Warning!! Mengandung unsur 17 tahun keatas, jadi yang belum cukup umur harap menyingkir. Yang ggh mau baca Silahkan menyingkir juga. Tidak ada paksaan disini..
Resiko ditanggung penumpang..******
Malam ini terasa lebih gelap. Gulungan kapas hitam terlihat menyembul dilangit utara, menyisakan lukisan-lukisan abstrak yang terbentuk lewat imajinasi pikiran manusia. Angin berhembus lebih kencang dari biasanya, menelurkan hawa dingin yang terasa menusuk hinga kepori-pori kulit.
Jihyo memandang datar kumpulan gemerlap cahaya yang membaur dibawah sana. Menyenangkan dapat melihat kerlap kerlip lampu-lampu kecil yang sengaja Yoongi pasang untuk menghias taman mini dibelakang mansionnya. Mirip seperti kota kecil jika dilihat dari atas rumah pohon.
"Masuklah, diluar sangat dingin." Yoongi menyentuh pundak sang gadis. Bermaksud mengajak Jihyo masuk kedalam ruang yang ada dirumah pohon miliknya.
Udara sedang tidak bersahabat, tentu ia tak mau melihat sewaktu-waktu kekasihnya sakit akibat cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini.
"Aku masih ingin disini. Melihat itu." Jihyo menunjuk taman dibawah yang sering ia sebut dengan kota kecil di negeri dongeng.
Yoongi mendesah pelan, tak mau terlalu banyak memaksa. Ia mengalah dan memilih menemani sang gadis duduk sembari mengayunkan kakinya keudara. Namun tak lupa, terlebih dahulu ia mengambil selimut untuk membungkus tubuh mungil kekasihnya.
"Kau menggemaskan." Yoongi memeluk tubuh itu dari belakang, mencium surai sang gadis yang berbau serba strawberry. Harum buah yang membuat dia semakin tergila-gila dengan gadis itu.
"Apanya?"
"Semuanya. Kau terlihat semakin menggemaskan."
Jihyo terkekeh. Lucu mendengar penuturan Yoongi yang menurutnya sedikit aneh. Menggemaskan? Entah sejak kapan kata itu terdengar lucu. Apalagi yang mengutarakannya adalah pemuda es bernama Min Yoongi.
"Kau juga makin terlihat manis."
Lagi, Jihyo terkekeh kemudian dilanjutkan dengan tawa yang tak bisa ia tahan. Min Yoongi seketika berubah menjadi perayu ulung.
"Berhenti merayuku atau kau akan berakhir dibawah sana dengan resiko patah tulang pada bagian kaki atau mungkin punggungmu."
"Kau mau menjatuhkanku kebawah sana?"
"Tentu! Jika kau masih bersikap menjijikan seperti tadi."
"Silahkan saja kalau kau berani." Tantang Yoongi dengan senyum miringnya. "Tapi sebelum kau berhasil mematahkan tulang punggungku, kau sudah harus lebih dulu mengalami patah pada tulang pinggulmu."
Seketika wajah Jihyo bersemu merah. "Itu bukan terdengar seperti ancaman. Tapi seperti sebuah rayuan."
"Aku memang sedang merayumu," balas Yoongi yang sukses membuat tawa Jihyo kembali terdengar.
Candaan aneh mereka masih berlanjut sampai setetes air yang jatuh mengenai pipi Jihyo. Makin lama makin banyak. Hujan mulai turun membasahi rambut dan juga wajahnya. Memaksa mereka untuk masuk kedalam dan berteduh.
Yoongi menutup rapat pintu kayu berukiran indah yang menjadi pemisah antara ruang tertutup dan ruang terbuka tempat itu. Rumah pohon ini di design dengan sangat apik, terbukti dari setiap detail pahatan yang tergambar. Percis melambangkan Yoongi yang sangat menyukai seni.
"Kemarilah." Yoongi menarik tangan Jihyo pada sebuah ranjang minimalis yang memang tersedia disana. Mengungkung tubuh sang gadis yang sepertinya mulai kedinginan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Producer (Min Yoongi) - END
Fanfiction[WARNING :17+] [PRIVATE] Akibat kecerobohannya, Jihyo gadis berusia 21 tahun harus terjebak pada sebuah perusahaan agensi milik keluarga Min Yoongi mantan kekasihnya waktu SMA. Setelah sekian lama, takdir mempertemukan mereka kembali dalam situasi y...