Ketika rasa cinta itu sirna dan tergantikan oleh rasa kebencian kepadamu.
KEIRA'S POV
Aku merasa berterima kasih kepada Aiden. Dia berbicara dengan mamaku dan alasan aku kehujanan. Tentunya dengan alasan yang dia buat-buat. Untungnya mama percaya dan tidak memarahiku. Malah dia menyuruhku ke kamar dan beristirahat. Tapi kali ini aku demam. Tapi aku tahu kalau aku harus pergi ke sekolah. Mama akan melarangku tidak masuk ke sekolah karena aku sakit seperti dulu.
Aku memandang diriku di cermin setelah aku mandi. Wajahku pucat tapi aku yakin aku masih bisa untuk sekolah. Aku segera berjalan menuju ruang makan. Biasanya jam segini Keila sudah datang terlebih dahulu. Tapi kali ini aku yang datang duluan. Tak lama kemudian Keila pun datang duduk di sampingku.
"Keila. Kamu beneran di tembak cowok kemaren?" tanya mama.
"Iya ma... Aku kan udah cerita sama mama."
"Berarti kamu sudah ada 6 cowok yang suka sama kamu. Mama sih senang banyak cowok yang suka sama kamu, berarti kamu baik di sekolah. Tapi mama gak mau kamu pacaran." Mama berkata sembari menyiapkan sarapan.
"Tenang ma... Aku sudah menolaknya."
Aku mendengus.
"Ada apa Keira? Ada masalah? Atau kamu cemburu?" tanya papa.
"Aku gak cemburu pa. Aku malah gak mau pacaran, kalau aku bisa karena cinta hanya membuahkan rasa sakit."
•••
"Pagi cantik!" sapa Mason menggodaiku di depan lorong kelas.
"Berisik lo!" bentakku membuatnya terkejut.
"Jangan menjadi menyebalkan seperti kembaran lo itu. Dengan jahatnya dia nolak gue di depan kalian semua."
Aku menatapnya dingin dan aku sudah muak karenanya.
"Lo pantas menerimanya!" ketusku.
Vania menghampiriku dan aku yakin dia tau masalah ini.
"Kenapa pantas? Dia seharusnya menerima gue!" Mason keheranan. Aku mendorong Mason. "Cowok yang hanya memanfaatkan orang tak pantas mendapatkan jodoh yang baik!" bentakku sehingga semua orang menatapku.
Untung masih pagi dan sekolah masih sepi. Tiba-tiba ada orang yang merangkul di bahuku.
"Makanya jangan melihat ke atas. Lo liat juga ke bawah dimana ada orang yang setia nunggu lo," kata orang itu.
Aiden? Sepertinya dia baru saja datang karena tas masih berada di pundaknya.
"3 lawan 1. Bagaimana?" tanya Aiden menantang.
"Gak peduli! Gue telah dipermalukan di depan teman gue!"
"Jangan mandang diri lo sendiri! Lo juga telah menyakiti orang yang berada di hadapan lo!" bentak Aiden lalu menggenggam tanganku.
"Keira?" tanya Mason pelan.
"Now you know? Sekarang menjauh darinya karena lo udah nyakitin dia!" Aiden menarikku pergi bersama Vania.
"Keira, lo gak apa-apa kan?" tanya Aiden sambil mengusap kepalaku singkat.
Semua orang menatap kami heran dengan bisikannya. Aku mulai gelisah.
"Gak apa-apa kok. Dia gak nyakitin gue lagi kali ini. Tapi sepertinya gue lah yang nyakitin dia."
"Lo kok panas? Lo juga pucet? Lo udah minum obat? Kenapa lo gak istirahat saja di rumah?" tanyanya bertubi-tubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Happiness
Fiksi RemajaKeira adalah perempuan tegar yang luar biasa. Dengan senyumnya ia menutupi semua penderitaannya. Terasa asing di tengah keluarganya bukan lah hal yang membuatnya menangis. Rumah yang tak lagi terasa nyaman tidak membuatnya berhenti untuk tersenyum...