Aku sadar bahwa aku tidak bisa berhenti memikirkanmu dengan sejuta kenangan yang kamu tinggalkan.
Audrey : Hi Keira!!!
Aku mengernyitkan kening. Pesan dari Audrey. Ada apa dengannya? Sebentar lagi aku sampai di sekolah dan akan membalasnya nanti. Sampai di sekolah aku langsung turun dari motor dan membalas pesannya.
Keira : Ada apa Audrey? Sbb. Gue td lg OTW.
Audrey : Sibuk gk?
Keira : Gk sih. Gue gk pernah sibuk😂 Kenapa?
Audrey : Pulang sekolah gue mau ke cafe bentar mau ketemu temen lama gue. Lo bisa gk?
Aku berpikir sebentar. Besok akan ada ulangan matematika dan materinya sulit. Bagaimana ini? Ahhh! Aku bisa belajar di cafe sambil menemaninya!
Keira : Ok gue bisa. Jam berapa?
Audrey : Jam 4 seperti biasa gue jemput pake taksi.
Aku segera berjalan menuju kelasku. Sekolah masih sepi karena ini masih pagi. Sesekali aku menyapa beberapa temanku aku kenal dengan malu malu. Aku tidak percaya diri. Aku jauh lebih buruk dibanding Keila dan semua orang pasti membenciku. Sampai di kelas, aku dibuat bingung dengan buku tulis yang tergeletak di mejaku. Vania belum datang dan hanya ada Loly di kelas.
"Loly ini buku siapa?" tanyaku penasaran.
"Gak tau. Gue kira itu buku lo yang ketinggalan. Dari sebelum gue dateng buku itu udah ada di sana," jawabnya.
Dengan perlahan aku mengambil buku tulis matematika itu dan mengeceknya. Aku mencari nama pemiliknya. Dan tidak ada tanda-tanda dari nama pemiliknya. Semuanya penuh dengan angka-angka. Tapi tulisan itu tak asing untukku. Saat aku membolak-balik halaman buku itu, ada secarik kertas yang terjatuh dari buku itu. Dan itu berupa pesan.
Ini untuk belajar bagi orang yang menemukannya
Apa? Pesan misterius? Ah! Sekarang hidupku berubah semua dan penuh drama seperti di film. Pesan itu membuatku takut dan penasaran. Tapi mana mungkin orang jahat yang memberikannya sedangkan semua materiku untuk ulangan besok ada di sini semua. Aku duduk di bangkuku dan membaca angka-angka itu. Ini sungguh sulit dengan cara yang memenuhi 1 lembar. Tapi aku harus belajar dan buku ini sangatlah lengkap.
"Hei Keira! Tumben lo dateng-dateng belajar!" sapa Vania lalu duduk di sebelahku.
"Hi Vania! Ini buku lo bukan?" tanyaku. Vania melirik buku itu dan menggeleng.
"Buku apa itu? Rumit banget angkanya!" komentarnya.
"Gak tau. Tiba-tiba aja ada di meja gue dan ada pesan untuk pelajari ini. Apa maksudnya? Sekarang hidup gue kayak di film-film deh! Sekarang gue baper dan banyak misteri," gerutuku.
"Wah keren tuh! Bawa pulang aja buat belajar besok. Sepertinya dia orang genius dan menjawab soal seperti ini."
"Tapi bagaimana kalau pemiliknya tidak mengijinkan gue? Gak ada nama pemiliknya di sini," tanyaku frustasi.
"Dia meletakaan buku ini buat belajar dan lo bisa bawa pulang. Lo yang menemukannya kan? Jadi lo berhak. Beruntunglah karena materi di buku itu sepertinya membantu buat ulangan besok."
Aku mengangguk pelan. Hal ini membuatku bingung.
•••
Bukannya aku belajar, aku malah memandang buku tulis coklat itu tanpa membukanya. Isinya sungguh membosankan dibanding siapa pemilik dari buku itu. Kenapa penemunya harus belajar dari buku ini?
Aku mengecek jam dinding. Baru jam 3 dan aku hanya meluangkan waktuku untuk belajar. Sebenarnya aku ingin belajar sekarang tapi pikiranku berada di tempat lain. Bagaimana ini? Aku memejamkan mataku dan menarik nafas dalam. Aku segera membaca buku itu tulis itu. Sepertinya semua cara ini mudah dimengerti untuk orang kejar kebut semalam sepertiku ini. Panjang tapi mudah dimengerti.
Setelah belajar aku berjalan ke ruang keluarga. Dugaanku benar. Semua keluargaku sedang kumpul di sana. Obrolan dan tertawaan dari mereka terdengar sampai ke kamar.
"Keira! Baru saja gue mau manggil lo ke atas," kata Kak Devan saat melihatku menyusuri tangga.
"Gak perlu kak." Aku duduk di sebelahnya.
"Kamu mau teh hangat? Ini mama buatkan satu untuk kamu," tawar mama sambil memberikan secangkir teh kepadaku. Aku mengagguk dan segera meminum teh itu dengan perlahan. Rasa hangat menjalar di mulutku dan terasa di perut. Menenangkan suasana.
"Ma kayaknya aku gak bisa ikut makan malem lagi ma. Audrey ngajak aku untuk ke cafe bareng. Boleh kan?" izinku.
"Audrey? Apapun boleh jika bersamanya. Dia baik dan mendiri jadi mama gak perlu khawatir denganmu asal gak pulang malem."
"Ya aku gak akan," janjiku.
"Maafkan mama kalau mama dulu pernah mengira kamu ke diskotik atau apa. Ternyata kamu main ke apartemennya. Maafkan mama yang gak pernah mau denger alasan kamu," lirihnya sambil menatapku lembut.
Lidahku kelu dan tak bisa berkata satu kata pun.
"Gak usah minta maaf kali ma. Ini kan kesalahan dia juga yang pulang malem. Lagian juga semuanya gak terlalu benar. Aku pernah liat dia di klub malam diskotik dalam keadaan mabok tau ma! Aku memang gak punya bukti tapi aku bisa dipercaya," sindir Keila.
"Salahkan gue aja terus. Kalau lo misalnya ngeliat gue di sana, lo berarti di sana juga dong? Dan katanya kita memiliki 7 kembaran di dunia ini. Mungkin itu lo yang salah liat. Yang jelas itu bukan gue," tegasku.
"Udah ah berantem mulu lo berdua," gerutu Kak Devan yang merasa risih.
"Gue emang gak sepintar Keila dalam bergaul yang selalu populer dalam sekolah. Walaupun gue akan nakal yang pulang malem, bukan berarti gue mabok-mabokan. Pergaulan gue bener dan gue anti narkoba," jelasku.
"Maaf mama mengira kamu seperti itu," sesal mama.
"Gak apa-apa ma. Semuanya sudah lewat dan sekarang waktunya menyusun masa depan."
"Iya deh ngomongin masa depan! Mentang-mentang lo berdua besok ultah," ledek Kak Devan.
Aku menepuk dahi. Aku lupa kalau besok aku akan ulang tahun dan aku akan berumur 17 tahun. Aku bertumbuh dewasa seiring waktu berjalan. "Gue malah lupa!" seruku.
"Dasar! Mentang mentang udah gede gak butuh ulang tahun!" ketus Kak Devan.
"Berarti gue mati dong kak?" candaku.
"Maksudnya lo gak semangat lagi ulang tahun yang selalu sama setiap tahun. Bahkan ulang tahun ke 17 ini akan sama seperti ualng tahun sebelumnya."
"Gue sih gak pernah ulang tahun sama dengan tahun lalunya. Gue selalu dapet surprise dan hadiah yang tak bisa gue tebak. Gue kan pinter bergaul," cetus Keila menyombongkan diri.
"Ya lo mungkin beda. Tapi gak ke gue. Kali ini sepertinya akan ada yang berbeda. Keluarga gue di sini akan hadir tanpa mengabaikan gue," bantahku dengan sedikit kesal.
"Maafin papa yang dulunya gak mengucapkan selamat ulang tahun sedikit pun ke kamu. Apalagi kado," sesal papa.
"Gak apa-apa pa. Semuanya sudah lewat. Tapi yang jelas, aku hanya merasakan kebahagiaanku kali ini."
THANK YOU FOR READING
JANGAN LUPA COMMENT AND VOTE
SELAMAT MEMBACA!
echakeisha_❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Happiness
Teen FictionKeira adalah perempuan tegar yang luar biasa. Dengan senyumnya ia menutupi semua penderitaannya. Terasa asing di tengah keluarganya bukan lah hal yang membuatnya menangis. Rumah yang tak lagi terasa nyaman tidak membuatnya berhenti untuk tersenyum...