Pemandangan yang indah tidak sebanding dengan kebahagiaanku saat aku duduk di hadapannya.
Aku mengembalikan buku tulis Mason sambil tersenyum. "Makasih ya bukunya," kataku lembut dengan senyuman yang terukir di wajahku. Jaga image dikit lah!
"Iya sama sama. BTW lo nanti jam 7 bisa pergi gak bareng gue?" tanya Mason.
Seketika itu hatiku berbunga bunga. Apakah ini mimpi? Lelaki yang aku suka, mengajakku jalan jalan. Demi apa?
"Keira? Kok melamun?" tanyanya sambil melambaikan tagannya di depan wajahku membuatku tersadar dari lamunanku dan situasi ini membuatku malu.
"Bisa, pergi kemana?"
"Makan di restoran favorit gue," jawabnya.
"Ok. Gue tunggu," ujarku dengan semangat lalu kembali ke bangku.
"Sepertinya ada sesuatu yang membuat lo lama," Vania berakata saat aku duduk di sebelahnya.
"Hehe. Gue diajak pergi sama Mason nanti malem untuk makan malem bareng dia," ceritaku dengan senang.
"Serius lo?! Enak banget lo! Semua cewek di sini juga mau diajak sama Mason yang ganteng seperti itu," teriak Vania sambil memperhatikan Mason diam-diam.
Aku segera membekap mulutnya. Bagaimana mungkin dia berteriak seperti itu di tengah keramaian kelas seperti ini?
"Diem dah lo! Gak usah teriak bisa gak sih? Heran lo ember banget mulutnya." Aku mengomeli Vania yang hanya nyengir tak bersalah.
"Tapi, lo gak takut kalau Mason ternyata seperti lelaki lain yang berpindah hati sejak melihat Keila?" tanya Vania khawatir.
Aku terdiam.
"Ya. Gue yakin Mason orangnya tidak seperti itu. Aku yakin dia tulus," jawabku meyakinkan diriku sendiri.
•••
Film yang kami putar pun usai. Aku segera membereskan barang-barangku. "Audrey gue pulang sekarang gak apa apa kan? Gue ada janji sama Mason," izinku sambil bersiap siap pulang.
Sebenarnya aku ingin menyuruh Mason menjemputku di sini. Aku bisa meminjam baju Audrey, tapi aku merasa tidak enak bila merepotkan Audrey seperti itu. Sekarang masih jam 05.30 tapi aku hanya takut telat bersiap siap dan membuat Mason lama menunggu.
"Mason? Cowok yang sedang hati lo gemari itu kah? Kalian berencana apa?" tanya Audrey antusias.
"Iya. Dia ngajak gue makan malem di restoran katanya," jawabku dengan rasa bahagia yang menyelimuti hatiku saat ini.
"Wah! Mason yang lo suka itu kan?! Ih selamat ya, usaha lo hampir berhasil untuk memperjuangkan dia! Ya sudah pulang dulu. Nanti lo telat," perintah Audrey.
Aku mengangguk dan segera berlari turun dari apartemen.
•••
Aku mengobrak ngabrik lemariku dengan kesal. Isinya sungguh menjengkelkan. Lemariku penuh dengan celana dan kaos. Aku sama sekali tidak mempunyai dress. Aku duduk di pinggir kasur sambil menatap lemariku yang mengenaskan.
Keira : Vania. Gue bingung nih pake baju apa. Gue cuman punya kaos sama celana. Gue gak punya dress.
Vania : Ya Tuhan... Gunakan akal yg udh diberikan Tuhan untuk lo. Lo punya saudara kembar yang feminim tapi suka memanfaatkan orang. Sekarang saatnya lo yg manfaatin dia.
Keira : Jd gue minjem ke dia? Makasih usulnya.
Aku segera berlari menuju kamar sebelah untuk bicara dengan Keila. "Keila! Gue butuh bantuan lo!" teriakku sambil membuka pintu kamarnya Keila.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Happiness
Teen FictionKeira adalah perempuan tegar yang luar biasa. Dengan senyumnya ia menutupi semua penderitaannya. Terasa asing di tengah keluarganya bukan lah hal yang membuatnya menangis. Rumah yang tak lagi terasa nyaman tidak membuatnya berhenti untuk tersenyum...