I can't show you how to love yourself
But I promise you
I'll be the one by your side— keepyousafe by yahya
• r e t r o s p e k s i •
Sativa termenung beberapa saat sebelum akhirnya kedua sudut bibirnya terangkat. Ia tersenyum tipis. Dan senyuman itu kian melebar saat Kalan menatapnya dan ikut melukis senyum. Sativa tahu bahwa selama tiga puluh dua tahu ia hidup, hari itu adalah hari di mana senyuman paling lebar terlukis di wajahnya. Bahkan, sepanjang hari bahagia itu, dari sekian ucapan selamat, doa baik para tamu yang hadir, hingga mendengar Kalan mengucap ijab kabul, senyumnya tidak selebar saat ia melihat Kalan memasuki kamar dengan senyum tulusnya.
Sativa lebih dari bahagia. Dan ini perasaan yang nyata--sekaligus baru untuk dirinya sendiri. Bukan karena akhirnya ia menikah. Sativa bahkan tidak pernah berpikir bahwa ia harus menikah hanya karena usia atau memenuhi ekspektasi orang lain. Bukan juga karena ia bersama Kalan. Sativa hanya merasa aman ... sekaligus nyaman.
Di tengah terik amarah yang kadang tidak ia pahami, di tengah hujan gelisah yang sering melingkupi, di tengah kelabu atas semua hal abstrak yang belum ia selesaikan, malam itu, hanya dengan melihat Kalan dan cincin yang tersemat di jari manis laki-laki itu, membuat Sativa merasa selesai mencari rumah.
"Kenapa, Tiva?" Kalan bertanya saat mendapati Sativa hanya diam dan sesekali tersenyum sejak mereka tiba di rumah yang menjadi tempat berteduh mereka sejak hari itu hingga Sativa harap ... selamanya.
Sativa menggeleng dan bangkit dari tempat tidur. "Aku mau minum kopi. Mas Kalan mau juga?"
Kalan melirik jam dinding di kamar. Sudah pukul sebelas malam. Hari itu hari yang panjang. Meskipun acara pernikahan hanya digelar selama empat jam dan tamu yang hadir hanya keluarga dan kerabat, Kalan cukup paham bahwa Sativa kelelahan.
"Kamu mau begadang?" Kalan bertanya. "Nggak mau istirahat dulu? Energi kamu udah habis kan hari ini?"
"Iya memang udah habis. Makanya perlu diisi ulang dengan ngobrol."
Kalan tersenyum tipis, memahami ucapan Sativa. "Oke. Yuk."
-- Selengkapnya di Retrospeksi
• catatan •
halo semua! aku mau bilang kalau dialektiva udah selesai. udah. nggak akan ada sekuel dari kisah bumi-sativa-adiran. nggak ada. mizi udah nikah sama netta. adiran lagi sibuk improve di start up-nya. btw, dia juga ketemu anes. bumi lagi fokus jadi sastrawan. terakhir kali, dia ketemu sama nis. jadi ya udah ... nggak akan aku lanjut. kayaknya pesannya juga udah sampe.
tapi kenapa masih suka update di sini? karena kalau lagi kangen nulis, biasanya tokoh yang muncul tuh pemain di dialektiva. dan karena terlalu malas buat cerita baru, jadi kalau aku kangen mereka, aku nulis di sini aja. semacem life update gitu deh (jadi kalau kalian masih save ini di perpustakaan, ya bisa jadi nanti ada update, hehe). kalau emang nanti niat, aku bakal buat cerita baru dari masing-masing tokoh utamanya, tapi dengan premis yang baru, salah satunya retrospeksi ini.
di retrospeksi, aku mau berbagi tentang gimana sativa yang di cerita sebelumnya kelihatan badass dan keren abis, sebenernya juga masih struggle sama diri sendiri: masih belum stabil, banyak pikiran, kelimpungan ngatasin emosi sendiri, dan di beberapa titik dia sebenernya lemah banget juga.
jadi cerita ini aku tulis untuk mengintip sisi lain sativa, gimana proses pendewasaannya, gimana dia akhirnya mau berdamai, gimana juga akhirnya dia mau mengambil langkah. dan tentu saja, sativa melalui semua itu gak sendirian. sejak awal, kalan selalu ada bareng sama dia. jadi ... inilah kisah mereka!
p.s: updatenya kalau lagi mood aja. semoga bisa jadi projek nulis selama ramadan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialektiva
Fiction généraleIni cerita tentang Tiva dan kejenuhannya terhadap tipe-tipe mahasiswa yang ada di kampusnya--terutama di kelasnya. Tipe mahasiswa yang caper sama dosen, yang menggadaikan ungkapan agen of change sebagai alasan bolos kuliah, yang menyumpal telinganya...