30. Missing You

2.5K 99 0
                                    

Aku baru sadar bahwa kehadiranmu sangat berarti, karena aku merindukanmu.

Aku meletakkan lukisanku tanpa mengalihkan padanganku dari lukisan itu. Banyak pertanyaan yang muncul dari benakku. Apakah ini bagus? Apakah indah? Aku berdecak kesal karena tidak ada orang yang bisa kupercaya untuk menilai hasil karyaku. Aku mengecek jam di hpku. Baru jam setengah 5. Sebenarnya aku harus mandi tapi aku sangatlah malas untuk beranjak dari kasur.

Dengan cepat aku membuka WA yang sekarang sangatlah sepi tanpa pesan darinya. Aiden. Siapa lagi sosok yang aku rindukan? Apa lagi yang aku rindukan selain kata-kata lembutnya yang menenagkan hati?

Baru beberapa hari aku tak melihat Aiden, aku sudah rindu dengannya. Bukan hanya itu. Aku juga khawatir. Mungkin karena ucapan Keila di telepon beberapa hari yang lalu. Ketika dia memilih Aiden sebagai teman sekelompoknya. Tapi kenapa Aiden mau? Aku menepuk dahiku pelan. Apa urusanku? Itu hidupnya. Itu haknya. Itu pilihannya. Untuk apa aku ikut campur? Jantungku berdegup kencang dan rasa gelisah menjalar di hatiku setiap mengingat kejadian itu. Apa aku mencintai Aiden?

Aku tak tau dengan hatiku sekarang. Hatiku mungkin saja mencintainya karena terpengaruhi oleh kata-kata dan kepeduliannya terhadapku. Tapi bagaimana dengan otak dan pikiranku yang tak mendukung hatiku? Mereka tetap berusaha menganggap Aiden sebagai sahabat dan tak pernah lebih. Mereka hanya takut kalau hatiku jatuh cinta pada orang yang salah lagi.

Walaupun Aiden lebih baik dari Mason, tapi aku tetap tak yakin. Takutnya hatinya juga sama-sama buruk dengan Mason. Tapi atas semua usaha Aiden untuk membuatku terhibur seakan-akan dia tulus.

Kadang masa lalu menyiksaku. Masa lalu memang pelajaran. Tapi kali ini aku tak tau itu akan terulang atau tidak untuk sosok Aiden. Masa lalu membuatku takut untuk melangkah dan aku memutuskan untuk menutup hati. Pikiranku sudah tak mau menerima cinta untuk masa SMA. Tapi hatiku masih terbuka dan berharap ada yang mengisinya. Tapi siapa? Bagaimana aku mempercayai orang ketika semua orang memanfaatkanku?

Tanpa sadar jariku memencet nama Aiden. Mataku membaca pesan Aiden dari awal. Dimana dia baru mengirim pesan untukku. Ketika dia tahu nomor hpku. Sesekali aku tersenyum dan bahkan tertawa membaca kejadian itu. Tapi senyumku tak berlangsung lama ketika pesan terakhir kali darinya. Baru saja beberapa hari yang lalu. Memang waktu sangatlah cepat berganti.

Baru beberapa hari aku tak melihatnya dan berkomunikasi dengannya. Tunggu! Aku memang melihatnya! Tapi dia selalu bersama yang lain. Selalu ngobrol dengan Keila. Hari-hariku terasa panjang jika tanpanya. Bayangkan saja jika orang terdekat pergi begitu saja tanpa alasan dan kabar. Apa kabar hatiku sekarang?

Biasanya hari-hariku diwarnai dengannya. Hatiku menjadi tenang dengan dukungannya. Dan tanpa semua itu hariku seakan akan berwarna hitap putih. Semuanya pergi tanpa alasan. Aku menggeleng kepala tegas dan segera mengambil handuk dan mandi. Aku akan keramas sekarang! Siapa tau itu akan menghilangkan penat dan kegelisahan yang ada.

•••

Aku menutup kepalaku dengan bantal. Aku ingin lari dari kenyataan. Sekarang Aiden sedang berada di ruang tamu disambut hangat oleh Keila yang sangat cantik. Jujur saja saat aku melihatnya tadi seakan akan membuatku malu akan diriku sendiri yang tak secantik dia. Aku saja kagum melihatnya secantik itu, apalagi Aiden.

Dengan terpaksa aku memejamkan mataku. Aku berharap ini hanya mimpi dan aku ingin bersama Aiden. Sebenarnya aku ingin menyambut kedatangannya. Apalagi ini rumahku dan dia lah tamunya. Tapi aku tak mau sakit hati melihatnya pergi dengan Keila tanpa mengajakku. Mungkin aku memang tak sopan. Tapi lebih baik diam di kamar dari pada harus menunjukkan kegelisahanku di sana.

Tak lama kemudian terdengar suara mesin mobil di depan rumahku dan makin lama menghilang. Dia telah pergi meninggalkanku. Seharusnya dia mengajakku juga. Tapi sekarang aku merasa bahwa aku bukanlah prioritas Aiden lagi. Buktinya dia tidak bilang ke aku kalau dia akan pergi. Bukan maksudnya dia harus izin denganku, tapi lihatlah sekarang. Apa dia tau kalau aku di sini sedang cemburu? Apa dia tau kalau aku merindukannya? Sepertinya tidak.

The Real HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang