Jihyo menghentikan langkahnya saat ia tidak sengaja bertatap muka dengan Suran untuk pertama kalinya setelah kejadian buruk yang menimpa dirinya. Tidak ada lagi rasa takut, Jihyo memandang gadis itu dengan tatapan datar yang meng intimidasi. Membuat lawannya sedikit menciutkan nyalinya.
"Nona, boleh kita bicara sebentar." Suran mendongak lalu menampilkan senyum angkuh seperti biasanya.
"Ada perlu apa?" Tanyanya dengan nada yang tenang.
Jihyo tidak menjawab, tanpa permisi Jihyo menarik tangan Suran. Membawa gadis itu kearah tangga darurat.
"Yak!! Lepaskan tanganmu!! Kau menyakitiku Jihyo!!" Suran meronta. Mencoba melepaskan cengkraman tangan Jihyo yang terasa menyakiti tangannya.
"Apa-apaan kau!! Kenapa kau menarikku?!" Bentak Suran saat ia berhasil membebaskan tangannya yang sudah terasa kebas.
Jihyo masih membisu. Ia menatap Suran dengan rasa kesal yang sangat ketara. "Apa maksudmu melakukannya?"
Suran mengernyit tidak mengerti. "Melakukan? Melakukan apa?"
Jihyo mendecih. "Berhenti berpura-pura nona!! Aku tahu semuanya, aku tahu kau yang melakukan semua ini. Semua kejadian yang sudah terjadi kepadaku. Kau yang melakukannya nona. Bukan begitu?"
Suran tersentak, tidak menyangka jika Jihyo sudah mengetahui semuanya. Tapi sebisa mungkin ia tidak gentar untuk menghadapi gadis di depannya ini. Karena menurutnya, meskipun Jihyo mengetahui semua akal busuk yang ia sembunyikan, gadis itu tetaplah akan menjadi gadis bodoh dimata Suran.
"Darimana kau mengetahuinya Jihyo? Apa kau punya bukti? Menuduh tanpa memiliki bukti itu tidak dibenarkan dimata hukum. Apa kau tahu itu?" Suran mengangkat sudut bibirnya. Merasa menang satu langkah saat melihat ekspresi perubahan wajah Jihyo.
Jihyo melipat bibir bawahnya. Merasa bodoh karena lupa meminta bukti kejahatan Suran pada kakeknya. "Aku, aku mempunyai bukti. A..ku mempunyainya."
"Coba tunjukkan padaku, mana buktinya?"
"A..da. Tapi aku, aku lupa membawanya. Tapi aku sungguh mempunyai bukti itu. Aku tahu kau yang menrencanakan semua ini. Mengakulah nona. Kau kan yang melakukannya?!"
"Siapa yang percaya dengan omong kosongmu itu? Jikalaupun saat ini kau berkelakar jika aku pelakunya, semua orang terutama Yoongi tidak akan mempercayaimu. Jadi aku sarankan lebih baik kau tutup mulutmu atau kau akan lebih mempermalukan dirimu untuk kesekian kalinya."
Jihyo menelan ludahnya kasar. Entah kenapa mendengar nada bicara Suran membuat nyalinya seketika menciut. Semua keberanian yang telah ia kumpulkan untuk menghadapi gadis ini runtuh seketika.
Suran tersenyum miring. "Lebih baik hentikan usahamu untuk menjatuhkanku gadis kecil. Karena sampai kapanpun kau tidak akan bisa mengalahkanku. Termasuk tentang Yoongi."
Suran berjalan menjauh. Meninggalkan Jihyo yang terdiam mematung. Merutuki diri karena menjadi lemah didepan musuh sendiri.
"Aishh.. Kau bodoh sekali Jihyo."
*****
Yoongi berdeham sejenak, mencoba menetralkan rasa gugup yang melanda hatinya. Tangannya sedari tadi sudah terasa sangat basah. Entah kenapa dia tidak pernah merasa segugup ini didepan orang lain.
"Makanlah. Aku mengajakmu kesini untuk makan siang. Bukan untuk kau pandangi saja." Park Taeho tersenyum seraya memasukkan potongan sayur kedalam mulutnya.
Yoongi mengangguk gugup. Dengan pelan ia mengambil sendok dihadapannya lalu ikut menyeruput makan siangnya.
"Bagaimana kabar cucuku? Apa dia merepotkanmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Producer (Min Yoongi) - END
Fanfiction[WARNING :17+] [PRIVATE] Akibat kecerobohannya, Jihyo gadis berusia 21 tahun harus terjebak pada sebuah perusahaan agensi milik keluarga Min Yoongi mantan kekasihnya waktu SMA. Setelah sekian lama, takdir mempertemukan mereka kembali dalam situasi y...