3. Speed

4.5K 173 0
                                        

Sifat lembutmu membuat angin malam menjadi hangat.

Aiden terlihat sangat waspada. Terlihat dari spion, matanya menyapu jalanan dengan tajam. Kami seperti dikepung. Atau bisa dibilang seperti presiden dengan para pengawal di sebelah kami. Kalian pasti tahu kalau sekarang hatiku gelisah dan akan banyak bertanya.

"Pegangan yang kuat."

Detik itu juga, motor Aiden menyelip antara kelima motor yang mengepung kami. Dengan kecepatan tinggi, dia berbalik arah dan melaju dengan cepat. Aiden memepercepat laju motornya dengan kecepatan tinggi yang tak pernah aku duga. Aku sempat melihat motor-motor tadi juga mengejar Aiden. Tentunya, dengan kecepatan yang sama-sama gila.

"Gue pengan kita selamat! Gue masih pengen hidup!" teriakku sambil berpegangan pada Aiden.

Angin yang berhembus cepat menerbangkan rambutku dengan cepat. Bintang-bintang di langit membuat suasana indah tapi dalam kecepatan seperti ini mereka tidak ada artinya untuk keidahan itu. Percuma kalau suasana indah tapi aku bisa meninggal dalam situasi ini.

Aku pernah menonton di acara tv saat di apartement Audrey balapan motor. Dan aku sangat kagum dengan aksi mereka. Dan ternyata aku salah. Mereka gila! Aiden juga gila!

2 motor menyalip Aiden. Tapi dalam sekejap, Aiden sudah menyalip mereka kembali. Suara klakson dari mereka terdengar bevgitu nyaring dan memekkakan telinga. Seketika itu juga Aiden menambah kecepatannya. Seakan-akan motor ini tak memiliki batas kecepatan. Setelah itu jantungku mulai tenang dan aku tidak lagi tegang. Aku mulai relaks dan terbiasa akan kecepatan yang sangat cepat ini. Semakin lama, semakin seru.

"Nanti di depan ada turunan curam dan lo harus pegangan. Jangan sampai lo jatoh," beritahu Aiden.

Benar kata Aiden. Di depan sana ada turunan yang sangat tajam.

Dengan cekatan Aiden menambah kecepatan dan... motor sedikit melayang akibat turunan yang sangat curam itu. Aku hanya memejamkan mata dan meremas jaket yang Aiden kenakan. Mana mungkin aku memeluknya walaupun di situasi ini?

"Tadi bukan hanya turunan curam! Tapi turnan maut!" teriakku setelah melewatinya dengan selamat. Aiden hanya tersenyum dan menatapku dari kaca spion.

Jujur saja, aku kagum dengan skill naik motor yang dikendarai Aiden. Kalau aku yang menyetir motornya, mungkin aku sudah meninggalkan dunia sedari tadi.

1 motor segera menyalip kami. Dia hanya mencoba untuk menghalangi laju motornya Aiden. Tapi Aiden sama sekali tidak mengurangi kecepatnnya. Walaupun sudah ada motor yang menghalangi jalan kami. Sebenarnya apa mau mereka?

"Pegangan, gue mau mempercepat kecepatan," perintah Aiden lalu menambah kecepatan untuk menyalip motor yang ada di hadapannya.

"Aiden, nanti samain kecepatan dengannya dan lo harus siap menjaga keseimbangan," perintahku karena aku memiliki ide yang jahat untuk dilakukan. Aiden mengangguk.

Kami mulai memasuki kawasan yang penuh dengan semak semak yang berada di sisi kanan dan kiri jalan. Langit terlihat sangat luas dengan bintang yang bertebaran di langit luas.

"Siap-siap," kata Aiden memberitahuku. "Ok. Gue udah siap," jawabku dengan penuh percaya diri.

Detik itu juga Aiden langsung menambah kecepatan dan memposisikan motornya sejajar dengan motor lelaki besar itu. Aku segera mengangkat kakiku dan menendang motor lelaki itu membuat motornya jatuh ke sawah. Motor Aiden sedikit kehilangan keseimbangan tapi tidak sampai terjatuh.

"Wow! Ide yang baik!" seru Aiden. Aku tersenyum bangga.

"Gak masalah kan? Yang penting gue mau pulang," rujukku.

The Real HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang