Bergantung

5.5K 1.1K 85
                                    

Di inti dirimu aku merasa beruntung
meski hanya sebatas bergantung.

[ d i a l e k t i v a ]

Suara-suara kritis pada diskusi sore ini hanya mampir sepintas di telinga Bumi. Tidak seperti Rabu-Rabu sebelumnya, kali ini Bumi lebih banyak diam. Ia hanya duduk sebagai pendengar. Narasumber diskusi sore ini adalah Janu, satu-satunya yang paling dekat dengan Bumi semenjak ia menjadi mahasiswa. Meskipun cuaca sore cukup sejuk dan langit mulai mendung, Bumi cukup yakin bahwa bara api di dada dan pikiran teman-temannya tidak pernah padam.

Tema diskusi sore ini masih perihal hak suara dan berpikir mahasiswa di kampus, khususnya yang terjadi pada Bumi, juga mahasiswa lain yang memiliki nasib serupa. Setelah proses mediasi dan negosiasi yang alot selama dua pekan terakhir, dua surat yang menentukan napas Bumi di kampus akhirnya sampai di tangan Bumi kemarin pagi.

Bumi menerima surat dari Dewan Kehormatan Kode Etik dan Tata Tertib Mahasiswa sekaligus Keputusan Rektor Universitas Negeri Pallawa Nomor 0741 Tahun 2019 Tentang Pemberhentian Dengan Tidak Hormat Sebagai Mahasiswa Universitas Negeri Pallawa. Tidak lama setelahnya, Bumi tahu bahwa dua surat itu tidak hanya dikirimkan kepada dirinya. Hampir separuh pengurus Unit Kegiatan Studi Politik yang dipimpinnya dikirimkan surat yang sama. Beberapa ketua organisasi Islam (Ormais) kampus juga mendapatkannya. Tuduhan yang dituliskan dalam surat tersebut adalah bahwa Bumi berafiliasi dengan organisasi terlarang dan terpapar ide radikalisme. Selain itu, disebutkan pula bahwa Bumi mencemarkan nama baik kampusnya dalam deretan aksi massa di luar kampus. Dalam hal akademik, indeks prestasi semester Bumi juga sangat rendah sehingga tidak bisa melanjutkan matakuliah lain yang akan dikontraknya. Belum lagi, banyak matakuliah yang harus diulang karena Bumi belum lulus pada matakuliah tersebut.

"Kampus merdeka berarti kampus yang membebaskan mahasiswanya dari belenggu apatis. Seharusnya gelombang demonstasi, diskusi-diskusi kritis, atau kegiatan pers dari mahasiswa diapresiasi oleh kampus dan negara. Itu artinya mahasiswa masih bangun dan menjalankan perannya. Tapi hari ini, di kampus kita sendiri, kita justru dijajah dengan tudingan yang tidak bisa dibuktikan. Terlibat organisasi terlarang, terpapar radikalisme, marxisme, sosialisme, atau komunisme. Semua mahasiswa yang dituduh memiliki pemikiran yang berbeda dengan ideologi negara dikeluarkan secara tidak hormat." Khafi, ketua Lembaga Dakwah Kampus Al-Hizan yang menghadiri diskusi pekanan UKSP angkat suara. Dua surat itu juga sampai di tangan Khafi dan hampir separuh pengurus LDK Al-Hizan yang dipimpin Khafi. Sama seperti Bumi, Khafi juga merupakan aktivis dakwah kampus yang sering menggelar kajian Islam dan politik serta menghadiri deretan aksi massa bernapas Islam. Setiap kali terjadi kasus penistaan agama, Khafi akan mengerahkan LDK-nya untuk melakukan diskusi dan mengikuti aksi—bahkan jika aksi tersebut digelar di ibu kota.

Mendengar pemaparan Khafi, Janu mengangguk setuju. Meskipun antara organisasi UKSP dan LDK Al-Hizan memiliki perbedaan sudut pandang atas suatu permasalahan, dalam hal kebebasan berpikir, kedua organisasi tersebut memperjuangkan hal yang sama. Selain itu, kedua organisasi tersebut juga memiliki pengaruh opini yang besar di kampus.

Askar, salah satu pengurus pers kampus mengangkat tangannya. "Saya dengar dari rekan pers di kampus lain, BEM SI akan mengadakan aksi besar-besaran menjelang hari kemerdekaan di Istana Negara. Ada beberapa tuntutan yang diajukan. Mulai dari Rancangan RUU Omnibus Law, RUU Pertanahan, isu lingkungan, sampai kriminalisasi aktivis. Sebagaimana yang sudah kita ketahui, beberapa kampus lain juga mengeluarkan mahasiswa yang dituduh berafiliasi dan terpapar ide radikal. Beberapa aliansi BEM di setiap daerah sudah memulai aksinya sejak sepekan yang lalu, misalnya di Yogyakarta, Bogor, dan Jakarta. Pertanyaannya, apakah kampus kita akan menginisiasi pergerakan?"

Pertanyaan terakhir Askar membuat Bumi mengangkat kepalanya yang sejak tadi lebih sering menunduk. Bumi menoleh ke arah Janu dan beberapa rekan satu organisasinya. Jauh sebelum hari ini, pembahasan mengenai pergerakan sudah dibicarakan matang-matang. Sampai pukul dua pagi tadi, Bumi kembali mengumpulkan pengurus inti UKSP dan rencana pergerakan yang sudah dirancang. Bumi menegaskan pandangan matanya ke arah Janu. Laki-laki itu mengangguk paham. "Kita semua tahu bahwa BEM kampus kita cenderung stagnan dan tidak akan bergerak—"

DialektivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang