Sebelum Membaca

28.2K 1.7K 96
                                    

DIALEKTIVA

Dialektiva adalah bentuk plesetan dari Dialektika. Diubah menjadi Dialektiva karena pemain utama cerita ini adalah Sativa Airish Cantigi (Tiva) dan karena ada hubungan yang erat antara definisi Dialektiva dengan karakter Tiva. Oleh karena itu, judul cerita ini adalah Dialektiva.

di.a.lek.ti.ka

1. n hal berbahasa dan bernalar dengan dialog sebagai cara untuk menyelesaikan masalah.

ABSTRAK

Ini cerita tentang Tiva dan kejenuhannya terhadap tipe-tipe mahasiswa yang ada di kampusnya--terutama di kelasnya. Tipe mahasiswa yang caper sama dosen, yang menggadaikan ungkapan agen of change sebagai alasan bolos kuliah, yang menyumpal telinganya dengan headset saat kuliah berlangsung, atau yang hanya bengong dan baca komik atau novel saat diskusi.

Lalu Tiva sendiri masuk ke tipe mahasiswa yang mana? Dia tidak masuk di salah satunya. Dia membentuk tipe mahasiswa tersendiri--yang beranggotakan Tiva seorang. Tiva yang malas ikut diskusi 'kacangan' di kelasnya, yang bukan mahasiswa berprestasi, yang tidak ikut BEM atau himpunan yang dielu-elukan sebagai media mahasiswa bisa mendapat banyak pengalaman, yang tidak pernah ikut riset atau penelitian juga.

Tiva memang terkesan cuek dan apatis, tapi ia selalu ada di garda terdepan saat mengunjungi desa terpencil untuk pengabdian di sana. Dia bisa menyelesaikan masalah hanya dengan kata-katanya. Dan saat dia berdialektika, semua tipe mahasiswa hanya bisa terdiam dan berdecak kagum dalam hatinya.

Efek dari dialektika yang dilontarkan oleh Tiva ini cukup menggeser posisi Adiran Kiluan (teman sekelas dan seangkatan Tiva) sebagai mahasiswa berprestasi yang terkenal di kalangan dosen dan kampus. Tentu Adiran yang tidak ingin spotlight miliknya ini berpindah ke orang lain, tidak bisa menerima saat Tira yang dia kenal sebagai mahasiswa apatis itu tiba-tiba show up.

Di sisi lain, Bumi Barameru (kakak tingkat Tiva yang tidak lulus banyak mata kuliah hingga harus mengulang dan sekelas dengan Tiva) merasa bahwa ucapan Tira, intuisi perempuan itu, serta bagaimana Tiva bisa merasakan apa yang dia rasakan, membuat Bumi merasa menjadi manusia yang berguna saat orang-orang di sekelilingnya hanya melabeli cowok itu dengan sebutan aktivis radikalis.

Adapun Mizi ... ah, dia sebetulnya hanya pelengkap. Yang menggenapkan apa-apa yang ganjil. Yang memberi celah untuk tertawa. Yang membuat Tiva merasa bahwa Mizi lebih dari sekadar ada.

Baik Adiran, Bumi, dan Mizi pada akhirnya sama-sama mengorbit pada lintasan yang tidak pernah Tiva ciptakan. Ketiga laki-laki itu merasa berkonstelasi dengan Tiva dan merasa membutuhkannya. Tapi masalahnya, Tiva adalah seseorang yang kompleks dan sulit diterka. Akankah Adiran, Bumi, dan Mizi mampu mengorbit--bahkan melebur--bersama Tiva?

PEMAIN

Pemain dalam cerita ini adalah mahasiswa tingkat 2 dan tingkat 4 yang dalam beberapa mata kuliah tertentu berada dalam kelas yang sama. Semua pemain utama adalah mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Pallawa (iya ini nama univ-nya ngasal).


STATUS

completed

CATACAND

Halo!
Selamat datang di cerita tentang campus life versi Candramawa. Cerita ini bermula dari keresahanku tentang dunia kampus yang tak seindah FTV (eh di FTV juga nggak indah-indah amat, sih, atau indah? nggak tahu deh).

Keresahan seperti deadline tugas, anak-anak kelas yang tidak kooperatif kalau ada tugas kelompok, pengalaman merantau, dan tentang pembelajaran di kelas di mana sesi diskusi lebih mirip sebagai ajang berdebat untuk membuktikan siapa yang paling oke.

Jadi, cerita ini kurang lebih akan menjelaskan keresahan-keresahan itu. Lebih spesifiknya ya ke tipe-tipe mahasiswa di kampus (ada banyak sekali!) tapi yang fokus diceritain di sini itu tipe mahasiswa ambisius yang sering bertanya terus-menerus, sering ikut lomba penelitian dll, dan merasa sedih kalau IP-nya tenodai dengan nilai dibawah A.

Tentang tipe mahasiwa yang hobinya berorganisasi saja, tanpa peduli sama urusan akademiknya. Iya, yang menggadaikan ungkapan agent of change untuk bolos masuk kelas demi jadi orator atau ikut rapat (sebetulnya ini nggak salah, nanti aku jelasin dari perspektif aku. Plis anak himpunan atau aktivis kampus jangan langsung burn).

Juga tentang mahasiswa yang terkesan anti sosial, tapi sering melakuan sesuatu yang out of the box dan di luar ekspektasi!

Terakhir, tentang tipe mahasiswa yang diam-diam mematikan. Yep. Kelihatannya tidak mengerti apapun, tapi dia memiliki sisi lain yang membuat seisi kelas--bahkan kampus-terkedjoed.

Tapi cerita ini bukan untuk menyudutkan tipe-tipe mahasiswa itu, ya. Sekali lagi, cerita ini lahir dari keresahan Cand sebagai, yah, mahasiswa sekaligus mau eksplor tentang jurusan Sastra Indonesia yang sering diremehkan karena katanya, ehm, gampang. Ini juga cerita tentang manusia-manusia dewasa awal yang sedang membara cari-cari esensi kehidupan, hampir putus asa karena quarter life crisis, juga tentunya, masalah cinta yang nggak sesederhana cie-ciean seperti di bangku SMA.

Kurang lebih sih gitu. Ini pertama kalinya aku membuat cerita campus life dan jujur, ini cerita dengan penggalian karakter yang sangat lama (dan sempat tertunda lama lama juga di draft).

So, selamat ketemu di chapter selanjutnya! :)

DialektivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang