Hari itu, seluruh masyarakat Korea terpaku pada layar televisi mereka. Menatap dengan minat antusias, sabar menyaksikan siaran konferensi pers yang akan berlangsung sebentar lagi. Sebuah pengumuman yang sangat ditunggu oleh publik tentang kelangsungan bisnis besar dari Park Corporation.
Sebagian besar mungkin sudah mengetahui jika selama beberapa tahun belakangan ini bahasan masalah pewaris terdengar sering dibahas jika membicarakan keberlangsungan dari perusahaan berbasis hotel tersebut. Mengingat keluarga Park telah kehilangan satu-satunya pewaris sah yang meninggal beberapa waktu lalu akibat insiden kecelakaan.
Beberapa orang mengetahui jika tuan Park masih mempunyai cucu keturunan Cina yang sewaktu-waktu bisa saja ditunjuk untuk menjalankan bisnis besarnya tersebut. Namun sebagian orang masih menyangsikan, mengingat jika Jackson bukanlah keturunan langsung dari keluarga Park. Melainkan dari keluarga Wang yang juga cukup terkenal di dataran Cina sana.
Sehingga saat keluarga Park berencana mengumumkan tentang pewaris perusahaan mereka yang selanjutnya, hal itu langsung menjadi trending topik hangat dikalangan masyarakat maupun dikalangan pengusaha. Bahkan beberapa dari mereka mencoba menerka siapa kira-kira orang yang berhasil menempati posisi tersebut. Ada yang menebak jika itu Jackson, ada yang menebak jika selama ini tuan Park mempunyai cucu yang ia sembunyikan dari publik.
Namun, situasi berbanding terbalik dengan yang terjadi dibalik gedung konferensi pers tersebut. Jika masyarakat menantinya dengan rasa antusias, berbeda sekali dengan gadis cantik bermarga Park ini. Sedari tadi dirinya terlihat tidak tenang. Beberapa kali terlihat ia mondar mandir tidak jelas. Meremas ujung pakaiannya seraya merapalkan beberapa doa yang ia hafal didalam hatinya. Ia meremas kuat kedua tangannya yang mulai terasa basah, dan bahkan mengabaikan sang kakek yang kini masih duduk dengan tenangnya.
"Duduklah nak, jangan habiskan tenagamu dengan bertingkah panik seperti itu. Semua akan berjalan lancar dan baik-baik saja," ujar sang kakek menenangkan.
Jihyo yang mendengar itu langsung menoleh kesal pada sang kakek yang masih menampakkan wajah tengilnya. "Bagaimana aku bisa tenang sedangkan sebentar lagi aku akan menghadapi monster-monster itu kakek!!"
"Bagaimana kalau nanti tubuhku bergetar disana? Bagaimana nanti kalau tiba-tiba perutku sakit dan aku kentut didepan banyak orang? Atau bagaimana nanti kalau aku pingsan? Atau mungkin tergagap saat menjawab pertanyaan? Atau---"
"Hei, berhentilah berpikir yang tidak-tidak dan tenangkan saja dirimu. Aku yakin kau tidak akan bertingkah memalukan seperti itu. Lagipula disana ada aku, aku yang akan menghandle jika kau merasa tak sanggup untuk menjawabnya. Jadi aku mohon sekarang duduklah dan biarkan penata rias itu membenarkan make up dan juga tatanan rambut singamu itu."
Mendengar perkataan kakeknya mau tak mau membuat Jihyo menurut. Ia kemudian duduk dan membiarkan penata rias membenarkan make up nya yang sudah berantakan.
"Janji ya kakek akan membantuku nanti menghadapi mereka?" Tanya Jihyo menyakinkan.
"Hm, tentu saja." jawab sang kakek kemudian. Sesaat setelah pak tua itu berujar, seseorang dari staff meminta mereka untuk bersiap-siap karena sebentar lagi konferensi pers akan dimulai.
Mendengar itu, seketika membuat perut Jihyo mulas seketika. Perutnya terasa nyeri dan ia benar-benar ingin pipis dicelana sekarang juga. Namun sentuhan tangan sang kakek membuat hatinya sedikit tenang.
"Bagaimana? Apa kau siap?"
Jihyo mengehela nafasnya sejenak, dengan berbekal kepercayaan diri yang kian menipis Jihyo kemudian mengangguk dan bangkit dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Producer (Min Yoongi) - END
Fanfiction[WARNING :17+] [PRIVATE] Akibat kecerobohannya, Jihyo gadis berusia 21 tahun harus terjebak pada sebuah perusahaan agensi milik keluarga Min Yoongi mantan kekasihnya waktu SMA. Setelah sekian lama, takdir mempertemukan mereka kembali dalam situasi y...