23. Mason

2.7K 110 7
                                    

Hati-hatilah dalam melangkah. Karena musuhmu sudah menunggu untuk mendorong ke dalam jurang yang dalam.

"Keira!!" panggil seseorang.

Baru saja aku sampai di sekolah dan sedang menuju kelas, sudah ada yang memanggilku. Aku menengok ke belakang dan terlihat Aiden yang berlari menghampiriku.

"Eh Aiden!" Aku berhenti membiarkan Aiden menyusulku.

"Om gue tadi malem nelpon dan dia berencana transfer duit untuk gue nanti malem. Itu untuk jatah gue sebulan," ceritanya dengan wajah senang.

"Wah! Lo gak perlu kerja dong?" tanyaku ikut bahagia.

"Gue tentunya harus kerja setelah gue lulus SMA. Gue gak mau tergantung dengan orang," ujar Aiden sambil jalan bersisian denganku.

"Ya semoga lo sukses ya sekalian kuliah."

"Keira!!" panggil Vania sambil melambaikan tangan di ambang pintu kelas.

Dengan berlari, Vania menghampiriku dan juga Aiden.

"Hari ini lo inget gak kalau ada ulangan Fisika?" tanya Vania panik.

Aku melotot. "Emang ada ulangan?" tanyaku panik.

Vania memasang wajah datar. Dia sudah tau kalau aku pasti lupa.

"Kapan pelajarannya?" tanya Aiden. "Pelajaran terakhir sebelum pulang," jawab Vania

"Santai Keira. Lo belajar sama gue. Habis naro tas, kita ke perpus. Gue tunggu lo di sana sambil bawa bukunya. Lo cuman punya total waktu 1 jam setengah menit untuk belajar termasuk istirahat. Kita punya waktu 1 jam untuk sekarang dan 15 menit setiap istirahat. Lo harus bisa fokus."

"A-apa? Lo bakal ngajarin Keira?" tanya Vania terkejut.

"Serius?" tanyaku juga.

"Ya. Bab 6 kan? Mudah kok."

"Wah boleh tuh Keira! Lo diajarin sama orang pinter. Ganteng lagi," kata Vania lalu langsung membekap mulutnya sendiri. Tatapan Aiden berubah tajam menatap Vania.

"Aiden, dia hanya bercanda. Semua orang di sini juga bercanda. Jangan marah. Tapi emang kenyataannya kok lo ganteng." Aku menenagkannya.

Aiden menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal. Dia terlihat gelisah. Ada apa dengannya?

"Ya sudah, nanti gue mau ajarain ya say-" Aiden segera menggeleng kepalanya tegas lalu berlari menuju kelasnya.

Aku menatap Vania heran. Apa yang terjadi dengannya?

"Seperti yang gue bilang kalau dia suka sama lo. Ayo ke kelas!" ajak Vania.

Seperti rencana kami, aku sudah berada di perpus. Mataku menyapu suluruh ruangan dan mencari keberadaan Aiden yang pastinya sudah menunggu. Dan aku melihatnya sedang memainkan handphonenya di kursi kosong pojok ruangan perpustakaan ini.

"Lo udah ulangan bab 6?" tanyaku sambil duduk di hadapannya.

"Udah. Dan gue mau ngasih lo contoh soal pas istirahat kedua yang modelnya mirip sama ulangannya."

Aku segera cemberut.

"Sama aja gue gak ngasih lo jadi pinter kalau gue ngasih soal yang sama. Artinya lo gak ulangan nanti," kata Aiden dengan kekehan kecil.

Dia bisa membaca pikiranku! Aiden mulai menjelaskan. Aku mencoba fokus. Walau agak rumit, tapi Aiden sangat sabar mengajariku.

Saat ulangan pun tiba. Jujur saja, rasanya lebih mudah bila belajar untuk mengalahkan semua soal-soal yang selama ini dia yang meledekku. Setidaknya kali ini aku ada peningkatan untuk mengejek mereka kembali. Aku mengumpulkan jawabanku dengan percaya diri. Aku yakin aku akan mendapatkan nilai yang bagus dibandingkan dengan sebelumnya. Setidaknya aku berharap aku mendapat nilai minimal 5.

The Real HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang