingga mau tak mau ia harus belajar hal memalukan ini. Bayangan tidak jadi menikah gara-gara belum bisa blow job membuat nyali Jihyo ciut seketika. Entah otak bodohnya sudah kembali atau justru otak pintarnya yang memilih pergi, bisa-bisanya ia berubah menjadi seperti dulu, menjadi wanita polos yang dengan gampangnya di kerjai oleh kekasihnya sendiri.
"Kalau kena gigi jangan marah ya?"
Yoongi hampir tergelak, tawanya sudah mau keluar tapi sekuat tenaga berusaha ia tahan, mengingat sekarang ia berada dalam misi untuk menaklukkan kembali kepolosan Jihyo. Mendapat setidaknya satu kali hisapan dari mulut wanita yang selalu menjadi candunya.
Jangan tertawa Min Yoongi.
"Eum, justru lebih enak kalau kau gigit."
Astaga, astaga, astaga!
Makin memerahlah wajah Jihyo, percakapan vulgar itu seakan membakar hangus seluruh tubuhnya. Menggiring otak bodohnya untuk membawa tangannya bergerak perlahan melepaskan lilitan handuk yang menutupi bagian bawah tubuh Yoongi. Secara pelan terlepas sempurna menampilkan bagian privasi tubuh sang pria yang sudah melakukan aksi demonstrasinya, tegang.
Ini bukan pertama bagi Jihyo untuk melihat sesuatu yang tegang di depannya, tapi entah kenapa ia merasa sangat malu. Menutup sedikit mata namun tetap mencuri pandang. Sekali lagi ia meneguk ludahnya, meyakinkan jika hanya ini kesempatan yang bisa ia lakukan agar bisa menikah dengan Yoongi secepatnya.
"Bagaimana caranya?" Pertanyaan polos itu keluar juga, ingin cepat mengakhiri sesi belajar dan mendapatkan sertifikasi kelulusannya.
"Begini," Yoongi dengan tenang menuntun tangan Jihyo, meminta sang gadis memegangnya dengan erat namun tidak terlalu kuat "Lalu buka mulutmu, dan mulailah, kau bisa mulai dari mana saja. Bawah atau atas sama saja."
"Tapi..."
"Eh, eh, eh mau cepat lulus atau tidak?" Jihyo mencebik kesal. Ancaman itu lagi, ah dasar Min Yoongi sialan.
Dengan ragu Jihyo mengikuti arahan Yoongi, tangannya sudah melingkar sempurna disana, secara perlahan membuka mulut dan memajukan wajahnya, mekikis jarak dari jauh, makin dekat dan semakin dekat hingga...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Producer (Min Yoongi) - END
Fanfiction[WARNING :17+] [PRIVATE] Akibat kecerobohannya, Jihyo gadis berusia 21 tahun harus terjebak pada sebuah perusahaan agensi milik keluarga Min Yoongi mantan kekasihnya waktu SMA. Setelah sekian lama, takdir mempertemukan mereka kembali dalam situasi y...