Aku lelah.
Inginku hanya merebah pada bahumu yang penuh tabah.
[ d i a l e k t i v a ]
WhatsApp Grup | Jurnalistrong 2017
Aquanetta d'Lovina
Forwarded
Pagi jg neng geulis. Maaf bpk tdk bisa hadir hari ini krn lg ke zimbabwe, mau lihat gajah lahiran. Hari ini mengumpulkan tgs liputan sesuai kelompok yg dibagi sblmnya ya. Salam rindu.Leilana Pujasera
Allahu Akbar. Kenapa tahu bulat sih, Ta?! Gue udah di parkiran kampus ini ya Allah.Aquanetta d'Lovina
Sumpah gue udah ngechat dari jam tujuh teng.... Emang Pak Diki kan gitu :(Adimas Gianindra
Itu beneran ke Zimbabwe?Leilana Pujasera
Hoaks gengs. Pak Diki mah males aja.Aquanetta d'Lovina
Sore ini berita liputannya langsung dikirim ke email Pak Diki yak. Ga usah tanya formatnya gimana. Yang penting lo pada ngumpulin.Leilana Pujasera
Kelompok gue ngetag berita festival budaya di FIB ya.Adimas Gianindra
Kelompok gue ngeliput silent action depan gedung rektor ya.Aquanetta d'Lovina
Wahai pada bidadari @Sativa Airish Cantigi @Ayunda Kalista kita ngeliput berita apa nih?Sativa Airish Cantigi
Ngeliput kamisan depan Gedung Sate aja.Aquanetta d'Lovina
Hah? Acara apaan tuh?[ d i a l e k t i v a ]
Sudah hampir lima jam Bumi berdiri. Dengan pakaian serba hitam, Bumi menatap Gedung Sate dengan tatapan nanar. Ini kali ke-251 Bumi menghadiri acara Kamisan bersama orang-orang yang juga kehilangan dan kesepian. Setiap hari Kamis, langkah kaki Bumi hanya tertuju kepada dua tempat: Gedung Sate dan Istana Negara. Bersama belasan orang lainnya, Bumi mengangkat payung hitam tinggi-tinggi dengan tulisan-tulisan yang ada di sana: Selesaikan Kasus 1998, Menolak Lupa Penculikan Aktivis, Tuntut Pelanggar HAM Berat, serta tulisan-tulisan yang senada. Kamisan hari ini, sama seperti kamis-kamis sebelumnya, tidak dihadiri banyak orang. Bumi yang mengikuti Kamisan dari kali pertama menyaksikan satu per satu keluarga yang menuntut keadilan pergi ... satu per satu. Sebagian dari mereka tidak menghadiri Kamisan lagi karena sudah tidak memiliki harapan lagi. Pelan-pelan, meskipun sulit, mereka akhirnya mengamini bahwa pisau keadilan di negeri ini sudah tumpul. Sebagian yang lain tidak menghadiri Kamisan lagi karena sudah benar-benar pergi ... menyusul suami, istri, kerabat, atau anak mereka yang gugur dan kembali ke pangkuan bumi dua puluh tahun lalu.
"Biar saya aja yang pegang payungnya, Kak," ujar Cia, perempuan berusia lima belas tahun yang duduk persis di sebelah Bumi. Sejak acara Kamisan dilaksanakan di Bandung, Bumi sudah mengenal Cia. Waktu itu, usia Cia masih sebelas tahun.
Menyadari Cia masih mendongakkan wajah dan mengangkat tangannya agar Bumi menyerahkan payung hitam, Bumi sekali lagi menggeleng tegas.
"Usia saya sudah lima belas tahun, Kak," ujar Cia, "saya sudah remaja, bukan anak kecil lagi. Lebih baik Kak Bumi memayungi ibu itu."
Tatapan Bumi mengikuti telunjuk Cia. Ia melihat seorang ibu renta berusia 60-an duduk sammbil mengambil napas dalam-dalam. Matanya memerah. Air matanya mengalir deras. Payung hitamnya hampir oleng. Bumi membuang napas, lantas menatap Cia sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialektiva
General FictionIni cerita tentang Tiva dan kejenuhannya terhadap tipe-tipe mahasiswa yang ada di kampusnya--terutama di kelasnya. Tipe mahasiswa yang caper sama dosen, yang menggadaikan ungkapan agen of change sebagai alasan bolos kuliah, yang menyumpal telinganya...