"Yoongi! Jangan!"
Jihyo terbangun di tengah malam, tubuh bergetar, nafasnya memburu dan keringat dingin terlihat mengucur deras membasahi seluruh tubuhnya.
Dia bermimpi.
Mimpi itu, ya lagi-lagi mimpi buruk itu datang menghampiri untuk kesekian kalinya. Mimpi buruk dimana Jihyo melihat Yoongi memilih mengakhiri hidupnya.
Jangan bodoh Min Yoongi!
Selalu kalimat itu yang Jihyo ucapkan saat ia terbangun dari mimpi buruknya. Sudah seminggu terakhir, mimpi itu seakan datang tiada henti, bagai film terkutuk, adegan yang terlihat makin hari semakin menyeramkan.
Tidak, tidak, tidak! Jangan lakukan itu Min Yoongi. Ku mohon jangan berbuat hal bodoh lagi.
Jihyo bergumam dalam hati, tubuh bergetarnya ia coba tenangkan dengan memeluk dirinya sendiri. Namun tetap tidak bisa menghalangi air mata yang dengan lancang menetes begitu saja membasahi pipinya.
Rasanya begitu sakit, sesakit saat pertama kali Jihyo mendengar kabar bahwa Yoongi hampir saja bunuh diri di hari dimana mereka bertengkar saat itu. Pun kabar itu Jihyo dapat secara tidak sengaja dari mencuri dengar percakapan kakaknya di telepon dengan Namjoon.
Kalau tidak, mungkin sampai hari ini Jihyo tidak akan pernah tahu jika Yoongi hampir saja melakukan hal bodoh. Karena sampai seminggu berlalu, Jackson sama sekali tidak memberitahu Jihyo apapun. Yang mana bisa Jihyo artikan jika kakaknya itu sengaja menyembunyikan hal ini darinya.
Mungkin takut membuat adiknya khawatir, dan begitu pula dengan Jihyo. Dia menyimpan rapat informasi yang ia dengar, berusaha bersikap biasa saja di depan keluarganya. Hal hasil, semua ke khawatiran itu meledak di alam bawah sadarnya. Bermimpi hal yang sama berulang-ulang kali. Hingga berakhir menjadi seperti sekarang, ketakutan setiap hari tanpa tahu bagaimana keadaan Yoongi sebenarnya.
Apakah sekarang dia baik-baik saja? Apa dia bisa melewatinya dengan senyuman? Apa sekarang dia masih bersedih?
Banyak pertanyaan yang menggantung, tapi Jihyo tidak punya keberanian untuk sekedar bertanya pada Jackson ataupun menelpon Yoongi langsung. Kabar terakhir yang ia dengar hanya saat dimana Namjoon berhasil mencegah Yoongi melompat dari atas jembatan itu. Selebihnya, ia sama sekali tidak tahu keadaan pemuda itu sampai saat ini.
Masih dengan tangan yang sedikit bergetar, Jihyo meneguk habis air yang tersedia di nakas dekat tempat tidurnya. Meletakkan gelas kosong itu kembali disana kemudian melirik ponsel yang ada di sampingnya. Ia meraih ponsel itu lalu membuka aplikasi pesan, dengan ragu mencoba mengetik sesuatu di sana.
'Bagaimana kabarmu?'
Lama terdiam, kemudian kepalanya menggeleng.
Ah tidak, tidak, tidak! Jihyo menghapus kalimat yang sudah ia ketik di sana, ingin menghubungi tapi ia tidak punya nyali sama sekali.
'Kau baik-baik saja?'
Lagi dan lagi kalimat tanya itu berakhir menghilang dari layar ponselnya. Ah ini gila! Jihyo tak kuasa menahan rasa penasarannya, ia ingin tahu keadaan Yoongi, ia ingin tahu apakah Yoongi baik-baik saja dan yang pasti ia ingin mengobati hatinya sendiri yang terasa hampa setelah kepergian pemuda itu.
Jihyo merindukan Yoongi.
Ya, Jihyo begitu merindukan pria itu, sangat rindu bahkan rasanya ia ingin mati dan menjadi hantu saja agar bisa setiap hari memantau keadaan Yoongi tanpa perlu pria itu sadari.
"Ah! Apa yang harus ku lakukan?"
Jihyo memukul-mukul kepalanya dengan bantal, kemudian mengacak rambutnya dan melempar tubuhnya ke kasur secara kasar. Ini adalah kegilaan pertama yang Jihyo lakukan paska dirinya bangun dari koma. Sejak saat itu, Jihyo memang berubah menjadi lebih pendiam, tidak banyak tingkah seperti dulu lagi. Tapi kali ini kegilaan itu seakan muncul kembali. Ia ingin berteriak, ingin memaki dan ingin mencekik Yoongi karena berani-beraninya membuat dirinya khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Producer (Min Yoongi) - END
Fanfiction[WARNING :17+] [PRIVATE] Akibat kecerobohannya, Jihyo gadis berusia 21 tahun harus terjebak pada sebuah perusahaan agensi milik keluarga Min Yoongi mantan kekasihnya waktu SMA. Setelah sekian lama, takdir mempertemukan mereka kembali dalam situasi y...