Yoongi menghentikkan mobilnya di parkiran kampus, ia melirik keluar sebentar sebelum atensinya penuh menatap Jihyo yang tengah melepaskan seat belt nya.
"Kau yakin ingin kuliah hari ini?"
Jihyo mengangguk. "Tentu, aku susah membolos selama tiga hari. Aku tidak mau ketinggalan mata kuliah lebih banyak lagi."
Yoongi mendesah pasrah, sejujurnya ia sangat khawatir melepas Jihyo untuk sendirian berada di kampusnya. Pasalnya kondisi tubuh Jihyo belumlah sembuh benar. Wajahnya masih menunjukkan jika keadaan tubuhnya sedang tidak baik. Tapi Jihyo tetap memaksa untuk datang dan belajar ke tempat sialan ini.
"Ya, sudah. Hati-hati, jika ada apa-apa segera hubungi aku. Kau mengerti?"
Jihyo lagi-lagi mengangguk sembari tersenyum. Ia hendak membuka pintu mobilnya tapi kembali ditahan oleh pria itu.
"Ada apalagi?" tanyanya kemudian.
"Perlu aku antar sampai ke kelas?"
"Tidak perlu Yoongi, sudah cukup kau memanjakanku selama tiga hari ini. Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir," jawab Jihyo menyakinkan. Meski dalam hati ia sebenarnya tidak yakin dengan keadaannya sendiri. Sedari tadi kepalanya terasa pening. Pandangan matanya berputar tidak jelas. Namun ia berusaha mengabaikannya dan bersikap seakan semuanya baik-baik saja.
Yoongi terdiam. Ya, dia akui memang selama Jihyo sakit dia benar-benar memanjakan kekasihnya itu dengan sangat. Bukan tanpa alasan, selain karena merasa bersalah telah membuat sang wanita sakit, Yoongi melakukan itu juga karena ancaman dari pak tua bau tanah itu.
Masih membekas di ingatan Yoongi, bagaimana tuan Park mengiterogasinya bersama Jackson yang berujung saling menyalahkan hingga akhirnya tongkat keramat kakek biadab itu mendarat mulus pada bokong keduanya. Rasanya benar-benar sakit. Bahkan rasa kebasnya sampai terasa hingga tiga hari lamanya. Park Taeho benar-benar marah saat mengetahui cucu kesayangannya sakit gara-gara ulah dua pemuda laknat itu.
"Baiklah aku mengalah. Tapi ijinkan aku membukakan pintu untukmu kali ini, dan kau tidak boleh turun lebih dulu." Jawab Yoongi akhirnya mengalah.
Jihyo tersenyum mengiyakan. Dirinya kemudian diam dan mengikuti pergerakan Yoongi yang mulai turun dan berputar menuju pintu mobil sebelahnya.
"Silahkan turun nyonya Min." ujar pemuda itu yang disambut tawa renyah oleh sang wanita.
"Kau berlebihan sekali tuan Min."
Yoongi hanya terkekeh.
"Nanti siang, aku akan menjemputmu. Semangat belajar dan jangan nakal." Yoongi menarik dagu Jihyo, memberi kecupan singkat pada bibir wanita itu. Membuat rona merah muncul begitu saja dari wajah Jihyo.
Malu? Tentu saja!
Min Yoongi selalu melakukannya di depan umum, membuat perhatian seluruhnya tertuju pada mereka.
Sesegera mungkin Jihyo mendorong tubuh Yoongi menjauh darinya lalu dengan cepat ia melangkah menjauhi pria yang masih memasang tampang jailnya itu.
Yoongi tersenyum tipis, ia kembali berjalan menuju pintu mobilnya. Namun, baru saja ia hendak masuk kedalam mobil, sebuah pekikan suara yang menyerukan nama kekasihnya terdengar menggelegar keseluruh penjuru mata angin.
Dengan wajah terkejut Yoongi mendapati Jihyo kini terkulai lemas di pangkuan seorang pemuda yang ia ketahui bernama Kang Daniel. Tanpa perlu menunggu, ia berlari dengan wajah panik dan mengambil alih sepenuhnya kuasa atas sang wanita
"Minggir!" Yoongi mendorong tubuh Daniel menjauh lalu ia merengkuh Jihyo kedalam gendongannya. Hatinya meringis melihat wajah pucat yang Jihyo tunjukkan. Dalam hati ia mengutuk, harusnya sejak awal ia sadar jika sang wanita masih dalam keadaan tidak sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Producer (Min Yoongi) - END
Fanfiction[WARNING :17+] [PRIVATE] Akibat kecerobohannya, Jihyo gadis berusia 21 tahun harus terjebak pada sebuah perusahaan agensi milik keluarga Min Yoongi mantan kekasihnya waktu SMA. Setelah sekian lama, takdir mempertemukan mereka kembali dalam situasi y...