39. Dinner

2.4K 90 0
                                    

Akhirnya aku bisa melihat kalian tersenyum kepadaku.

Aku bersender ke pondasi sekolah. Menunggu Vania yang memiliki urusan dengan temannya. Aku tak tau siapa dan buruknya aku tidak diperbolehkan untuk masuk ke perpustakaan sekolah dan bertemu dengan temannya. Aku curiga dengan sikap Vania yang akhir-akhir ini berubah. Biasanya saat dia bertemu dengan mantannya aku boleh ikut dan bahkan mewajibkanku ikut. Mungkin ini urusan yang sangat penting dan tak boleh ada yang mengetahuinya. Tapi setidaknya aku diperbolehkan ikut. Nanti juga aku bisa menjauh dari mereka dan memberi privasi untuk mereka. Tak lama kemudian Vania menghampiriku dengan wajah yang berbinar binar. Pasti ada kabar baik atau apa sehingga membuatnya tampak bahagia.

"Ada apa sampai lo seneng begitu?" tanyaku sambil berjalan bersisian dengannya.

"Tidak apa-apa. Gue seneng aja ketemu sama orang itu." Vania menyembunyikan sesuatu.

"Siapa nama temen lo itu?"

"Bukan siapa-siapa kok. Lo gak akan kenal dengannya."

Aku berhenti melangkah dan menatapnya tajam.

"Lo akhir-akhir ini banyak menyembunyikan sesuatu dari gue dan selalu berbohong. Ada apa sih? Apa yang membuat lo seperti ini? Dulu lo janji akan memberi tau apapun tanpa ada rahasia. Lo lupa?" tanyaku dengan nada tinggi.

"Keira, jangan emosi dulu. Gue gak tau alasan dia untuk menyembunyikan dari lo. Apapun. Tapi lo tenang aja. Dia bermaksud baik dengan lo dan akan memperbaiki semuanya menjadi lebih baik."

"Apa maksud lo? Berarti dia ada kaitannya sama kehidupan gue dong. Siapa?" tanyaku bingung.

"Itu hal yang paling ia rahasiakan. Gue gak bisa memberi tau lo. Lain kali saja saat sudah waktunya," jawabnya lalu menaiki motornya. Dengan segera aku juga menaiki motorku yang terparkir di sebelahnya.

"Jangan marah dan kecewa Keira. Semua akan berjalan lancar. Lo pasti akan tau siapa jika waktu sudah tepat," kata Vania lalu melajukan motornya terlebih dahulu keluar dari sekolah.

Dengan cepat aku melajukan motorku juga menuju rumah. Saat sampai rumah, mama segera menyambutku dengan hangat. Dia terlihat bersemangat. "Kamu harus bersiap-siap untuk makan malam di restoran nanti malam. Acaranya formal. Pakai dress saja dan jam setengah 6 kita berangkat."

"Aku gak punya dress ma."

"Pinjam dengan Keila kan bisa. Pinjam yang dress warna putih itu yang dia baru beli beberapa minggu yang lalu. Dia mempunyai banyak dress bukan?" sarannya.

"Apakah dia akan memperbolehkanku? Apalagi itu dress baru. Dia membenciku ma..."

Ini sebenarnya kesempatan karena Keila belum pulang dari sekolah. Katanya ada urusan OSIS.

"Kalau kamu gak berani mama yang memintanya ya. Kamu pasti cantik mengenakan dress putih itu. Kamu sebenarnya gak perlu khawatir. Dia kan bisa memakai dress yang lain."

Aku mengangguk dan segera pergi ke kamar. Aku berencana untuk menghubungi Audrey. Sudah lama aku tidak main dengannya.

Keira : Hi Audrey!

Audrey : Hei Keira! Ada apa? Apa ada masalah lagi?

Keira : Gk ada. Malah mereka berubah menjadi baik banget sama gue. Akhir-akhir ini gue gk sempet main lg sama lo. Gue kangen...

Audrey : Syukurlah. Gpp kok. Kalau sempet lo ke sini aja. Gue tunggu semua curhatan yang menyenangkan dr lo❤

Keira : Thanks Audrey. Lo emng yg paling baik!😍😍😍

Dengan segera aku meletakkan hpku ke meja dekat tempat tidur. Aku merebahkan diri di kasur dan menarik nafas panjang. Masih ada rasa kebingungan yang muncul dalam benakku mengenai semua perubahan ini. Mana mungkin mereka semua berubah secara tiba-tiba? Sebenarnya itu bisa terjadi, tapi tak akan terjadi secara mendadak sedangkan semua butuh proses. Bahkan aku tak meminta maaf kepada keluargaku dan mereka mendadak menyambut kehadiranku kembali.

"Keira! Buka pintunya!" bentak seseorang sambil mengetuk pintu kamarku dengan keras. Tunggu! Bukan mengetuk tapi sepertinya memukul pintu kamarku yang aku kunci. Dengan kesal aku bangkit dari tempat tidur dan segera menghampiri pintu. Dengan kesal aku membukanya. Keila terlihat berdiri di depan pintuku sambil menahan emosi. Tangannya memegang dress selutut berwarna putih. Di punggungnya masih ada tas sekolahnya.

"Ada apa sih? Gak usah ngegas dong ngetok pintu," geurutku.

"Apa lo yang minta minjem gaun ini dan meminta tolong ama mama lo yang berubah menjadi memanjakan lo itu?" tanyanya ketus sambil menunjukan dress yang dia pegang.

Baru saja aku mau menjawab, dia sudah memotongnya terlebih dahulu dengan kata-kata pedasnya. "Mama lagi di luar, jadi lo gak akan bisa minta tolong dengannya. Lo hanya milik gue sekarang!"

"Santai dulu. Gue malah gak mau minjem baju lo lagi setelah lo mempermalukan gue di depan Mason. Tapi malah mama yang ngotot untuk minjemin."

"Bohong lo! Jangan banyak alesan deh!" Dia melempar dress itu ke wajahku dengan kasar lalu dia berlari masuk ke kamarnya dan membanting pintu kamarnya dengan sangat keras.

Dengan kesal aku membawa dress itu masuk ke kamarku. Aku sangat membencinya.

•••

Dengan segera aku turun ke ruang keluarga. Mama, papa, Keila dan Kak Devan sudah menungguku di sana. Aku kira aku akan ditertawakan saat melihat penampilanku yang berbeda dari biasanya.

"Wah Keira! Kamu cantik banget!" seru mama sambil menghampiriku dengan kagum.

"Serius itu lo?" tanya Kak Devan dengan mulut yang menganga lebar.

Rambut hitam ikalku, kubiarkan tergerai. Dress putih selutut sangat bersinar diterpa lampu. Sungguh ini dress yang sangat bagus. Sepatu high heels 5 cm menghiasi kakiku dan membuatku terlihat sangat anggun. Tas selempang putih sangatlah cocok dengan semuanya. Lipstick pink tipis menghiasi bibirku dan eyes shadow yang berwarna sama membuat mataku menjadi cerah.

"Jika gue yang memakainya akan jauh lebih cantik. Make upnya tidak berkelas," komentar Keila yang mengenakan dress merah.

"Malah bagus make upnya Keira. Natural dan gak norak," bantah papa sambil menatapku detail. Aku menarik nafas dalam dalam. Aku tak pernah merasakan semua ini. Biasanya aku dilupakan. Tak pernah menjadi pusat perhatian dari mereka semua. Dan semua ini membuatku gugup.

"Ayo kita berangkat!" ajak papa lalu menghampiri mobilnya disusulku.

Di perjalanan mereka semua mengobrol kecuali diriku. Aku hanya sibuk memandang diri sendiri di pantulan kaca jendela mobil yang menembus malam. Aku memandang mataku yang bersinar. Aku tak pernah merasa secantik ini. Maksudku aku gak menyangka bisa mengimbangi penampilan Keila yang selalu terlihat cantik.

Setelah sampai, aku hanya mengikuti langkah mereka yang memasuki restoran mewah yang formal. Ingin aku berseru kagum atas semua restoran mewah dan megah ini. Aku duduk di hadapan mama dan Keila duduk di sampingku.

"Mau mesen apa Keira? Ini menunya," tanya Kak Devan lalu memberikan menu itu kepadaku.

Aku melihat-lihat. Dan aku terkejut dengan harga makanannya.

"Aku mesen yang dulu aja ma!" seru Keila semangat.

Aku mengernyit. "Lo udah pernah ke sini?" tanyaku dengan mata yang tak pernah teralihkan dari menu makanan.

"Cukup sering jika ada event. Lo belom pernah ya?" ledeknya.

"Aku smain kayak Keila aja ma." Aku tidak tahu makanan yang dipesan Keila.

"Haha! Dasar cupu!" ledeknya lagi.

"Jangan buat gue marah deh! Ini bukan tempat yang pas untuk bertengkar seperti bayi!" bentakku dengan suara pelan.

"Sudah-sudah! Minumnya apa?" Papa menengahi.

"Milkshake vanilla!" jawab Keila yang sangat antusias.

"Sama deh tapi coklat." Aku menjawab disambut tatapan tajam dari Keila. Tapi aku mengbaikannya dan malah menengok ke sekeliling restoran mewah ini. Dan aku menatap keluargaku. Apa ini rasanya kebersamaan yang aku rindukan?

THANK YOU FOR READING

JANGAN LUPA COMMENT AND VOTE
SELAMAT MEMBACA!
echakeisha_❤️

The Real HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang