Kamu datang bagaikan pangeran yang menyelamatkan seorang putri yang terjebak dalam fakta yang tidak terduga.
"Keila! Hentikan semua ini!"
Teriakan itu terdengar keras di telingaku. Membuatku membuka mataku tak percaya. Orang yang berkata tadi adalah... Orang yang dicintai oleh hatiku. Aiden. Dia berdiri di ambang pintu dengan amarah yang menguasai dirinya. Dia terlihat frustasi.
Banyak hal yang ingin aku lontarkan. Bagaimana dia bisa ke sini? Bagaimana dia masuk ke rumahku tanpa izin? Seharusnya kita mengetahui kalau dia datang ke rumah. Tapi lihat sekarang. Dia sudah berdiri di ambang pintu kamarku dengan tangan terkepal menyimpan emosi yang siap meledak.
Keila memalingkan wajahnya ke arah Aiden berada. Tapi tangannya masih menodongkan pisau ke arahku. Dia berdecak keras. Dan aku juga menyimpulkan kalau dia marahnya masih belum mereda.
Aiden berjalan mendekatiku lalu mendorong bahu Keila menjauh dariku. Setelah itu dia berdiri di depanku. Menutupi diriku agar Keila tak bisa mencoba melukaiku. Tangan Aiden bergerak memegang tanganku protektif membuat jantung berdetak dengan cepat. Dia berusaha melindungiku. Dan aku merindukan semua ini.
"Lo kenapa sih?! Lo mau jadi pahlawan untuknya dengan mecoba menggagalkan semua rencana gue!" bentak Keila sambil menggenggam pisaunya lebih erat.
"Tentunya gue gagalin. Lo gak boleh nyakitin orang yang tak bersalah!" bantah Aiden dengan suara yang 2 kali lebih keras dari Keila dan membuat aku dan Keila tersentak kaget.
"Dia pantas menerima ini! Dia merebut semua kebahagiaan gue!"
"Tapi gak gini caranya! Gue kasih lo kesempatan! Semua kesempatan! Ternyata dugaan gue salah. Lo ternyata jahat! Jahat banget dan bahkan lo ternyata palsu! Di depan sana lo baik tapi ternyata lo jahat karena melakukan ini untuk saudara kandung lo sendiri!"
"Lo sama aja ya sama Keira! Kalau gitu gue serang lo berdua!" tegas Keila.
Dia maju mendekati Aiden menempelkan pisau ke arahnya. Aku tercekat panik. Genggaman tangan Aiden mengencang. Bagaimana ini? Aiden dalam bahaya! Bukan dia saja. Tapi kami dalam bahaya.
"Lo- lo yakin mau nyakitin orang yang lo cinta? Serius? Jika dia meninggal, lo gak akan dapet apa-apa," lirihku di belakang Aiden.
"Berisik lo Keira! Mulut ember tau gak sih lo?!" bentak Keila kesal.
Sekali lagi goresan atau dorongan, Aiden bisa terluka. Aku tak tau bagaimana caranya? Aku terlalu lemah. Apalagi aku tak punya bakat bela diri.
Tiba-tiba dengan gerakan cekatan, Aiden menepis pisau itu dari perutnya dan merampas pisau itu dari tangan Keila. Dan semua itu dilakukan tanpa melepaskan genggaman tangan kirinya dariku. Itu membuatku tercengang. Sekarang dialah yang memegang pisau itu.
"Mau lo apa sih?! Lo kira gue gak bisa melawan?! Apa lo gak inget kalau gue si tukang berantem di sekolah? Apa lo menginginkan itu? Lo itu terlalu lemah buat dilawan!" ujar Aiden.
"Kalian tetep milik gue. Gue bisa aja ambil cutter di laci belajar lo yang jarang terpakai itu," ancam Keila.
Aku menghapus air mataku yang sedari tadi turun. Sejak kapan aku menangis? Saking takutnya, aku tak sadar kalau dari tadi aku menangis. Mungkin sejak aku memabayangkan ini adalah hari terakhir aku di dunia. Dan Aiden datang serta memberikan harapan cerah untukku selamat karena skill bela diri yang tak bisa dianggap remeh.
"Walaupun lo berusaha membela diri, lo tetap berada di pihak kalah." Nada Aiden berubah menjadi tenang.
"Kalau kalian kapok dengan ini, gue akan menang dan Keira tak akan menganggu gue lagi." Keila berlari ke meja belajarku dan mengambil cutter.
"Sudah. Lo diam saja di sana. Kami menyerah. Tapi gue gak bisa menjamin lo menang." Aiden menarikku menuju rak bukuku dekat pintu.
Dengan santai, Aiden mengambil handphonenya yang dia senderkan ke buku. Tempatnya mecolok tapi aku dan Keila tak sadar saking tegangnya.
"Gue merekamnya sejak gue dateng ke sini. Sebelum gue dateng, orangtua lo gue telpon untuk balik ke sini dan mereka sedang dalam perjalanan. Mereka memang belom tau tentang kenyataan putri kesayangannya jahat dan pembunuh. Gue kasih tau juga, kayaknya mereka gak akan percaya. Tapi bagaimana dengan menunjukan videonya? Ini bukti yang kuat bukan? Jadi lo berada di pihak yang kalah." Aiden berkata dengan santai.
Aku ternganga dengan rencananya yang jenius. Bagaimana bisa dia merencanakan semuanya sematang itu? Semua tangisku tergantikan oleh senyuman. Awalnya takut jadi berani.
"Lo- Lo? Kenapa lo setega ini sama gue? Hapus videonya Aiden!!! Please!!!" mohonnya dengan tangisnya. Dia sampai duduk di lantai saking sedihnya.
"Gimana cara ngapus video sih? Gue lupa mendadak," ejek Aiden dan membuatku terkekeh geli.
Lalu terdengar suara deru mobil yang di depan rumah. Itu pasti orangtuaku. Aman sudah keadaan ini.
"Lo ke bawah, ceritain semuanya. Tunjukin rekamannya," perintah Aiden sambil memberikan handphonenya.
Aku mengangguk dan segera berlari. Baru saja satu langkah aku berlari, suara rintihan terdengar membuatku menengok ke belakang. Rupanya Aiden terkena goresan cutter di lengannya. Dan pelakunya adalah Keila. Tatapan Aiden yang awalnya khawatir berubah menjadi kemarahan.
"Aiden lo gak apa-apa?" Tanyaku panik sambil menghampirinya yang memegang lengannya yang mengeluarkan darah.
"Seharusnya gue udah serang lo dari tadi! Hati gue ternyata salah untuk mengurungkan niat menyerang cewek. Tapi lo beda! Lo bukan cewek yang harus dihormati!" Aiden hendak menghampiri Keila untuk menyerangnya.
"Mama!! Papa!!" teriakku sangat kencang.
Tangan Aiden sudah melayang dan siap memukul Keila yang sudah pasrah. Aku menutup mataku. Aku tak berani melihatnya.
"Ada apa ini?!" suara papa menggelegar membuatku segera berlari ke dalam pelukannya. Tempat yang paling aman.
"Apa yang terjadi? Kalian bertengkar lagi? Kenapa Aiden bisa di sini? Jangan pukul anakku, Aiden!" tegas mama dengan suara panik.
Aiden menurunkan tangannya yang sebenarnya sudah siap melayangkan tinjuan untuk Keila. Dengan tangan gemetar aku memberikan hanphone Aiden kepada papa. Biarkan papa dan mama yang melihat rekaman itu. Aku yakin mereka akan sulit menerima kenyataan ini.
"Ini Keila? Itu kamu?" tanya mama setelah melihat videonya.
"Bukan ma, itu-"
"Iya itu Keila. Sudah 3 kali dia mencoba menyakiti Keira," potong Aiden dengan tegas. Lalu dia merampas cutter itu dari tangan Keila.
"Menggunakan pisau dan cutter. Dia juga telah mencoba mengancam Vania," katanya lagi.
"Bener?" tanya papa yang memucat sambil menatap Keila dengan kecewa.
Mama menutup wajahnya dengan tangannya. Aku yakin ini akan menjadi hari sulit untuk keluargaku. Ketika anak kesayangannya ternyata tidaklah sebaik yang dikira. Dan walaupun Keila menyebalkan, tapi aku menyayanginya. Bagaimana pun buruknya dia, dia tetap saudaraku. Dia terlalu baik untuk dipenjara atas tuduhan pembunuhan. Perlahan tapi pasti kehidupannya akan berubah. Seiring waktu yang terus melaju.
THANK YOU FOR READING
JANGAN LUPA COMMENT AND VOTE
SELAMAT MEMBACA!
echakeisha_❤️
![](https://img.wattpad.com/cover/147347372-288-k922469.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Happiness
Teen FictionKeira adalah perempuan tegar yang luar biasa. Dengan senyumnya ia menutupi semua penderitaannya. Terasa asing di tengah keluarganya bukan lah hal yang membuatnya menangis. Rumah yang tak lagi terasa nyaman tidak membuatnya berhenti untuk tersenyum...